Mohon tunggu...
Venty Nilasari
Venty Nilasari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenali Dulu Kurikulum Merdeka, Komentar tentang Kurikulum Nasional Baru Kemudian

18 April 2024   11:49 Diperbarui: 18 April 2024   12:12 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Courtesy: Foto Pribadi

KKM yang terlalu dipaksakan pada kurikulum sebelumnya membuat nilai yang tertera di raport menjadi not make sense, nggak sesuai kenyataan. Karena tuntutan semua murid harus naik kelas, maka guru dipaksa ngaji (ngarang biji). Akibatnya, proses belajar yang dianggap sepele oleh siswa menjadi hal lumrah. Sudah kita saksikan bersama dampaknya pada masa pandemi lalu, bahwa ada lubang hitam besar menganga bernama learning loss yang menjangkiti sebagian besar siswa di seluruh negeri.

 

Pada KuMer, tidak serta merta KKM dihapuskan. KKM berganti nama menjadi KKTP yang perlu dibuat untuk mengukur keberhasilan guru dalam menyampaikan pembelajaran. KuMer menitikberatkan pada kemampuan literasi dan numerasi. Bahkan siswa diperbolehkan tidak naik kelas jika memang Tujuan Pembelajaran (TP) belum bisa dipenuhi. Walaupun pada praktiknya masih belum bisa dilakukan karena berbagai pertimbangan strategis.

 

Beberapa tahun terakhir ini saya sering menjumpai siswa kelas tinggi (fase B dan C) yang masih belum bisa membaca. Semestinya membaca tersebut harus sudah tuntas di fase awal (fase A) sang anak memasuki Sekolah Dasar. Lha kalau nggak naik kelas gurunya yang dimarahi, sekolah diintimidasi, padahal memang siswa tersebut tergolong slow learner.

 

5. Tidak Ada Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah salah satu penunjang untuk membantu guru dalam pembelajaran. Penunjang memang penting karena perangkat pembelajaran ibarat perlengkapan perang kita dalam kelas. Namun perlu diingat, tugas guru yang utama dan pertama tetaplah mengajar. Banyak kasus belakangan siswa terbengkalai dengan dalih guru sibuk membuat perangkat ajar.

Diakui banyak pihak, perangkat pembelajaran pada K13 memang terlalu ndakik-ndakik. Semua skenario pembelajaran yang terlalu ideal itu ditulis dengan sangat rinci sehingga terkesan saklek dan membuat ruang gerak guru terbatas. Padahal kenyataan di lapangan berbagai macam kemungkinan bisa saja terjadi dan banyak yang jauh dari ideal.

 

Dalam KuMer, perangkat pembelajaran disusun dengan lebih sederhana dan operasional. Pemerintah sudah menyediakan contoh perangkat pembelajaran yang bisa diunduh oleh guru melalui aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM). Tetapi perangkat tersebut butuh pengembangan lebih lanjut sesuai dengan kondisi masing-masing satuan pendidikan. Sekilas terlihat merepotkan dan ruwet menyusun Capaian Pembelajaran (CP), Tujuan Pembelajaran (TP) dan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). Tetapi semua hal itu dilakukan demi mengubah cara belajar siswa kita yang selama ini tidak bermakna. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun