Â
2. Yang Menerapkan KuMer Mendapat Dana Operasional
IKM dilakukan secara bertahap agar kita bisa beradaptasi. Bagi sekolah yang mendaftar IKM secara mandiri, tentu saja tidak mendapat bantuan dana dari pemerintah. Lain halnya dengan SP yang dipastikan mendapat dana operasional untuk menunjang program-programnya.
Â
3. Siswa Hanya Belajar Mata Pelajaran yang Disukai
Kata Merdeka yang disematkan dalam kurikulum terbaru menimbulkan berbagai terjemahan bebas pada khalayak. Terserah mau belajar apapun, sesuka hati siswa asal sesuai minat dan bakat. Begitu kira-kira penafsiran kasarnya. Pembelajaran pada KuMer memang berpusat pada siswa, dalam hal ini berarti siswa berhak menggunakan berbagai sumber belajar apapun yang mampu diaksesnya.
Â
Pada jenjang SD, materi yang pada K13 disajikan secara tematik, saat ini sudah dikembalikan menjadi per MaPel. Hal ini sangat melegakan para guru mengingat penilaian pada K13 yang merepotkan karena walaupun tematik, nilainya dipisah menjadi per MaPel. Ibarat kita sudah meracik rujak, ketika siap santap kita diminta untuk melahap terpisah kecambahnya, lontongnya, bumbunya, sayurnya. Kerja yang tidak mangkus dan sangkil ya.
Â
MaPel pada KuMer sama saja kok, cuma ada penambahan atau pengurangan jam pada MaPel tertentu, misalnya MuLok dan PAI. Yang benar-benar baru adalah disisipkannya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) secara kokurikuler.
4. Tidak Ada Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)