Mohon tunggu...
Venty  Erla
Venty Erla Mohon Tunggu... -

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Communicology'16

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dibalik Mahkotaku

3 Januari 2017   07:35 Diperbarui: 3 Januari 2017   07:59 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Udara pagi hari ini cukup mendukung untuk memanjakan badan yang hampir lupa bagaimana rasa lembutnya belaian kasur. Adzan subuh tak terasa telah berkumandang, namun tetap belum juga membangunkan gadis tomboy ini dari mimpi indahnya. Anisa Azahra Putri, nama yang terdengar anggun dan indah bagi seorang perempuan. Setiap orang yang mendengar namanya pasti akan beranggapan bahwa dia adalah sosok perempuan yang lembut dan anggun, namun ketika telah memandangnya justru sebaliknya. Gadis yang biasanya disapa Anes ini adalah gadis yang tomboy, cuek, tidak peduli dengan apa kata orang lain tentang penampilannya dan mempunyai paras yang manis. Kini, dia duduk dibangku kelas 3 SMK dan tengah sibuk menghadapi rentetan ujian.

“kring..kring..kring” alarm dari ponselnya berdering, memaksa Anes untuk rela meninggalkan mimpi indahnya. Jam diponselnya telah menunjukkan pukul 05.30. Anes cepat-cepat bangkit dari kasurnya dan bergegas menuju kamar mandi sekaligus melaksanakan kewajibannya yang hampir dia lewati yaitu sholat. Setalah selesai sholat Anes bersiap-siap mengenakan baju kebesarannya yaitu baju perawat berwarna biru muda dan jilbab lebarnya yang menutupi badannya yang mungil dan tak lupa name tag disematkan di jilbabnya. Setelah selesai bersiap-siap Anes menuju ke ruang tengah untuk sarapan. Tak lama kemudian Anes berpamitan dengan orang tuanya.

“Bu, Yah, Anes berangkat ya” pamit Anes sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

“Hati-hati dijalan, Nak. Jangan ngebut ya” pesan orang tua Anes.

“Siap bu, Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikumussalam” serempak dijawab oleh orang tuanya.

Sesampainya di sekolah Anes langsung menuju ke lab praktik karena jadwal hari ini adalah latihan untuk menghadapi UKK (Ujian Kompetensi Keahlian). Kebetulan di SMK Anes mengambil jurusan keperawatan. Bayangkan sosok tomboy dan cuek seperti Anes harus berhadapan dengan orang-orang yang membutuhkan perhatian dan berharap kesembuhan. Sangat sulit untuk dibayangkan, tapi Anes tetap harus melaksanakannya dengan penuh kelembutan.

“Anes”. Tiba-tiba Anes dikejutkan dengan seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.

“Ya ampun kanaya, kamu bikin aku kaget aja”. Jawab Anes kesal.

“Hehe ya maaf, takut ke hipnotis ya”. Goda kanaya.

“gak bakal ke hipnotis deh sama orang kayak kamu, Nay”. Jawab Anes dengan nada cueknya.

“ih dasar kamu nes. Yaudah yuk cepetan jalan”. Sambil menggandeng tangan Anes.

Kanaya adalah sahabat Anes, sudah sejak kelas I SMK mereka bersama. Berbeda dengan Anes, Kanaya adalah kebalikan dari Anes. Kanaya mempunyai paras yang cantik dan sikap yang lembut juga anggun. Merupakan sosok perempuan idaman laki-laki surga, begitu Anes menggoda Kanaya. Tak lama mereka sudah sampai di lab kesehatan lantai 2 kemudian mereka masuk dan mengikuti pelatihan.

Saat ini tiba giliran Anes untuk praktik. Anes mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan dan tentunya juga mempersiapkan mental. Saat hendak memulai praktik, Anes ditegur oleh gurunya, Bu Ratih.

“Anisa, jilbabnya itu nanti gak ganggu kamu saat praktik? Atau bisa kamu pendekkan sedikit?”.

“InsyaAllah tidak mengganggu bu, ini saya sudah memakai pelindung baju”. Jawab Anes sambil memegang baju pelindungnya.

“Yasudah kalo begitu. Ibu tidak melarang, hanya saja pada saat besok UKK, nanti kamu harus bisa mengkondisikan ya. Karena penguji hanya terpaku pada peraturan yang dibuatnya, tidak menerima alasan apapun. Terlebih penguji itu tidak satu keyakinan dengan kita”. Sambung Bu Ratih.

“Baik bu”. Jawab Anes singkat.

Yap! Semua mempermasalahkan jilbabnya. Anes menggunakan jilbab lebar memang belum lama, kira-kira sejak PKL (Praktik Kerja Lapangan) saat Anes masih duduk di bangku kelas 2 SMK. Bukan hanya hari ini saja Anes ditegur, waktu Anes PKL di Rumah Sakit, dia sudah sering ditegur oleh kakak-kakak perawat disana karena melihat jilbab Anes yang kadang tidak sengaja kena pasien pada saat Anes sedang melakukan tindakan pada pasien tersebut. Tapi Anes tetap menyikapinya dengan sabar, walaupun dimata orang Anes terlihat tidak terima dengan teguran tersebut karena sikapnya yang cuek itu.

“Teng..teng..teng”. Lonceng istirahat berbunyi. Bu Ratih segera mengakhiri mata pelajaran dan meninggalkan ruangan. Kanaya langsung menghampiri Anes.

“Mbak jangan manyun, nanti manisnya hilang loh hehe”. Goda Kanaya

“Apaan sih Naya, duh bete ya selalu deh kayak gitu”. Ujar Anes.

“Sabar, anggap itu sebagai ujian dari Allah. Tetap istiqomah, tunjukkan pada semua orang kalo jilbab itu gak jadi penghalang”. Jawab Kanaya menyemangati.

“siap ukhti cantik. Yuk, makan”. Anes tersenyum sambil menarik tangan Kanaya.

Keesokan harinya...

Hari ini adalah hari yang mendebarkan, yap! UKK. Ujian yang akan menentukan lulus tidaknya kita dijurusan tersebut. Anes segera berpamitan dengan kedua orang tuanya setelah bersiap-siap dan tak lupa memohon restu dan doa agar dimudahkan dalam ujiannya. Sesampainya di sekolah sudah banyak yang berkumpul di depan lab. Anes segera melihat papan pengumuman untuk melihat kapan gilirannya ujian. Pada saat Anes hendak menuju ke kerumunan anak-anak didepan papan pengumuman, tiba-tiba Anes ditabrak oleh seseorang.

brak!”. Buku yang dipegang Anes jatuh ke lantai.

“duh maaf anisa, aku gak sengaja”. Jawabnya.

Anes terkejut, karena yang menabraknya adalah laki-laki. Anes melihat keatas sebentar dan ternyata yang menabraknya adalah Ade. Laki-laki yang selama ini dia kagumi. Anes langsung pergi tanpa membalas permintaan maaf Ade.

“Assalamu’alaikum manis, gimana kamu urutan nomer berapa?”. Kanaya mengejutkan.

“Wa’alaikumussalam, nomer 20 nih, kamu berapa Nay?.”Jawab Anes semangat.

“wah, aku duluan hehe. Aku nomer 10. Kamu hari ini kelihatannya lagi bahagia, hayo kenapa?”. Tanya Kanaya sambil menyenggol lengan Anes.

“gak ada apa-apa kok Nay, kan dalam kondisi apapun kita tetap harus senyum. Senyum juga ibadah loh, hehe”. Jawab Anes sambil tersenyum malu.

“wah aku curiga nih, ada apaan sih, Nes?”. Jawab Kanaya penasaran.

“gak ada ukhti cantik, yuk belajar sambil nunggu giliran”. Jawab Anes.

Kanaya sudah selesai mengikuti ujian UKK. Sekarang tinggal menunggu giliran Anes. Tak lama kemudian nama Anes dipanggil. Anes segera memasuki ruangan ujian. Kali ini yang lebih dipersiapkan adalah menambahkan porsi mentalnya menghadapi penguji yang pastinya akan mengomentari jilbab lebarnya. Setelah perkenalan dan mengisi ASKEP (Asuhan Keperawatan), Anes segera mempersiapkan peralatan dan menuju ke pasien lalu memulai tindakannya. Setelah kira-kira 30 menit, Anes selesai melakukan tindakan dan segera menghadap penguji.

“Bu, saya sudah selesai melaksanakan tindakan”. Lapor Anes kepada penguji.

“Baiklah Anisa, selama kamu melaksanakan tindakan saya tidak melihat ada kesalahan yang kamu lakukan. Kerja kamu sesuai dengan tata cara yang sudah ditetapkan. Penampilan kamu rapi, dengan kerudung yang kamu pakai itu tidak menjadi masalah kamu mengerjakan tindakan dan saya sangat kagum dengan hal itu. karena saya sangat jarang sekali melihat anak-anak diusia kamu ini berpenampilan seperti kamu. sekarang kamu boleh keluar”. Jawab penguji.

“terimakasih bu, saya permisi dulu”. Pamit Anes.

Setelah menunggu semua murid selesai melaksanakan UKK. Tibalah pengumuman hasil UKK. Jantung Anes berdegup cepat, seperti rasanya ingin lari dari tempatnya. Anes tak henti-hentinya melantunkan doa. Terdengar suara Bu Ratih mulai membacakan hasil ujian didepan murid-murid. Tak lama terdengar nama Anes disebutkan dengan jelas oleh Bu Ratih. Semua mata tertuju pada Anes, tertuju pada sosok gadis yang cuek itu. Anes menjadi pemegang nilai terbaik dalam UKK. Spontan Anes terkejut dan langsung memeluk Kanaya. Senyum indah membentang di wajahnya. Anes yang terkenal dengan kecuekannya, kini berubah menjadi sosok gadis manis dengan senyumnya yang indah. Ucapan selamat atas nilai yang diperolehnya datang menghampiri Anes, termasuk dari Ade laki-laki yang dikaguminya.

“Anisa, selamat ya. Kamu hebat”. Ucap Ade sambil mengulurkan tangannya bermaksud untuk menjabat tangan Anes.

“Alhamdulillah, terimakasih ade. Berkat doa dan ikhtiar. Bukan hanya aku saja, tapi kita semua yang hebat”. Jawab Anes menunduk sambil menyatukan kedua telapak tangannya didepan dadanya, bermaksud meminta maaf karena tidak menerima jabatan tangan Ade.

Ucapan syukur berkali-kali Anes lantunkan. Berkat doa dan ikhtiarnya, berkat kesabarannya mendengar teguran-teguran karena jilbabnya, berkat semangat dari orang tua dan sahabatnya ia mampu menunjukkan kepada semua orang bahwa jilbab bukan menjadi suatu penghalang dalam melakukan kegiatan.

Jadi, untuk kamu semua jangan patah semangat. Jadikan teguran sebagai pelajaran. Jadikan sabar dan doa menjadi senjata mu. Walaupun dalam kondisi terjatuh, tetap angkat kepala mu, dan jangan biarkan mahkota indahmu terjatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun