Mohon tunggu...
Venty Nilasari
Venty Nilasari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Diary

When The Second Wave Hit Us Finally

19 April 2024   11:42 Diperbarui: 19 April 2024   11:43 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Courtesy: Shutterstock

Saya coba berbagai cara untuk menguji apakah ini benar anosmia kopit atau hanya pilek biasa, walaupun saya nggak umbelen kaya gejala flu. Segala rupa yang saya dapat dari sharing onlen di wa grup, dari mulai menghirup minyak kayu putih dalam air panas, dicuci dengan larutan NaCl (air garam), makan bawang putih, yg pada saat kita sehat berbau langu itu, di mulut saya terasa kriuk, pedes, dan sekali lagi hambar. Astaghfirulloh. Serius kali ini kopit, feeling saya.

Senin, 05 Juli 2021

.

Karena mual, makanan yg masuk ke lambung suami hanya bisa diitung sendok.  Hari ke-4 bergejala, dia udah lemes, minta ke IGD. Okey, tanpa pikir panjang saya siapin tas berikut ASIP untuk si Adek yang akan nginep di rumah Uti sementara. Jam 9.30 dia dijemput. Tanpa cipika cipiki dan jaga jarak, saya pamit sekilas dengan Adek dan Uti sembari meminta doa agar kami lekas pulih seperti sedia kala. Setelah semua barang siap dalam 2 ransel, kami berangkat motoran tengah malam menerjang dinginnya angin mbediding.

Begitu masuk IGD, ada sekuriti yg juga tetangga. Tanpa banyak kata dia udah paham dan sigap menanyai saya selaku keluarga dan menjelaskan prosedural rawat inap di masa pandemi. Tak lama kemudian, dokter jaga datang, memeriksa suami dan menanyakan keluhan, diikuti mbak perawat yg dengan cekatan memasang tensimeter dan oksimeter.

Karena saturasi oksigen bagus dan sistole, diastole juga denyut nadi normal, diagnosis dokter, ini bukan hal urgent untuk dirawat inap. Kalopun minta rawat inap, ruang isolasi cuma tinggal 1. Suami saya dengan gejala ringan begini tentu saja nggak masuk prioritas. Saya menyampaikan keinginan suami yg ingin diinfus, biar badan gak lemes banget. Dokter mengiyakan dengan syarat gak ditanggung bpjs. Oke, kita ikut jalur umum, yang penting suami bisa tertangani dengan baik.

06 Juli 2021

.

Setelah menghabiskan sebotol infus dan parcet, jam 3 dini hari kami pulang ke rumah dan suami yg sudah insomnia berhari-hari berharap tidur sepanjang hari. Tetapi jam 10 kami dianjurkan ke Poli Eksekutif untuk melakukan tes swab. Fix, rencana tidur belum bisa terealisasi. Hasil swab tidak bisa langsung diketahui, butuh beberapa hari karena antriannya amat panjang. Pandemi saat ini sedang parah-parahnya. 

Kami pulang, makan untuk memasok energi yg sudah terkuras habis-habisan dan berencana untuk "horizontal body battery saving mode", sudah seharian dan semalaman saya tidak tidur sama sekali.

Suami masih mengeluhkan badannya yg tidak fit dari ujung rambut sampe ujung kaki. Malam kedua, dia minta balik lagi ke IGD. Okey, harus siap-siap lagi begadang part 2 nih. Kami berangkat lagi dengan bawaan yg gak begitu banyak. Suasana IGD yg begitu chaos, ada korban kecelakaan, orang lahiran, dsb membuat kami ciut nyali. Suami mengajak pulang kembali sebelum meminta tindakan medis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun