Mohon tunggu...
Veraditias Apriani
Veraditias Apriani Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Sedang belajar...

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Belajar dari "Animals Warrior", Satwa Juga Butuh Uluran Tangan

20 Oktober 2018   01:41 Diperbarui: 20 Oktober 2018   15:06 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: gooto.com

Makan malam bersama keluarga membuat saya mau tidak mau duduk di depan televisi. Meski tak selalu dengan seksama kami tonton, namun televisi ini selalu menjadi pelengkap. 

Saya yang jarang sekali menonton televisi (karena lebih suka nonton Y*utube) mau tak mau jadi ikut nonton. Itupun senontonnya, karena tak ada acara yang saya ikuti secara rutin.

Sebuah acara yang menampilkan soal relawan satwa yang menjadi penyelamat hewan-hewan korban gempa di Sulawesi membuat saya tertarik. Iya ya, selama ini kita (saya) suka lupa kepikiran soal hewan-hewan di sekitar yang juga perlu diselamatkan ketika terjadi bencana.

Relawan tersebut namanya Animals Warrior. Aksi kelompok relawan tersebut tak hanya menyelamatkan hewan-hewan yang luput terevakuasi dari reruntuhan bangunan, tapi juga memusnahkan bangkai-bangkai binantang yang berpotensi menularkan penyakit pada manusia. 

Bangkai-bangkai ini ada yang dibakar maupun dikubur. Sementara hewan-hewan yang masih hidup tidak hanya diamankan, namun juga diberikan pakan dan minum. Baik berupa pakan kering maupun basah. Hewan-hewan yang masih selamat tersebut mereka fasilitasi dan juga didata, sehingga nantinya akan dikembalikan pada pemilik.

Aksi mereka patut diapresiasi. Satwa-satwa tersebut juga mengalami kerugian akibat gempa. Mereka sebagian besar tertelantarkan oleh si pemilik yang otomatis akan menyelamatkan diri sendiri ketika gempa dan tsunami terjadi. 

Selain itu, jika hewan-hewan ini dibiarkan kelaparan, mereka justru dapat menjadi buas dan merusak fasilitas warga. Sama dengan kita manusia, mereka mungkin juga mengalami tekanan psikologis. Ujung-ujungnya, manusia juga yang akan dirugikan.

Animals Warrior juga mengurus satwa-satwa di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Tengah. Satwa di BBKSDA berupa burung kakatua Maluku, burung nuri bayan, burung maleo, burung elang, dan buaya muara. 

Hal ini karena para karyawan BBKSDA pun menjadi korban gempa, sehingga satwa-satwa tersebut tentu tidak terurus. Terbayang jika dibiarkan terlantar, satwa yang menjadi aset daerah sebentar lagi bisa punah.

Hewan-hewan tersebut juga makhluk hidup, yang ketika terjadi bencana, akan sama reaksinya dengan kita. Mereka juga ribut, sibuk menyelamatkan diri, mencari tempat yang aman untuk berlindung. Bahkan ada yang ditakdirkan tak selamat, entah tertimpa reruntuhan, entah terseret ombak, maupun menjadi korban orang-orang yang berlarian dan tak sengaja menjadi begitu memikirkan diri sendiri demi keselamatan.

Padahal mereka para pasti juga menangis, merintih, dan berteriak minta tolong. Bedanya dengan kita, mereka lebih mudah mengalah tanpa sedikit-sedikit mengajukan protes. Keberadaan mereka, sebetulnya adalah untuk keuntungan kita. Pun ketika kita menjadi penyelamat mereka, meski alasan sebenarnya adalah untuk kesejahteraan mereka, kita tetap kena imbas keuntungan.

Para relawan ini juga memberikan kita pelajaran untuk lebih memperlakukan sesama makhluk hidup --khususnya hewan- dengan baik meski berbeda dengan kita. Mereka juga patut dihewankan, karena mereka hewan. 

Menghewankan dalam hal ini adalah memenuhi hak-hak kehewanan para hewan. Layaknya kita yang selalu meminta untuk dimanusiakan. Kadang kita keliru menghewankan manusia, atau justru keliru memanusiakan hewan, seperti kasus video viral remaja yang memberi minuman keras pada rusa di Taman Safari beberapa waktu lalu. 

Kendati demikian, memperlakukan satwa dengan baik bukan berarti kita memeluknya mesra dan mencumbunya layaknya seorang kekasih. Menurut saya, cukup memenuhi hak-hak mereka dengan tak mengganggu ketenangan dan membantu mereka ketika susah. 

Kalau kita takut kucing, cukup menghindar saja, jangan keliru membunuhnya. Yang takut sendiri kan kita, mereka cuma lewat tanpa niat menakut-nakuti. Sudah ah, maafkan opini dangkal saya ini jika ada salah. Selamat pagi.  

Referensi: 1, 2, 3.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun