Jika tergolong kaum butiran detergen seperti saya, dipastikan akan jarang menerima tamu di rumah. Selama lebaran saya sekeluarga hanya sibuk ngider dari rumah satu ke rumah lainnya. Saya sengaja memesan kue-kue lebaran untuk kami makan sendiri. Jadi bisa lebih menghemat anggaran konsumsi. Akan berbeda jika keluarga saya adalah kepala atau tokoh masyarakat yang rumahnya nyaris tak pernah sepi.
Orang dengan Kondisi Kesehatan
Kesehatan adalah nikmat terbesar yang sangat patut kita syukuri. Menjenguk sanak saudara yang sedang diuji sakit dan mendoakannya sudah sewajarnya kita lakukan, lebih-lebih saat lebaran.
Berdomisili di Negeri Antah Berantah
Tidak semua orang merasakan nikmatnya pulang kampung untuk lebaran berkumpul dengan keluarga, terutama bagi perantau. Rasanya memang kurang lengkap jika lebaran tanpa mudik. Jika memang berhalangan, opsi merayakan lebaran di tanah rantau menjadi pilihan yang tak bisa ditolak. Karena rindunya berat di ongkos dan jarak, hehehe.
Faktor-faktor tersebut di atas seharusnya tidak menjadi alasan untuk tidak memutus tali silaturahim. Dengan eratnya silaturahim akan memperkuat ukhuwah. Saling memaafkan karena salah dan dosa tidak hanya yang terlihat besar dan berat saja. Kita juga wajib mengenalkan anak-anak dengan sesama saudaranya sehingga mereka akan melanjutkan estafet silaturahim ini kelak. Nah, Kompasioner, bagaimana budaya silaturahim di keluarga Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H