pendidikan dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam pembelajaran sains. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap nilai-nilai Pancasila sekaligus mengasah kemampuan berpikir ilmiah mereka melalui metode pembelajaran kreatif.
Malang, Jawa Timur – Pada 20 November 2024, SD Wahidiyyah Bululawang mencatatkan sebuah langkah baru dalam duniaBerada di Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, SD Wahidiyyah Bululawang merupakan sekolah dasar swasta yang berlokasi di Jalan Raya Krebet Timur. Sekolah ini memiliki 43 siswa yang diajar oleh delapan guru profesional. Meskipun jumlah siswanya relatif kecil, sekolah ini terus berupaya memberikan kontribusi besar bagi dunia pendidikan. Kepala sekolah, Sri Lestari, dan para staf pendidik berkomitmen untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.
Program Pendidikan Kolaboratif
Kegiatan edukasi kali ini melibatkan 19 siswa dari kelas IV hingga VI, yang dibimbing oleh tujuh mahasiswa S1 Biologi Universitas Negeri Malang: Annisa Amanda Maisyaroh, Feby Zuhairini Fahrina, Hilda Ziyanna Hanafi, Nanda Hamidah Nurul Fauziah, Nanik Zubaidah, Salwa Syakira Auliya Hanum, dan Veny Yulia Septifana. Program ini menjadi bagian dari tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila yang dibimbing oleh Dr. Sri Untari, M.Pd.
Pendekatan inovatif yang digunakan dalam program ini menggabungkan nilai-nilai Pancasila dengan proyek-proyek sains sederhana. Kegiatan diawali dengan kuis untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep Pancasila dan dasar-dasar sains. Hasil awal menunjukkan bahwa hanya 21% siswa memahami nilai-nilai Pancasila, sementara 15% siswa memiliki dasar sains yang memadai. Melalui program ini, pemahaman mereka diharapkan meningkat signifikan.
Media Pembelajaran Kreatif
Berbagai metode digunakan untuk mendukung kegiatan ini, seperti presentasi PowerPoint animatif, video edukatif, permainan interaktif, hingga eksperimen ilmiah sederhana. Salah satu eksperimen yang menarik perhatian siswa adalah pengamatan kapilaritas air pada sawi putih menggunakan larutan pewarna. Aktivitas ini tidak hanya memberikan wawasan ilmiah tetapi juga menanamkan nilai-nilai kerja sama, tanggung jawab, dan toleransi.
Hasil Positif yang Terlihat
Program ini berhasil meningkatkan pemahaman siswa secara signifikan. Setelah kegiatan, sebanyak 85% siswa mampu memahami nilai-nilai Pancasila dan konsep dasar sains dengan lebih baik. Selain itu, siswa menunjukkan keberanian bertanya, kepercayaan diri, serta antusiasme yang tinggi selama kegiatan berlangsung.
Salah satu penyelenggara, Annisa Amanda Maisyaroh mengungkapkan, “Kegiatan ini bukan hanya tentang mengajarkan sains atau Pancasila, tetapi juga tentang membangun rasa percaya diri dan keberanian siswa untuk berbicara dan bertanya.”
Harapan ke Depan
Dengan hasil yang positif, para penyelenggara berharap pendekatan ini dapat diterapkan di sekolah-sekolah lain untuk menciptakan generasi muda yang cerdas secara intelektual, bermoral, dan berintegritas. Program ini juga membuktikan bahwa nilai-nilai Pancasila dapat diajarkan secara praktis, misalnya:
- Sila Pertama: Menghargai ciptaan Tuhan melalui pelajaran sains.
- Sila Kedua: Menumbuhkan sikap adil dalam diskusi kelompok.
- Sila Ketiga: Mengembangkan kerja sama dalam tim.
- Sila Keempat: Mendorong musyawarah dalam mengambil keputusan.
- Sila Kelima: Membagi tugas secara adil dan bertanggung jawab.
Pendekatan pendidikan terpadu ini menunjukkan bahwa integrasi antara sains dan nilai-nilai kebangsaan dapat menjadi solusi untuk menghadapi tantangan pendidikan di era modern. Hal ini membuktikan pentingnya pendidikan holistik dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas tetapi juga berkarakter kuat.
Langkah kecil ini mungkin tampak sederhana, namun dampaknya diyakini dapat dirasakan secara berkelanjutan dan memberikan manfaat besar bagi pendidikan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H