Bagaimana respon masyarakat?
Ternyata masyarakat memberi respon yang sangat positif. Bukan karena diberi pupuk cair. Karena toh banyak juga anggota masyarakat yang tidak memiliki tanaman. Tetapi banyak hal yang diungkapkan secara langsung oleh masyarakat itu sendiri.
"Dah tenang aja, nanti saya pasti cucuk (coblos) bapak."
Ungkapan-ungkapan seperti itu kerap terdengar dari mulut masyarakat yang rumah atau tokonya didatangi. Janji tulus seperti inilah yang dibutuhkan oleh semua caleg. Harganya sungguh tidak ternilai.
Nah, ternyata dibanding konten yang cuma berisi kegiatan sosial, seremonial, atau ajakan-ajakan untuk memilih. Foto atau video blusukan caleg jelas lebih mempunya greget untuk menarik simpati.
Ibarat sebuah pertempuran, mereka yang mempunyai strategi jitu plus amunisi dan peralatan tempur yang beragamlah yang akan memenangi pertempuran. Tahapan kampanye adalah waktu pertempuran yang sesungguhnya.
Teknik door to door ini akan semakin efektif mendulang suara jika dipadukan dengan cara-cara lain. Seperti ketika caleg menyempatkan diri hadir dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Itu akan menjadi tindakan persuasif yang soft dan itu akan lebih mengena di hati masyarakat.
Karena sesungguhnya masyarakat butuh dihargai lewat kehadiran langsung sang caleg. Petani, nelayan, pedagang maupun kelompok masyarakat lainnya tidak berharap yang muluk-muluk kecuali kesempatan untuk didengar secara langsung apa yang menjadi persoalan mereka. Bukan melalui tim sukses atau selembar amplop.
Apa yang dilakukan Sugianto Makmur dan caleg-caleg lain , dengan cara door to door, layak untuk diapresiasi. Mereka adalah orang-orang yang lebih layak dipertimbangkan untuk dipilih daripada caleg-caleg yang sama sekali tidak pernah nongol di kampung kita. Â Bahkan sampai hari pencoblosan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H