Sebagai orang Indonesia, orang Asia bukan rahasia jika teramat kita sulit untuk mendapat pengakuan. Apa kendala yang kerap terjadi?
“Masalah utama ya soal racism. Karena mostly executive pastry chef adalah bule. Tetapi setelah beberapa bulan ya oke.” Jelasnya.
Bagaimana membuat anak buah respek?
“Kuncinya..berbuat baik. Touch them..give a big shot if necessary. Actually I don’t care about respect. I just need the job done. Tahu nggak... aku bisa gila kalo di dapur. Mungkin orang nggak mengira aku bisa marah.”
Eh koq bisa kecemplung di dunia pastry. Iseng atau memang minat dari dulu?
“Berbuat baik saja terus. Hati insya Allah jadi baik. Hati yang baik pasti akan menuntun kita ke arah yang baik.” Jawabnya singkat.
Sebuah jawaban yang membuat saya harus berpikir untuk mengolah maksud dari jawabannya itu. Sungguh bukan jawaban yang langsung menjawab pertanyaan saya.
Sebenarnya apa yang istimewa dari seorang Budi Setiono sehingga dipercaya oleh begitu banyak hotel mewah? Jika melihat CV-nya ia sudah bekerja pada hotel-hotel ternama seperti The Chedi, Amanyara, The Sommerset, Regent Palms, Fairmont Group, Jumeirah, Shangri La, The Meydan, hingga Waldorf Astoria. Sebagian besar bukan dia yang melamar pekerjaan. Tapi Ia yang diminta untuk bergabung. Di Indonesia sendiri namanya pernah tercatat di Hard Rock Hotel, Alila serta Inaya yang berlokasi di Bali.
“Yang spesial dari aku...apa ya? Bisa jadi ini semua hanya keberuntungan semata. Ehm....tapi begini....yang pasti aku mencoba untuk mengikuti rule dan selalu sabar. Di bidang pastry ini semuanya harus presisi. Harus diukur dan ditimbang dengan sangat cermat. Disamping itu mungkin karena Tuhan menganugrahkan jiwa seni jadi membuat karyaku terlihat berbeda. Ya pokoknya harus kreatif dan mampu berimaginasi sajalah. Kuliner khan bukan soal rasa saja.”
Pengalaman apa yang paling berkesan selama berkarir?
“Ehm... yang paling berkesan waktu bekerja untuk The Meydian. Tahun 2011 kami harus menghandle 23.000 orang pada event Dubai World Cup. Lomba pacuan kuda paling bergengsi di dunia. Dan juga ketika ada gelaran Dubai Airshow di tahun 2012. Luar biasa berat dan menantang.”
“ Satu lagi yang tak kalah berkesan ketika jadi juara 2 dalam Battle of The Kitchen. Lomba antar kitchen hotel-hotel terkenal di Dubai. Saingannya berat-berat. Waktu itu yang ngadain Air Berlin. Kami satu tim tiga orang, lumayan bisa masuk final dari 12 peserta. Bangga sekali rasanya....”
Apa kesibukan lain di luar dapur?
“Ya kadang ada tawaran untuk muncul di TV Dubai. Nggak jauh juga dari urusan dapur. Sempet juga jadi team creator acara Celebrity Chef-nya Arab bekerja sama dengan Chef Osama. Selebihnya ya menjalani kehidupan biasa seperti orang lain. Jalan-jalan ke mall khan cuma dekat saja. Kadang bikin desain untuk furnitur. Kebetulan aku ada usaha sampingan usaha furnitur jati minimalis.”
Ada keinginan untuk kembali ke Indonesia?
“Sejauh ini belum...masih menikmati menjadi international citizen dulu. Masih ada tugas yang belum selesai. Aku saat ini coba memberdayakan keluarga di desa dan juga warga sekitar dengan mendirikan usaha pabrik roti dan katering. Setelah lebaran nanti baru akan berjalan. Aku ingin mereka semua di sana bisa mandiri dan meningkatkan taraf hidup mereka semua. ”
“Nanti pada suatu titik aku harus benar-benar lepas dari keluargaku. Entah pergi kemana gitu...menjadi pekerja sosial.” Tambahnya.
Budi juga juga bercerita bahwa ia sebanarnya ingin membantu mengembangkan potensi daerahnya yaitu kerajinan pandan. Dulu ia pernah membawa sampel, dan respon cukup baik. Cuma untuk melangkah lebih jauh Budi masih ragu-ragu. Permasalahannya adalah siapa yang bisa melakukan quality control. Inilah ‘penyakit’ kalahnya produk kerajinan kita dengan negara lain. Awalnya baik tetapi lama-lama kualitasnya menurun. Sehingga mengurangi tingkat kepercayaan. Budi mengakui sebenarnya ia punya link tidak hanya di Dubai, tetapi global yang bisa diajak kerjasama.