Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Ketika Guru ‘Affair’ dengan Muridnya

19 Mei 2016   01:37 Diperbarui: 23 Mei 2016   11:09 3958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: huffingtonpost.com

Entah sudah berapa sering kita membaca berita tentang seorang guru (oknum) yang menghamili muridnya. Seperti artikel pak Bain di sini. Ironi memang, guru yang seharusnya menjadi orangtua kedua malah berubah menjadi predator pemangsa.

Melihat anak-anak ABG perempuan yang duduk di bangku SMP dan SMA secara fisik jauh dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka beberapa puluh tahun yang lalu. Entah karena faktor hormon atau peningkatan gizi, cewek-cewek ABG kadang terlihat lebih besar dari usianya. Tentu saja juga berimbas pada besarnya bagian tubuh mereka yang lain seperti payudara dan pinggul mereka.

ABG-ABG sekarang lebih ‘open’, mereka terbuka berbicara. Guru tidak lagi sekadar guru, tapi bisa menjadi teman curhat. Apalagi jika ketemu guru pria yang asyik bawaannya. Pokoknya guru-guru idola, baik hati, ramah, berwawasan, jago olahraga, dan jago juga main gitar. Lengkaplah sudah.

Bagaimana kemudian timbul kasus ada guru berpacaran dengan murid? Witing tresno jalaran soko kulino. Tiap hari bertemu, berawal dari curhat-curhat lalu timbul ketertarikan. ABG-ABG yang labil membutuhkan sosok yang bisa memahami. Dan seorang guru yang sudah dewasa dengan pendidikan lebih tinggi tentu dengan mudah mengakomodir kebutuhan itu.

Saya jadi ingat waktu SMP, guru bahasa inggris saya orangnya baik, muda dan ganteng. Lalu ada kakak kelas yang dekat dan pacaran dengan dia. Lalu setelah perempuan itu lulu, hubungan mereka juga putus. Eh, tidak lama kemudian, adik kelas saya pacaran dengan si guru. Seberapa jauh hubungan mereka saya tidak terlalu paham. Pikiran saya belum menjangkau hubungan-hubungan yang terlalu jauh.

Lagi, ketika kuliah, saya sempat mengasuh unit kegiatan siswa di sebuah SMP. Beberapa rekan ternyata menjalin hubungan khusus dengan siswi SMP itu. Entah siapa yang memulai, tapi memang ada beberapa siswi SMP yang memang mendekatkan diri. Kadang mereka sangat agresif dan sangat menggoda.

Pengalaman hampir sama terjadi ketika praktik mengajar di sebuah SMA. Sekolah ini berada di lingkungan pedesaan. Sinyal-sinyal ketertarikan siswi pada saya atau rekan saya bisa ditangkap. Bahkan ada yang berani main ke kost-kostan padahal jarak rumah mereka lumayan jauh.

Ada yang mengatakan, nggak ada kucing yang menolak jika disodorin ikan asin. Maksudnya, jika ada cewek ABG yang meminta dirinya dipacari apakah harus ditolak? Di sinilah, ada guru yang akhirnya memanfaatkan situasi. Si murid mungkin berpikir, senang bisa pacaran dengan guru idola. Jauh lebih asyik daripada pacaran dengan teman sebaya tentunya.

Ia tidak menyadari bahwa dirinya tidak lebih dari obyek semata. Pola pikir murid dimana pacaran itu sebatas jalan-jalan dan curhat harus melebur dengan pola pikir orang dewasa di mana pacaran harus dibumbui dengan aktivitas seks. Ketika guru yang pacar mereka meminta untuk hubungan spesial yang lebih apakah anak-anak itu berani menolak?

Buat saya seorang guru yang punya affair dengan muridnya adalah sebuah ketidakpantasan. Guru, orang yang jauh lebih dewasa harusnya orang-orang yang matang dalam berpikir. Bukan orang yang matang dalam memanfaatkaan keadaan.

Lalu salah siapa jika ada guru yang menghamili muridnya?

Pertama, bagi saya kesalahan selalu ada pada pihak laki-laki. Dirinya adalah orang yang memegang kontrol. Walau ada, namun kecil sekali kemungkinan ada seorang siswi misalnya dengan sengaja mengajak gurunya tidur bersama. 

Guru harus paham bahwa walau murid perempuannya itu adalah pribadi yang bisa mengambil keputusan sendiri tetapi ia masih punya orangtua dan keluarga yang melekat pada dirinya. Kasarnya, jangan main-main dengan anak orang.

Kedua, pihak sekolah tidak bisa lepas dari tanggungjawab.  Kepala sekolah dan guru-guru lain kadang seolah tutup mata jika mendengar isu-isu ada guru yang pacaran dengan murid. Sekolah kadang menerima saja pengakuan dari oknum guru yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan apa-apa. Parahnya jika yang punya affair adalah kepala sekolah. Guru-guru hendaknya punya sikap proaktif, mencegah lebih baik daripada terlambat nantinya.

Ketiga adalah orangtua. Sesibuk apapun orangtua harus ekstra waspada terhadap anak gadis mereka. Jalin komunikasi yang baik dengan anak dan juga teman-temannya. Tidak ada salahnya juga memberi sex education. Ingat, sex education tidak melulu soal apa itu hubungan seks. Relationship pria dan wanita yang baik dan sehat adalah bagian dari sex education itu sendiri. 

Bagi para ayah, jadilah ayah sekaligus teman yang baik bagi putri kita. Jangan sampai mereka mencari sosok ayah dari orang lain. Jaman sekarang, bukan jaman dimana kita harus mengekang dan mengurung mereka di rumah.

Mungkin ada salah satu dari pembaca artikel ini yang berprofesi sebagai guru, dan kebetulan menjalin asmara dengan muridnya. Maaf, jika saya boleh menyarankan lebih baik diakhiri saja. Memang siapa yang bisa menghalangi cinta. Tapi saya pikir hubungan percintaan seorang guru dan murid bukan hubungan yang sehat.

Bagi, ABG-ABG yang saat ini punya hubungan spesial dengan gurumu. Akhiri saja nak, lebih baik berteman dengan yang seusiamu. Ada banyak kasus yang bisa menjadi contoh. Ingat, jalan hidupmu masih panjang jangan sampai sesal yang kamu dapatkan.

Dan untuk ABG-ABG lainnya. Jaga hubungan dengan gurumu sewajarnya. Hormati mereka dengan baik. Hormati mereka dengan tidak ‘menggoda’ mereka. Guru-guru pria baik yang muda maupun yang tua punya nafsu yang bisa saja lepas kontrol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun