Negara ini tampaknya sudah terlalu penuh dengan koruptor, dari atas hingga ke kroco-kroco di pedesaan semuanya sudah penuh diwarnai dengan warna Korupsi, kolusi dan Nepotisme. Mulai dari instansi pemerintah bahkan hingga ke organisasi swasta, semuanya penuh kebiasaan suap menyuap dan korupsi. Tapi ternyata, masalah terbesar bangsa Indonesia tersebut dengan cerdasnya oleh pemerintah dialihkan ke isu-isu sepele (sepele kalau dibandingkan dengan isu korupsi) yang tentunya dibantu oleh media massa. Beberapa isu "tidak penting" yang blow-up oleh pemerintah dan media diantaranya adalah kasus Ariel-Luna-Cut Tari dan Isu ganyang Malaysia. Untuk kasus Ariel-Luna-Cut Tari tentu kita semua yang berpendidikan diatas SD tahu mengapa isu ini sangat tidak penting. Namun untuk kasus Ganyang Malaysia, mungkin beberapa dari kita tidak menyadari bahwa ini adalah taktik para koruptor untuk mengalihkan opini publik dengan cara menciptakan musuh bersama. Manuver politik menciptakan musuh bersama ini umumnya dilakukan oleh negara-negara otoriter. Tujuannya jelas, yaitu untuk mengalihkan opini publik dari pencitraan negatif pemerintahannya kepada isu-isu lain, terutama isu mengenai hubungan internasional. Contohnya adalah pada masa-masa lahirnya komunisme di Rusia: Dengan mengatasnamakan kedaulatan Uni Soviet mereka menciptakan musuh bersama yaitu bangsa Ukraina, Armenia, Belorusia, Azerbaijan dan lain-lain. Kemudian pada masa rezim NAZI di Jerman, mereka diberi musuh bersama yaitu bangsa Yahudi dan Polandia beserta orang-orang komunis, termasuk negara Uni Soviet. Ada lagi untuk saat ini adalah Korea Utara yang menciptakan musuh bersama Amerika Serikat dan sekutunya. Indonesia, walaupun bukan negara diktatorial namun juga turut menjalankan strategi ini untuk mengalihkan konsentrasi dan kontrol publik terhadap jalannya kasus-kasus hukum para koruptor. Mungkin bedanya dengan penciptaan musuh bersama pada Negara diktator adalah pada Negara Indonesia yang melakukan pengalihan isu ini bukan para pemimpin eksekutifnya namun oleh para koruptor-koruptor yang punya kepentingan atas pengalihan isu ini. Hal ini tampak dari perilaku beberapa pemimpin eksekutif tertinggi kita yang tidak turut melakukan propaganda pengalihan isu ini. Ada beberapa hal yang membuat saya mengatakan bahwa konfrontasi dengan Malaysia merupakan isu buangan dari isu Korupsi alih-alih menjadi hal yang harus menjadi perhatian utama bangsa ini: 1. Koruptor jauh lebih banyak menyengsarakan warga Indonesia. Kalau para pendukung ganyang Malaysia sering beralasan kita harus menyerang Malaysia karena mereka sering menyiksa TKI kita, maka yang jadi pertanyaan adalah Berapa banyak TKI kita yang disiksa disana? Paling banyak jumlahnya ratusan ribu hingga 1 juta orang saja (karena total jumlah TKI kita disana ada 2 juta orang). Bandingkan jumlah korban penduduk Indonesia yang tersiksa karena tingkah laku para koruptor yang mencapai angka puluhan hingga ratusan juta orang! 2. Koruptor jauh lebih banyak menggadaikan kedaulatan Negara ini. Para pendukung ganyang Malaysia sering mengemukakan pernyatakan bahwa banyak pelanggaran/pengambilan wilayah kedaulatan Indonesia. Namun coba kita perhatikan bersama, berapa juta hektar yang telah terenggut dari Negara ini akibat tindakan para koruptor di masa lampau dan masa sekarang ini? Mulai dari hal-hal yang kecil seperti pengerukan pasir pantai/pulau (bahkan banyak pulau yang sampai “hilang” karena dikeruk) sampai masalah besar seperti tuntutan kemerdekaan Timor Leste. Bahkan kalau korupsi di negeri ini tetap langgeng seperti saat ini, bukan tidak mungkin akan muncul gerakan-gerakan separatis Timor Leste lain yang bertujuan memerdekakan diri dari NKRI. 3. Koruptor lebih banyak merendahkan derajat harkat dan martabat Negara Indonesia. Para pendemo ganyang Malaysia berseru lantang bahwa mereka (Malaysia) telah merendahkan harga diri negara ini dengan tidak menghargai kedaulatan wilayah Indonesia. Tapi coba kita perhatikan betapa negara ini telah direndahkan sedemikian hina oleh tingkah laku para koruptor yang merupakan anak bangsa negeri ini sendiri. Dunia memandang kita tidak lebih sebagai Negara “bobrok” yang merupakan surga bagi para koruptor. Dan inilah konsekuensi dari kelakuan para koruptor-koruptor itu: Kita kini direndahkan oleh tetangga kita sendiri. Ini merupakan suatu proses reaksi berantai yang logis, jadi jangan salahkan Malaysia merendahkan kita kalau kita sendiri berkelakuan seperti binatang pengerat (TIKUS).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H