Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Sinergi Berkelanjutan Sejak Hari Pertama Sekolah

20 Juli 2016   04:08 Diperbarui: 29 Juli 2016   09:56 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SC cover Video (dok.pti)

“Kami juga secara aktif mencatat perkembangan siswa dalam buku khusus. Jika anak tidak membuat PR maka akan dicatat lalu dikomunikasikan dengan orangtua.”

“Bukan sekedar perkembangan akademik semata. Tetapi juga prilaku siswa juga menjadi perhatian. Kita sama-sama mencari penyebab masalah untuk dicari solusi yang terbaik bagi anak-anak.” tambahnya.”

 “Apa permasalahan yang terlihat dari para orangtua selama ini?” tanya saya.

Soal rangking. Banyak orangtua yang menginginkan anaknya harus rangking. Minimal masuk 10 besar. Padahal saya selalu menekankan pada anak-anak dan orangtua bahwa tidak ranking tidak apa-apa. Karena sering anak menangis jika tidak masuk rangking. Saya sering bilang pada mereka tidak masuk 10 besar tidak apa-apa. Mudah-mudahan semester berikut bisa. Kelas 1 tidak juara, tapi bisa jadi nanti di kelas 2 bisa juara.”

“Anak turun ranking dari 3 ke 5 saja orangtua bisa uring-uringan. Kasihan anak-anak jika terlalu dipaksa untuk menjadi juara kelas. Karena kemampuan anak berbeda-beda.”

“Pokoknya yang penting bapak sebagai orangtua mendampingi mereka. Tidak lepas tangan.Itu akan sangat membantu anak dan juga kami sebagai guru.” pesannya kepada saya.

“Oh ya, di sini anak-anak yang belum dijemput akan saya jaga di kelas sampai ada yang menjemput. siapa yang menjemput pun harus saya kenal dengan baik. Ya demi keamanan.”

“Untuk pelajaran, jika anak ada kesulitan membaca, menulis, berhitung. Saya akan memberi tambahan selepas sekolah….tentu nanti ada pemberitahuan. Di kelas 1 yang lain juga sama.”

Sebagai penutup saya memberitahukan pada ibu guru tersebut bahwa anak saya mempunyai kendala 'takut ketinggian’. Kebetulan kelasnya berada di lantai 1. Jadi saya meminta perhatian beliau terutama pada masa istirahat. Dan beliau dengan senang hati akan memperhatikan dan mencoba melatih keberanian sang anak.

Terus terang sebagai orangtua saya merasa senang guru anak saya mau membuka diri. Saya sebagai orangtua merasa dihargai. Bukan karena uang sekolah yang saya bayarkan. Tetapi karena semua pihak menyadari bahwa pendidikan anak bukan tanggungjawab salah satu pihak semata. Dan ini tentu saja harus berkelanjutan.

Jadi boleh dikatakan percuma ketika orangtua ikut gerakan ini tetapi melupakan kesempatan untuk berbicara dan mengenal guru anak mereka. Berkomunikasi dengan guru jangan hanya pada waktu pengambilan raport semata. Atau berkomunikasi jika mengabarkan anak mereka tidak dapat masuk kelas karena sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun