Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Catatan dan Foto Perjalanan #FederalOilGoesToSepang

4 November 2015   01:42 Diperbarui: 4 November 2015   21:26 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="(dok. Ivan Ally-FO)"][/caption]

Sekitar pukul 12 waktu Malaysia, pesawat yang membawa rombongan Federal Oil Goes To Sepang 2015 mendarat di Kuala Lumpur International Airport. Sebuah bandara yang cukup besar, luas, dan tentu saja bersih. Agak menarik karena setelah melewati pemeriksaan paspor kami tidak perlu melalui pemeriksaan lagi selayaknya penumpang internasional lainnya. Mungkin ini keistimewaan yang diberikan kepada rombongan yang akan menyaksikan MotoGP Sepang.[caption caption="Federal Oil Goest To Sepang 2015 bergaya dulu di bandara Soetta (foto. Ivan Ally=FO)"]

[/caption]

Kami disambut oleh Miss Winnie dan Aaron, guide lokal, dan langsung diarahkan untuk santap siang di sebuah restoran cepat terkenal yang ada di bandara. Buat lidah kami, rasa ayam gorengnya sedikit berbeda dengan yang ada di tanah air, Kurang 'ngekick'. Nasinya pun dikasih nasi lemak. Paling berbeda tentu saja saos sambalnya. Lebih mirip dengan saos sambal Thailand.

[caption caption="maksi di KLIA (dok.Kevin)"]

[/caption]

Oh ya, hampir lupa. Selain 6 Kompasianer, termasuk admin Kompasiana masbro Kevin, rombongan juga terdiri dari rekan-rekan pemenang kontes selfie dan cerita, pihak media baik cetak maupun online, partner advertising Federal Oil, admin media sosial Federal Oil, dan tentu saja perwakilan dari Federal Oil sendiri.

Dari KLIA, dengan menggunakan 2 bis, kami segera meluncur ke Batu Caves. Butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk sampai ke sana. KLIA sendiri memang berada jauh dari luar kota. Tepatnya berada di negara bagian Negeri Sembilan. Dari kejauhan kabut asap dari Indonesia tampak menggelayuti kota Kuala Lumpur, berarti benar adanya asap sudah sampai ke negeri jiran kita itu.

[caption caption="Kabut asap sampai KL juga (dok.pri)"]

[/caption]

Batu Caves

Batu Caves adalah tempat suci bagi agama Hindu di Malaysia tetapi sudah dibuka untuk umum sebagai obyek wisata. Apa yang menarik di sini?

Pastinya adalah patung Dewa Murugan, menurut guide kami tingginya mencapai 42 meter. Batu Caves sendiri merupakan sebuah kompleks kuil keagamaan. Ada beberapa tempat pelaksaan ritual. Salah satunya adalah kuil yang terdapat di dalam gua yang berada di bagian atas bebatuan kapur itu.

Untuk naik ke atas kita harus menaiki 272 buah anak tangga. Sebuah tantangan tersendiri tentunya. Mungkin ketika naik ke atas tidak terlalu masalah. Namun saat turun terlihat sedikit menakutkan. Saya dan beberapa teman mengurungkan niat untuk naik ke atas karena merasa tidak cukup fit naik dan turun setinggi itu. Ada banyak monyet-monyet berkeliaran di anak tangga. Pengunjung harus ekstra hati-hati terhadap barang bawaan mereka agar tidak diambil monyet-monyet itu.

[caption caption="Bersama beberapa rekan pemenang kontes selfie dan cerita di Batu Caves (dok.Ghullam)"]

[/caption]

[caption caption="kompasianers di Batu Caves (dok.kevin)"]

[/caption]

Kurang lebih 1 jam berada di Batu Caves rombongan Federal Oil Goes to Sepang diajak mengunjungi toko yang menjual bermacam arloji, parfume, dan juga mainan anak-anak. Karena harganya juga tidak berbeda jauh dengan di Indonesia, maka sepertinya tidak ada seorang pun yang berbelanja di sana.

Sebelum ke penginapan, kami makan malam dulu di sebuah restoran chinese, halal tentunya, yang berada di daerah Sentul. Setelah itu barulah kami diantar menuju ke penginapan yang berada di kawasan bisnis Fraser Park. Federal Oil telah menyiapkan hotel yang sangat layak semua peserta selama berada di Malaysia.

Menara Kembar KLCC
Malam pertama di KL sebagian besar peserta rombongan memanfaatkan waktu untuk mengunjungi Landmark-nya Kuala Lumpur. Apalagi kalau bukan Twin Towers di Kuala Lumpur City Center. Transportasi yang mudah dari hotel menuju ke sana dengan menggunakan taksi. Tarifnya 20 ringgit sekali jalan.

