Naas benar nasib 10 penumpang Angkot 123 jurusan Pancur Batu -- Kayu Putih karena angkot mereka tumpaki itu tertabrak kereta api KA Sri Lilawangsa U85 yang datang dari arah Binjai menuju ke Medan di perlintasan KA Jalan Sekip Sabtu pekan lalu (4/12).
Video detik-detik kecelakaan maut tersebut beredar luas di media sosial. Tampak sebuah angkot berwarna kuning sengaja nekad menerobos dari sisi kanan antrian kendaraan yang memang sudah berhenti menunggu kereta api lewat.
Angkutan umum itu rusak parah dan mengakibatkan 4 orang meninggal dunia, sementara 6 lainnya mengalami luka-luka. Sedangkan sopir angkot sendiri beruntung bisa selamat dan ditetapkan sebagai tersangka.
Pengakuan awal, ia hanya menenggak menenggak 1 teko tuak saja sebelum narik. Namun setelah dilakukan tes urine, terbukti positif menggunakan narkotika jenis sabu.
Cerita bagaimana parahnya perilaku angkot Medan di jalanan bukan isapan jempol. Di Instagram hampir setiap hari ada laporan negatif warganet tentang angkot Medan. Makanya ada istilah "jalan itu mereka punya, suka-suka merekalah".
Mereka bisa berhenti mendadak sesuka hati tanpa mau benar-benar menepi. Lumayan kalau masih ingat menyalakan lampu sein (lampu tangan-bahasa Medan). Karena kapan angkot berhenti, hanya sopir dan Tuhan saja yang tahu. Kita sebagai pengguna jalan lain hanya bisa mengumpat dalam hati.
Jika kita coba tegurkan langsung, mereka biasanya melihat arah lain atau cuek-cuek saja. Sekali lagi, jalan mereka yang punya. Cuman kalau lawannya abang ojol biasanya mereka agak mengkeret.
Jika menerobos perlintasan KA saja berani bagaimana dengan lampu merah? Banyak sopir angkot Medan yang mendadak buta warna kalau sudah di simpang empat. Apalagi kalau sedang balap dengan sesama angkot. Anda sebagai penumpang siap-siap sport jantung. Kalau sudah begitu lebih baik minta turun. Rugi ongkos tak mengapa daripada nanti celaka tidak sampai rumah. Sopir-sopir angkot Medan itu juga tidak bisa diingatkan. Kalau kita tegur agar mengurangi kecepatan mereka akan auto budeg.
 "Kejar setoran" adalah alasan klasik mereka. Padahal mereka sadar kalau menyerempet kendaraan lain harus keluar uang banyak untuk ganti rugi. Sesungguhnya mengejar setoran atau cari uang lebih untuk beli tuak atau sabu?
Tuak
Kalau Anda naik angkot di Medan dan mencium aroma 'naga' lebih baik turun. Karena bisa dipastikan sopirnya habis minum tuak. Bukan rahasia di mana ada pangkalan angkot di situ juga ada lapo tuak. Tempat dimana sopir-sopir itu istirahat atau menunggu giliran narik. Karena satu angkot yang bawa bisa 2 orang bergantian sesuai kesepakatan.
Tidak ada larangan orang minum tuak. Di Sumatera Utara, minuman tuak adalah bagian dari budaya. Kedai (lapo) tuak bertebaran di mana-mana. Menjadi problem ketika tuak yang mengandung alkohol itu dikonsumsi oleh sopir angkot.
Berapa kadang alkohol satu gelas tuak? Tidak ada angka pasti. Namanya juga minuman tradisional. Lain kedai lain beda pula keras tuaknya. Kalau minumnya lebih dari 1 gelas jelas semakin tinggi pengaruh alkoholnya.
Sabu
Hasil tes urine sopir angkot 123 Â menunjukan positif narkoba (sabu). Sudah menjadi rahasia umum, tidak hanya di Medan, banyak pengemudi angkutan umum mengkonsumsi sabu.
Sabu sendiri mampu memberikan efek 'melek'. Penggunanya bisa tetap aktif, bahkan sangat aktif, tanpa merasa lelah dan mengantuk. Kita tahu mengantuk itu musuh para pengemudi kendaraan.
Banyak pengemudi angkot menggunakan sabu dengan alasan untuk menjaga stamina. Namun buruknya, sabu juga bisa memicu emosi yang tidak terkontrol. Apa yang dilakukan seorang sopir angkot ketika ada angkot lain yang sama trayeknya menyalip? Dia akan kejar karena tidak mau calon penumpang di depan diangkut angkot lain.
Istilah "rejeki masing-masing' itu tidak ada di kamus sopir angkot yang sudah berada di bawah pengaruh sabu atau alkohol. Disalip artinya hilang cuan. Bahkan kalau perlu dia yang menyalip angkot lain.
Saat ini peredaran sabu sendiri sudah sangat luas. Bisa dikatakan semua tempat sudah terkontaminasi sabu. Bahkan dengan uang 50 ribu saja sudah bisa mendapatkan paket hemat sabu. Bisa dipakai sendiri atau beramai-ramai.
Maka jangan heran ketika berita kecelakaan angkot 123 itu muncul di akun Instagram berita lokal, netizen langsung menyerbu kolom komentar dengan seruan agar dilakukan tes urine terhadap si sopir. Karena netizen memang paham betul banyak sopir angkot yang mengkonsumsi sabu. Sudah menjadi rahasia umum.
Pihak Pemko Kota Medan harus aktif. Keselamatan pengguna angkutan umum juga bagian dari tanggungjawab mereka. Tidak cukup menghadirkan moda transportasi umum yang nyaman seperti Trans Metro Deli. Karena Trans Metro Deli hanya melayani trayek-trayek tertentu saja.
Citra buruk angkot Medan yang lekat dengan perilaku ugal-ugalan di jalan harus diubah. Para pemangku kepentingan harus duduk bersama bagaimana menghadirkan angkutan umum khususnya angkot yang beradab.
Pemko, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan koperasi angkutan harus bertanggungjawab mengatasi problem ini. Jangan hanya bisanya hanya menerima pajak dan setoran semata. Lakukan revolusi angkot dan revolusi mental sopir angkot Medan!
Di Medan banyak angkot yang secara fisik tidak layak dan laik jalan. Jauh dari kata nyaman. Tertinggal jika dibanding kota-kota besar lainnya. Tidak usah sebagus Jeepney-nya Manila. Se-asyik angkot kota Padang pun cukup.
Tidak kalah pentingnya perlu dilakukan penertiban sopir-sopir angkot. Jangan-jangan SIM pun tak punya seperti halnya sopir angkot 123 itu. Tetapi bagaimana mau menindak sopir angkot yang ugal-ugalan di lampu merah jika tidak pernah tampak polisi yang bertugas di situ (kecuali jam sibuk pagi hari). Jadi jangan harap ada angkot yang ditilang karena ngebut misalnya.
Jika di kota-kota besar lain, hampir di setiap perempatan jalan utama ada pos dan petugas polisi. Coba Anda ke Medan, pemandangan seperti itu tidak akan dijumpai. 'Sistem' jalanan kota Medan itu sudah auto-pilot. Melanggar rambu dan marka bukan hal tabu yang memalukan. Selagi tidak ada accident, orang akan menganggap semua fine-fine saja.
Pihak berwenang harus melakukan razia rutin terutama tes narkoba dan alkohol terhadap para sopir angkot. Jangan ketika ada kecelakaan baru gerak. Jangan pula hangat-hangat tai ayam. Sebulan berjalan habis itu sepi. Juga jangan dibilang tidak ada biaya, karena toh masyarakat sudah membayar pajak.
Sanksi tegas harus diterapkan. Mulai dari pencabutan SIM hingga larangan mengemudi angkutan umur. Termasuk sanksi bagi perusahaan pemilik angkot baik denda besar maupun pencabutan ijin trayek.
Di bawah kepemimpinan Walikota Bobby Nasution banyak jalan kota Medan yang diperbaiki dan diaspal ulang. Bagus sih, tapi bukan infrastruktur saja yang dibutuhkan masyarakat. Masyarakat juga butuh rasa aman dari ancaman perilaku buruk sopir angkot. Baik sebagai pengguna angkutan umum maupun sesama pengguna jalan lainnya.
Membangun Medan dengan merevitalisasi sana-sini harus juga dibarengi dengan perbaikan sistem transportasi khususnya angkot. Jika ingin melihat wajah asli sebuah kota, lihat saja apa yang berlangsung di jalanan kotanya.
Sedikit pesan untuk bapak Walikota Medan, Bobby Nasution. Kecelakaan tragis akibat kecerobohan yang menewaskan 4 orang itu harus menjadi insiden terakhir. Tidak cukup sekedar ucapan belasungkawa dan pemberian santunan kepada para korban saja. Habis itu selesai perkara. Janji penataan Angkot Medan harus diimplementasikan sungguh-sungguh dan perlu pengawasan dalam pelaksanaannya. Karena kita tahu sendiri bagaimana Medan ini, pak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H