Makan malam bersama keluarga membuat saya mau tidak mau duduk di depan televisi. Meski tak selalu dengan seksama kami tonton, namun televisi ini selalu menjadi pelengkap.Â
Saya yang jarang sekali menonton televisi (karena lebih suka nonton Y*utube) mau tak mau jadi ikut nonton. Itupun senontonnya, karena tak ada acara yang saya ikuti secara rutin.
Sebuah acara yang menampilkan soal relawan satwa yang menjadi penyelamat hewan-hewan korban gempa di Sulawesi membuat saya tertarik. Iya ya, selama ini kita (saya) suka lupa kepikiran soal hewan-hewan di sekitar yang juga perlu diselamatkan ketika terjadi bencana.
Relawan tersebut namanya Animals Warrior. Aksi kelompok relawan tersebut tak hanya menyelamatkan hewan-hewan yang luput terevakuasi dari reruntuhan bangunan, tapi juga memusnahkan bangkai-bangkai binantang yang berpotensi menularkan penyakit pada manusia.Â
Bangkai-bangkai ini ada yang dibakar maupun dikubur. Sementara hewan-hewan yang masih hidup tidak hanya diamankan, namun juga diberikan pakan dan minum. Baik berupa pakan kering maupun basah. Hewan-hewan yang masih selamat tersebut mereka fasilitasi dan juga didata, sehingga nantinya akan dikembalikan pada pemilik.
Aksi mereka patut diapresiasi. Satwa-satwa tersebut juga mengalami kerugian akibat gempa. Mereka sebagian besar tertelantarkan oleh si pemilik yang otomatis akan menyelamatkan diri sendiri ketika gempa dan tsunami terjadi.Â
Selain itu, jika hewan-hewan ini dibiarkan kelaparan, mereka justru dapat menjadi buas dan merusak fasilitas warga. Sama dengan kita manusia, mereka mungkin juga mengalami tekanan psikologis. Ujung-ujungnya, manusia juga yang akan dirugikan.
Animals Warrior juga mengurus satwa-satwa di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Tengah. Satwa di BBKSDA berupa burung kakatua Maluku, burung nuri bayan, burung maleo, burung elang, dan buaya muara.Â
Hal ini karena para karyawan BBKSDA pun menjadi korban gempa, sehingga satwa-satwa tersebut tentu tidak terurus. Terbayang jika dibiarkan terlantar, satwa yang menjadi aset daerah sebentar lagi bisa punah.
Hewan-hewan tersebut juga makhluk hidup, yang ketika terjadi bencana, akan sama reaksinya dengan kita. Mereka juga ribut, sibuk menyelamatkan diri, mencari tempat yang aman untuk berlindung. Bahkan ada yang ditakdirkan tak selamat, entah tertimpa reruntuhan, entah terseret ombak, maupun menjadi korban orang-orang yang berlarian dan tak sengaja menjadi begitu memikirkan diri sendiri demi keselamatan.
Padahal mereka para pasti juga menangis, merintih, dan berteriak minta tolong. Bedanya dengan kita, mereka lebih mudah mengalah tanpa sedikit-sedikit mengajukan protes. Keberadaan mereka, sebetulnya adalah untuk keuntungan kita. Pun ketika kita menjadi penyelamat mereka, meski alasan sebenarnya adalah untuk kesejahteraan mereka, kita tetap kena imbas keuntungan.