Ada apa di Twin Towers? Karena waktu itu sudah agak larut malam maka kami tidak bisa mengeksplore lebih jauh. Pastinya tentu tidak menyia-nyiakan peluang untuk bisa berfoto ria di salah satu bangunan tertinggi di dunia itu.

[caption caption="Kompasianers di Twin Towers -KL (dok.Kevin Kompasiana)"]

[/caption]

Menyatu dengan menara Petronas, terdapat Suria KLCC yaitu pusat perbelanjaan. Pemandangan yang sama seperti mal-mal yang ada di Indonesia. Namun, jika mencari tempat penukaran uang yang rate-nya bagus silakan cari money exchange yang ada di lantai bawah mal ini.

[caption caption="Jalan-jalan di Mal Suria KLCC (dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="Tidak berbeda dengan di tanah air (dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="Ruang terbuka di Suria KLCC, dengan air mancur warna-warni (dok.pri)"]

[/caption]

Di depan Suria KLCC terdapat semacam plasa dengan kolam dengan air mancur yang berwarna-warni. Di sini banyak orang berkumpul bersama teman atau keluarga. Malam itu, terlihat yang paling banyak berada di sana adalah orang-orang dari Indonesia.

[caption caption="Pemandangan menarik lain di Twin Towers-KL (dok.pri)"]

[/caption]

Kuala Lumpur di waktu malam sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Jakarta. Perbedaanya mungkin pada perasaan aman sebagai pelancong. Entahlah, sejak mendarat di Kuala Lumpur seperti sudah kena cuci otak bahwa kota ini adalah kota yang aman.

MotoGP
Minggu 25 Oktober sebelum morning call, saya dan teman satu kamar Kompasianer Yusep Hendarsyah selesai sarapan. Rasa tidak sabar memulai hari karena Minggu 25 Oktober itu mungkin akan jadi salah satu hari bersejarah dalam hidup. Apalagi kalau bukan nonton MotoGP secara live.

Sebelum berangkat semua peserta Federal Oil Goes to Sepang 2015 mendapat briefing singkat dari leader yaitu Bapak Ivan Ally dari Federal Oil. Lalu dibagikanlah tiket dan paddock access, kami akan diberi kesempatan untuk lebih dekat dengan pembalap Xavier Simeon dari tim Federal Oil Gresini Moto2 dan bisa berkeliling di belakang area garasinya tim-tim peserta lainnya. Artinya kami bisa semakin dekat dengan para rider dunia seperti Valentino Rossi dkk.

[caption caption="Bp briefing dari Ivan Ally dan Miss Vinnie sebelum ke Sepang (dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="Tiket dan Paddock Access (dok.pri)"]

[/caption]

Walau balapan baru akan dimulai tengah hari namun kami harus berangkat awal. Alasannya tentu saja untuk menghindari macet. Bisa dipastikan akan ada ribuan orang yang akan menuju sirkuit Sepang.

Ternyata benar, iring-iringan kendaraan pribadi baik itu mobil maupun sepeda motor serta bus-bus rombongan sudah memenuhi jalan beberapa kilometer sebelum sirkuit. Ruas jalan yang lebar serta kesadaran pengguna kendaraan yang tinggi membuat semua kendaraan bisa melaju dengan lancar walau dalam kecepatan yang rendah. Bisa jadi ini karena pihak Malaysia sudah berpengalaman menggelar hajatan MotoGP.

[caption caption="#Federal Oi Goes To Sepang 2015 (dok. Ivan Ally-FO)"]

[/caption]

Beruntung juga datang lebih awal sehingga bus masih bisa parkir di areal khusus bus. Jika terlambat sedikit saja tidak menutup kemungkinan bus harus parkir di luar kompleks sirkuit. Sebelum memasuki sirkuit kami sempat berfoto dulu sebagai kenang-kenangan.

Dari area parkir kami tidak harus berjalan kaki menuju sirkuit Sepang yang berjarak kurang lebih 1 kilometer. Ada bus shuttle yang disediakan secara gratis untuk mengantar calon penonton MotoGP.

[caption caption="Memasuki Gate Sirkuit Sepang (dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="Sudah ramai pengunjung sejak pagi (dok,pri)"]

[/caption]

Kemeriahan MotoGP sendiri sudah hidup sebelum memasuki gerbang sirkuit. Para fans fanatik baik perseorangan maupun kelompok datang lengkap dengan atribut idola mereka. Di sisi lain, antrian panjang mengular terlihat di bagian loket tiket.
Setelah melewati Gate mulai tampak stand-stand dari merek-merek ternama yang menjual pernak-pernik otomotif, berdiri di kanan dan kiri. Semua yang mereka jual tentu saja orisinil, barang KW tidak akan dijumpai di sini.

[caption caption="(dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="(dok.pri)"]

[/caption]

Menonton MotoGP tidak usah takut kelaparan atau kehausan. Banyak stand yang menjual makanan dan minuman. Tapi tentu saja harganya jauh berbeda dengan di luar. Untuk makan siang Federal Oil memberi RM 30, dan itu lebih dari cukup.

[caption caption="(dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="(dok.pri)"]

[/caption]
Memegang tiket Main Grandstand Gate 1-5 berarti kami berkesempatan untuk bisa menonton dekat dengan garis start di bagian N (North). Jika ingin melihat para pembalap melahap tikungan-tikungan tinggal berpindah ke bagian tribun S (south) yang jaraknya cuman beberapa meter saja.

[caption caption="(dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="pemandangan dari paddock (dok.pri)"]

[/caption]

Paling menarik adalah lawatan ke paddock tim Federal Oil Gresini Moto2. Bisa bertemu langsung dengan pembalap mereka, Xavier Simeon. Melihat dari dekat persiapan tim ini menjelang race. Memegang Paddock Access berarti semakin dekat dengan tim-tim MotoGP, dan juga para umbrella girls. Momen ini tidak disia-siakan untuk bisa berfoto bersama mereka.

[caption caption="Tanda tangan Xavier Simeon untuk penggemarnya (dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="Umbrella girls, sisi lain MotoGP (dok.pri)"]

[/caption]

 

[caption caption=""Don Juan with Umbrella Girls (dok.Kevin)"]

[/caption]

[caption caption="Kompasianer yang ke Sepang lewat jalur lain... kenal? (dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="Pemandangan di belakang garasinya Ducatti (dok.pri)"]

[/caption]

Singkat kata, bagi yang baru pertama kali menonton MotoGP, perjalanan ke sirkuit Sepang adalah peristiwa yang luar biasa. Merasakan deru suara motor ber-CC besar melesat cepat bercampur dengan keriuahan fans-fans fanatik adalah sebuah sensasi tersendiri. Atmosfer Sepang semakin memanas ketika Valentino Rossi dan Marc Marquez terlibat persaingan seru yang berujung pada insiden kontroversial. Menjadi saksi dari apa yang sedang hangat diperbincangkan hingga hari ini.

Race utama usai dan penonton membubarkan diri. Stand-stand merchandise, semakin ramai dengan pengunjung. Maklum saja mereka mulai mengobral barang dagangan. Jadi bagi yang suatu saat nonton MotoGP dan ingin shopping, lebih baik waktu pulangnya saja.

[caption caption="Sirkuit Sepang menyediakan tempat parkir yang representatif (dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="Calon pengguna bus shuttle ke KL mengular (dok.pri)"]

[/caption]

Menuju parkir bus, akan lebih efisien dengan berjalan kaki. Tidak perlu menggunakan bus shuttle karena macetnya sungguh luar biasa. Di area parkir bus shuttle ke Kuala Lumpur terlihat pemandangan yang menarik. Apalagi kalau bukan antrian yang luar biasa panjang,mungkin mencapai 100 meter lebih. Maklum saja bus-bus tersebut disediakan gratis, dan menjadi transportasi paling mudah untuk ke tengah kota.

Perjalanan kembali ke KL terpaksa harus ditempuh selama 2 jam, maklum saja jalanan begitu padat seiring mereka yang juga pulang dari Sepang. Sebelum ke hotel, kami makan malam dulu. Lagi-lagi ke restoran ala Chinese dengan sajian yang datang silih berganti. Di restoran ini, lagi-lagi bertemu dengan beberapa rombongan dari Indonesia yang baru juga dari Sepang.

Kembali ke hotel, tenaga di badan rasanya sudah habis. Lelah seharian muter sana sini di Sirkuit Sepang. Mandi dengan air panas rasanya akan membuat tidur semakin nyenyak. Melanjutkan mimpi menyaksikan aksi para rider dunia di Sepang.

Hari terakhir di Malaysia
Senin 26 Oktober adalah hari terakhir  trip di Kuala Lumpur. Agendanya adalah city tour, tapi lebih tepat disebut shopping tour. Sepanjang perjalanan guide kami tidak henti menjelaskan sejarah tempat atau daerah-daerah yang kami lewati.

Beryl's Chocolate Kingdom
Rumah coklat ini cukup terkenal di Kuala Lumpur karena merupakan destinasi wisata yang sepertinya 'wajib' dikunjungi jika melancong bersama agen wisata. Kita bisa menemukan berbagai varian rasa dan bentuk coklat di sini. Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan rumah-rumah produksi coklat yang ada di tanah air. Perbedaannya ada pada harga, yang lebih mahal.

[caption caption="Di Beryl's Chocolate Kingdom (dok.pri)"]

[/caption]

Sebelum berangkat ke Malaysia sebenarnya beberapa teman sudah menyarankan lebih baik membeli coklat Berly di luar seperti di Central Market karena harganya lebih murah. Ternyata betul, teman yang membeli coklat Beryl di Central Market mendapati harganya memang lebih murah.

Maaf, tidak ada foto menarik di Berly karena mereka melarang pengunjung untuk mengambil gambar. Mungkin dengan alasan takut ditiru, padahal foto bisa jadi alat promosi gratis khan.

Coffee Town
Kami tidak berlama di Berly karena mengejar waktu juga untuk segera ke Coffee Town. Ini adalah toko yang menjual kopi dan teh. Produk mereka lebih banyak pada white coffe dengan bermacam rasa.

[caption caption="(dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="cobain semua rasa kopi mereka (dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="Packaging yang menarik...bisa ditiru nih (dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="Kopi rasa durian....agak aneh di lidah (dok.pri)"]

[/caption]
Di sini pengunjung disuguhi tester semua kopi dan teh tarik mereka. Bagi penggemar white coffee, White Town adalah surga karena sepertinya mereka punya segalanya. Mau kopi rasa durian sampai kopi dengan ramuan tongkat ali ada di sini.

Saya pribadi tidak terlalu antusias di sini karena kurang menyukai white coffee. Soal kopi tidak ada yang lebih baik dari kopi Gayo, kopi Sidikalang, dan kopi-kopi asli tanah air. Tetapi Coffee Town punya sesuatu yang hebat, apalagi kalau bukan 'packaging'. Ya, bagaimana mereka mengemas produk lalu menjualnya dengan cara yang memikat. Mereka mendesain toko mereka sehingga pengunjung bisa merasa nyaman untuk berbelanja.

Central Market
Central Market adalah destinasi terakhir di Kuala Lumpur. Central Market berada di jantung kota Kuala Lumpur. Central Market atau pasar sentral adalah bagian dari sejarah perkembangan kota Kuala Lumpur. Dahulu pasar sentral memang adalah sebuah pasar 'basah' seperti pasar-pasar di tanah air. Kini ia sudah menjadi herritage yang direvitalisasi dan menjadi tujuan wisata utama di Kuala Lumpur.

[caption caption="Central Market di China Town (dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="inside Central Market (dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="Inside Central Market (dok.Ang Tek Khun)"]

[/caption]

Di pasar sentral pengunjung bisa membeli berbagai pernak-pernik khas Malaysia yang bisa dibawa pulang sebagai souvenir. Mulai dari batik-nya Malaysia, kaligrafi cina, kaos-kaos khas, hingga gantungan kunci.

[caption caption="Sisi lain Central Market aka Kasturi Walk (dok.pri)"]

[/caption]

[caption caption="(dok.pri)"]

[/caption]

Enaknya berbelanja di pasar sentral, selain harganya yang tidak terlalu mahal karena diawasi oleh pihak pemerintah, pembeli bisa melakukan tawar-menawar. Cuman harus juga hati-hati, seorang teman mendapati tas yang ia beli ternyata ternyata 'cacat'. Penjual sepertinya memberikan barang yang berbeda dari sampel.

Sayang karena keterbatasan waktu karena mengejar penerbangan kembali ke tanah air kunjungan ke Central Market tidak bisa lama. Tidak semua sudut dari pasar sentral kami eksplore. Bukan karena ingin banyak berbelanja, tapi dari pasar sentral kita bisa sedikit lebih mengenal Malaysia.

Tiga hari 2 malam di Kuala Lumpur rasanya hanya sekejab saja. Tidak terasa Federal Oil Goes To Sepang harus berakhir. Kembali ke kota masing-masing, meneruskan aktivitas keseharian. Meninggalkan kenangan indah, yang tentu saja ingin bisa terulang.

Apa yang kurang dari perjalanan ke Malaysia? Memang sih tujuan utamanya jelas nonton MotoGP, tapi alangkah lebih lengkap bisa diajak mencicipi kuliner khas kaki lima-nya Malaysia. Soalnya tidak semua peserta rombongan pernah melancong ke Malaysia. Lainnya rasanya sudah lebih dari cukup untuk sebuah perjalanan yang singkat itu.

Bersama artikel ini, terima kasih untuk Federal Oil dan Kompasiana atas tiket gratis ke Sepang. Buat bapak Ivan Ally dari FO, leader yang bersahabat. Mas Danang dan mbak Wenny tour guide dari TX tour yang sudah sabar mendampingi. Tidak ketinggalam juga Miss Vinnie Low dan Ko Aaron pemandu wisata lokal.

Terakhir, pada semua peserta Federal Oil Goes To Sepang 2015, thanks guys atas kebersamaannya. Awalnya kita tidak saling kenal, tapi 3 hari kebersamaan ternyata membuat semua seperti satu keluarga. Semoga tahun depan kita bisa ke Sepang lagi, eh Jepang.

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun