Dalam upaya mengatasi permasalahan energi global, penggunaan energi terbarukan menjadi semakin relevan. Salah satu inovasi yang mendapat perhatian adalah pengembangan briket dengan menggunakan ampas kayu sebagai sumber energi alternatif. Ampas kayu, yang sering kali dianggap limbah, memiliki potensi besar untuk diolah menjadi briket ramah lingkungan melalui penerapan teknologi hijau (green technology).
Potensi Ampas Kayu sebagai Sumber EnergiÂ
Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan hutan yang melimpah. Namun aktivitas pengolahan kayu menghasilkan limbah berupa ampas kayu yang seringkali tidak dimanfaatkan secara optimal. Ampas kayu mengandung karbon yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan briket. Dengan proses pengolahan yang tepat, ampas kayu dapat diubah menjadi sumber energi alternatif yang efisien dan ramah lingkungan. Selain itu, briket dari ampas kayu juga memiliki keunggulan berupa emisi gas rumah kaca yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil, sehingga mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.
Penerapan Teknologi Hijau dalam Pembuatan BriketÂ
Pengembangan briket dari ampas kayu melibatkan penerapan teknologi hijau yang fokus pada proses produksi yang efisien dan meminimalkan dampak lingkungan. Teknologi ini di antaranya tahap pengeringan, penggilingan, pemadatan, hingga karbonisasi menggunakan metode yang hemat energi. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah pirolisis , yaitu proses pembakaran pada suhu tinggi dalam kondisi minim oksigen dan dapat mengurangi produksi limbah berbahaya.
Manfaat briket biomassa dari ampas kayu, yaitu:Â
- Sumber Energi Terbarukan
Briket biomassa merupakan alternatif ramah lingkungan untuk bahan bakar fosil. Ketika dibakar, briket ini melepaskan jumlah CO2 yang sama dengan yang diserap oleh biomassa selama pertumbuhannya, sehingga tidak menambah emisi karbon dioksida ke atmosfer.
- Pengurangan Limbah
Proses pembuatan briket menggunakan limbah kayu dan sisa-sisa pertanian yang biasanya dibuang ke tempat pembuangan akhir. Dengan mengubah limbah ini menjadi briket, kita dapat mengurangi volume sampah yang dihasilkan dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
- Efisiensi Pembakaran
Briket biomassa memiliki kandungan kelembapan yang lebih rendah (biasanya kurang dari 9%), sehingga mereka membakar lebih bersih dan efisien dibandingkan dengan kayu bakar tradisional. Ini berarti lebih sedikit asap dan polusi yang dihasilkan saat pembakaran.
- Transportasi dan Penyimpanan yang Lebih Mudah
Briket memiliki densitas tinggi, sehingga lebih mudah untuk diangkut dan disimpan dibandingkan dengan bentuk bahan bakar lainnya seperti kayu bakar. Ini juga mengurangi biaya transportasi dan penyimpanan.
Langkah-langkah dalam pembuatan briket biomassa dari ampas kayu, yaitu:Â
1. Bahan utama adalah ampas kayu, yang dapat diambil dari limbah penggergajian atau dari industri pengolahan kayu lainnya.
2. Ampas kayu harus dikeringkan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar airnya.
3. Bahan yang sudah kering digiling menjadi serbuk halus menggunakan mesin penggiling. Kadar air yang ideal untuk pembuatan briket biasanya berkisar antara 10--15 persen. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menghambat proses pemadatan dan menyebabkan briket tidak menyala dengan baik. Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan partikel yang lebih kecil sehingga lebih mudah untuk memadatkannya.
4. Untuk memperkuat struktur briket dalam beberapa metode, bahan pengikat (binder) seperti tepung tapioka atau pati digunakan. Namun, dalam beberapa metode, bahan pengikat tidak diperlukan, tergantung pada mesin dan teknik yang digunakan.
5. Serbuk ampas kayu yang telah dihaluskan dan kering kemudian dimasukkan ke dalam mesin briket, juga dikenal sebagai mesin press briket, yang bekerja dengan tekanan tinggi dan menghasilkan briket. Tergantung pada cetakan yang digunakan, briket yang dihasilkan dapat berbentuk kotak, silinder, atau bentuk lainnya.
6. Setelah dibentuk, briket harus dikeringkan lagi untuk memastikan kadar airnya benar-benar rendah. Jika jumlah produksinya besar, ini dapat dilakukan di bawah sinar matahari atau menggunakan oven pengering.
Tantangan dan SolusiÂ
Meski memiliki potensi besar, pengembangan briket dari ampas kayu masih menghadapi tantangan, seperti keterbatasan teknologi di daerah terpencil dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang manfaat energi terbarukan. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan dukungan dari pemerintah, lembaga penelitian, dan pihak swasta dalam bentuk penyediaan teknologi, pelatihan, dan kampanye edukasi.
KesimpulanÂ
Pengembangan briket dari ampas kayu merupakan langkah strategis untuk mewujudkan transisi energi berkelanjutan sekaligus menerapkan teknologi ramah lingkungan. Selain memberikan solusi terhadap masalah limbah kayu, inovasi ini juga dapat mengurangi pengurangan emisi karbon, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan kemandirian energi nasional. Melalui kolaborasi berbagai pihak maka dapat dioptimalkan untuk mendukung visi Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Daftar Referensi:
Astutiningsih, S. E., & Sari, C. M. (2017). Pemberdayaan kelompok agroindustri dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan. 2(1), 1-9.
Sutarman, I. W. (2016). Pemanfaatan limbah industri pengolahan kayu di kota denpasar (studi kasus pada cv aditya). Penelitian Dan Aplikasi Sistem Dan Teknik Industri. 10(1): 15-22.
Syihabuddin, R. H., Malik, H. I., Surya, W., & Aqilah, R. M. (2020). " Recycle Green" Inovasi Tempat Sampah Pintar Pengurai Sampah Plastik menjadi Energi Listrik. IENACO (Industrial Engineering National Conference).
Tambaria, T. N., & Serli, B. F. Y. (2019). Kajian analisis proksimat pada briket batubara dan briket biomassa. Jurnal Geosains dan Teknologi. 2(2), 77-86.
Turniasih, I., & Dewi, N. K. (2016). Peranan sektor agroindustri dalam pembangunan nasional. Jurnal Geografi Gea. 7(2).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H