Langkah-langkah dalam pembuatan briket biomassa dari ampas kayu, yaitu:Â
1. Bahan utama adalah ampas kayu, yang dapat diambil dari limbah penggergajian atau dari industri pengolahan kayu lainnya.
2. Ampas kayu harus dikeringkan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar airnya.
3. Bahan yang sudah kering digiling menjadi serbuk halus menggunakan mesin penggiling. Kadar air yang ideal untuk pembuatan briket biasanya berkisar antara 10--15 persen. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menghambat proses pemadatan dan menyebabkan briket tidak menyala dengan baik. Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan partikel yang lebih kecil sehingga lebih mudah untuk memadatkannya.
4. Untuk memperkuat struktur briket dalam beberapa metode, bahan pengikat (binder) seperti tepung tapioka atau pati digunakan. Namun, dalam beberapa metode, bahan pengikat tidak diperlukan, tergantung pada mesin dan teknik yang digunakan.
5. Serbuk ampas kayu yang telah dihaluskan dan kering kemudian dimasukkan ke dalam mesin briket, juga dikenal sebagai mesin press briket, yang bekerja dengan tekanan tinggi dan menghasilkan briket. Tergantung pada cetakan yang digunakan, briket yang dihasilkan dapat berbentuk kotak, silinder, atau bentuk lainnya.
6. Setelah dibentuk, briket harus dikeringkan lagi untuk memastikan kadar airnya benar-benar rendah. Jika jumlah produksinya besar, ini dapat dilakukan di bawah sinar matahari atau menggunakan oven pengering.
Tantangan dan SolusiÂ
Meski memiliki potensi besar, pengembangan briket dari ampas kayu masih menghadapi tantangan, seperti keterbatasan teknologi di daerah terpencil dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang manfaat energi terbarukan. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan dukungan dari pemerintah, lembaga penelitian, dan pihak swasta dalam bentuk penyediaan teknologi, pelatihan, dan kampanye edukasi.
KesimpulanÂ
Pengembangan briket dari ampas kayu merupakan langkah strategis untuk mewujudkan transisi energi berkelanjutan sekaligus menerapkan teknologi ramah lingkungan. Selain memberikan solusi terhadap masalah limbah kayu, inovasi ini juga dapat mengurangi pengurangan emisi karbon, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan kemandirian energi nasional. Melalui kolaborasi berbagai pihak maka dapat dioptimalkan untuk mendukung visi Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan.