Mohon tunggu...
Vera
Vera Mohon Tunggu... Mahasiswa - ganbatte kudasai!

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengenal Coping Mechanism untuk Manajemen Stres Lebih Dalam

13 Maret 2021   22:38 Diperbarui: 13 Maret 2021   22:41 5390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang pasti mengalami masalah dalam hidupnya. Entah dalam lingkup akademik, pekerjaan, percintaan, keluarga, pertemanan, ekonomi dan banyak hal lainnya. 

Banyaknya masalah pada seseorang dapat menimbulkan stress. Stres tidak memandang usia, stress dapat menyerang siapa saja seperti remaja, dewasa, hingga orang tua.

Stress yang berkepanjangan pun akan melemahkan kemampuan fisik maupun psikologis seseorang. Maka dari itu seseorang pasti akan melakukan sebuah upaya atau penanganan terhadap stress yang menimpanya. 

Cara untuk menangani stres pada setiap orang pun berbeda-beda, ada yang sengaja menghindari sumber permasalahan agar tidak menimbulkan stress di kemudian hari, ada pula yang mencari cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Coping Mechanism adalah upaya atau cara untuk menyelesaikan sebuah masalah yang muncul dalam kehidupan seseorang, atau mencari jalan untuk keluar dari situasi yang membuat tertekan atau stress. Mengendalikan stress dengan strategi ini dapat membantu kita agar merasa lebih baik secara fisik dan juga mental.

Coping mechanism juga dapat diartikan sebagai strategi atau cara seseorang dalam menghadapi sebuah permasalahan yang dapat menimbulkan stress dengan mengurangi, mengatasi masalah yang timbul dari diri sendiri dan luar dirinya atau external conflict sehingga dapat memperbaiki kehidupan seseorang.

Menurut   Stuart dan Sundeen (1991), Lazarus dan Folkman (1984), dan Friedman (1998) Coping Mechanism ini terbagi menjadi dua, yaitu problem-focused coping atau PFC dan emotion-focused coping atau EFC. Problem-focused coping atau direct action adalah penanganan yang berfokus pada masalah itu sendiri sedangkan emotion-focused coping adalah penanganan masalah yang berfokus pada emosi.

Pemilihan strategi ini berdasarkan dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal meliputi gaya coping yang biasa seseorang pakai dalam kehidupan sehari-hari untuk menghadapi masalahnya dan juga meliputi kepribadian dari orang tersebut. Kemudian faktor eksternal meliputi pengalaman, dukungan sosial, dan juga tekanan itu sendiri. Setelah mempertimbangkan dua faktor tersebut, seseorang akan memilih strategi yang sesuai dengan kondisi dan juga tekanan pada dirinya untuk menghadapi masalah.

Problem-focused coping meliputi tindakan secara langsung atau direct action untuk mengatasi sebuah masalah yang diarahkan kepada pemecahan masalah itu sendiri, atau bisa dikatakan solutif atas masalah yang menimpanya. Seseorang akan cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya masih dapat mengontrol dan menyelesaikan masalahnya.

Yang termasuk strategi problem-focused coping ialah dengan melakukan upaya untuk mengubah suatu keadaan. Misalnya, saat seorang siswa yang mendapatkan banyak tugas dari gurunya, maka ia akan mengerjakannya sebagai penyelesaian masalahnya. Contoh lain adalah ketika seseorang merasa berada di toxic relationship, maka ia mengakhiri hubungan dengan harapan akan merasa lebih baik saat keluar dari hubungan tersebut. Hal itu pun juga berlaku pada lingkup dunia kerja, jika seseorang merasa berada di lingkungan kerja yang tidak baik, maka ia memilih resign. Hal itulah yang termasuk strategi problem-focused coping.

Lalu dengan mencari bantuan atau dukungan sosial, baik berupa informasi ataupun bantuan nyata. Seperti contoh saat kita menemukan soal yang sulit pada saat pelajaran, kita akan bertanya kepada seorang teman untuk membantu kita memecahkan soal.

Emotion-focused coping dilakukan dengan cara mengatur dan mengelola emosi yang muncul ketika menghadapi keadaan yang menimbulkan stres. Strategi ini cenderung digunakan oleh seseorang yang merasa tidak mampu mengubah keadaan atau kondisi yang stressful.

Beberapa alternatif emotion-focused coping yaitu dengan menemukan coping mechanism yang positif untuk mengeluarkan energi buruk dan akan memberi kalian energi yang positif, atau hal yang yang akan membuat kalian merasa lebih baik saat melakukannya.

Misalnya, saat kalian merasa jenuh atau capek saat belajar terus menerus, kalian bisa mengalihkannya dengan me time, melakukan kegiatan yang kalian suka seperti membaca komik, menulis, bermain dengan hewan peliharaan, liburan dengan keluarga, atau sekadar pergi dengan teman untuk menghilangkan jenuh.

Lalu contoh yang lain yaitu menonton film. Saat kita menonton film, copingnya adalah memulihkan perasaan untuk tidak berlarut dalam perasaan negatif akibat stres dan akan membuat perasan kita menjadi lebih baik setelahnya. Bisa juga dengan melakukan hobi seperti bermain game, bernyanyi dan mendengarkan music juga sangat direkomendasikan untuk menangani stress. Atau jika kalian menyukai seni, bisa dengan menggambar, melukis, membuat claywork dan hal lain yang membuat kalian senang. Mood atau perasaaan kita akan terasa lebih baik dari sebelumnya.

Namun, coping mechanism tidak selalu positif, beberapa orang akan berperilaku atau melakukan tindakan negatif saat merasa dirinya stress. Seperti meminum alkohol berlebihan, obat-obatan terlarang, melukai orang lain, merusak atau membanting benda, dan juga melampiaskan emosi nya kepada orang lain. Itu semua tergantung pada bagaimana cara seseorang menanggapi sebuah masalah.

 Menurut Aldwin dan Revenson (Indirawati, 2006:73) Emotion-focused coping juga meliputi hal-hal seperti berikut :

1. Escapism atau melarikan diri dari masalah.

2. Minimazation atau menganggap masalah itu ringan

3. Self Blame atau menyalahkan diri sendiri

4. Seeking meaning atau mencari hikmah yang tersirat dari masalah yang menimpanya

Selain hal itu, coping mechanism yang berfokus pada emosi ialah denial atau menolak bahwa masalah tersebut tidak terjadi pada dirinya. Selain itu ialah represi, yaitu dengan melupakan hal-hal yang dirasa buruk dan hanya mengingat  hal yang menyenangkan saja. Seseorang juga akan menerima masalah yang menimpanya tanpa menyalahkan orang lain bisa disebut dengan accepting responsibility.

Sebuah permasalahan dapat terjadi karena pemikiran yang tergesa-gesa dan mengambil keputusan saat keadaan emosi yang tidak stabil, maka dari itu perlunya pengendalian diri atau self controlling untuk mengutamakan berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak dan juga tidak mengambil keputusan saat emosi tidak stabil. Dapat juga dengan menyalurkan perasaan, seperti melalui tulisan, lagu atau hal lainnya dalam bentuk yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun