Rasanya kita pun setuju bahwa keluarga adalah rumah Masjid, Vihara, atau Pura kecil.Saya jadi ingat pernah seorang teman mengatakan bahwa orang yang meruntuhkan keluarga ibaratnya meruntuhkan sebuah Masjid.
Ketika menulis pengalaman ini saya tiba-tiba membayangkan situasi ketika momen “Salam Damai” sesuai Doa Bapa Kami. Pada momen tersebut umat biasanya bersalaman dengan orang-orang yang dudukya berdekatan. Apakah gadis tersebut ikut saling memberikan salam? Entahlah…
Misa usai, umat biasanya melakukan doa pribadi sejenak. Setelah berdoa saya coba melihat kebelakang. Bangku si gadis tampak kosong, sepertinya ia sudah pulang. Sebenarnya ingin rasanya menemuinya dan bertanya sedikit-sedikit tentang pengalaman barunya itu. Karena ini sungguh menarik untuk tahu alasan disebalik kehadirannya itu.
Pastinya tidak ada terlintas dalam benak bahwa gadis tersebut akan masuk Katolik. Jelas bukan sebuah perkara yang mudah untuk menjadi Katolik. Bagi saya adalah hal yang mustahil dia menjadi murtad, melepaskan hijabnya hanya karena mengikuti upacara ibadah agama lain.
Saya salut akan keberaniannya. Bagaimana jika teman-teman atau keluarganya tahu ia ‘ikut’ Misa? Salut dengan keberaniannya menjadi minoritas dalam sebuah kerumunan. Tetap pada identitasnya sebagai seorang Muslim. Seorang gadis yang berani untuk menjadi ganjil dengana alasan yang mungkin dia dan Tuhan saja yang tahu.
Salam Damai….Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H