Mental suami saya sedang sakit jauh melebihi sakit fisiknya. Selama ini dia memendam berbagai masalah yang tidak dia ceritakan, merasa baik-baik saja dan tumbang dalam sekali hantam, luluh lantak. Sungguh tak sepadan jika melihat badannya yang tinggi besar. Untuk memulihkan tentu saja bukan pekerjaan instan, butuh waktu dan proses yang tidak sebentar.
Kejadian ini adalah tamparan Allah atas kelalaian kami. Banyak hikmah yang disematkan untuk kami petik dan jadikan pelajaran. Pandemi yang bagi saya selama ini adalah momen hore karena sering WFH, nyatanya Allah pampangkan di hadapan kami dengan gamblang bahwa betapa mengerikan medan tempur yang nakes hadapi setiap hari. Pasien yg datang dan pergi silih berganti, ada yang sembuh, atau mati. Corona itu bukan besok atau nanti, bukan disana tapi juga disini. Bersimpati dan berempati atas kehilangan ribuan nyawa yg sudah berjuang. Semoga ada pelangi yang menanti kami dibalik badai dahsyat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H