Hari ini, tanggal 2 Oktober adalah hari Batik Nasional dengan ditetapkannya sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Batik di Indonesia begitu beragam. Setiap daerah memiliki batik dengan ciri khas tersendiri. Keunikan dan kekhasannya membuat siapapun takjub dan bangga memakainya. Karena hari ini adalah hari Batik Nasional, tak dipungkiri lagi semua media menyorot dan menjadikan pembahasan utama tentang batik. Di salah satu acara di sebuah televisi swasta mengangkat tema batik. Dalam perbincangannya, disebutkan macam-macam batik dari berbagai daerah yang sering disebutkan, terkecuali, batik besurek khas Bengkulu. Sungguh saya amat sangat sedih. Sebagai orang yang dibesarkan di Bengkulu, saya ingin sekali batik besurek dikenal luas di Indonesia. Orang hanya tau, batik Solo, batik Cirebon, batik lasem, batik mega mendung, dan lain-lain. Bahkan untuk di Provinsi Bengkulu sendiri, batik besurek ini kalah dengan batik lain. Batik besurek hanya dipakai di perkantoran dan sekolahan, itupun batik printing. Namun untuk keseharian, warga Bengkulu nyaris tidak ada yang menggunakannya. Kalo begini caranya bagaimana kita bisa melestarikan batik besurek ini? Setelah saya telusuri inilah alasannya:
- Bengkulu masih sedikit memiliki Industri Batik yang mandiri.
Ketika saya ingin membelikan baju buat teman saya dari Banten yang begitu mencintai batik, saya dikejutkan dengan harga sebuah baju batik printing berkisar Rp. 130.000 ke atas, kira-kira segitu, karena saya sudah lupa harga saat itu. Dan kalo beli kainnya per meter batik besurek printing, Rp 30.000 saja kita sudah dapat. Lalu saya tanyakan kepada pramuniaga di sana kenapa bisa mahal. Mereka menjawab, ongkos menjahitnya yang mahal. Intinya mereka masih menggunakan jasa penjahit di luar, karena mereka belum mempunyai pegawai khusus untuk menjahit. Mereka juga mengatakan kalau ongkos menjahit di Kota Bengkulu begitu mahal, mencapai Rp 100.000/ lembar. Lalu saya ke Gallery batik satunya lagi masih dalam misi membandingkan harga. Di sana saya mendapatkan harga yang wajar menurut saya dibandingkan dengan gallery sebelumnya dengan baju batik printing yang harganya mahal. Di Gallery kali ini, saya bisa mendapatkan baju batik tulis yang dikombinasikan dengan batik cap seharga Rp. 140.000. Pilih mana coba? Ya tentu saja saya memilih kombinasi batik tulis dan batik cap. Tidak lupa pula saya bertanya kepada Pramuniaga Gallery tersebut, apa yang membedakan antara Gallery yang saya datangi daripada gallery lain dari segi harganya lebih murah. Pramuniaga tersebut menjawab, "Karena kami memiliki para pembatik sendiri dan penjahit sendiri yang kami gaji khusus, sehingga kami bisa menekan biaya produksi yang akan berimbas pada harga batik." Coba kalo Gallery yang kedua saya kunjungi ini di contoh dengan gallery lain, dengan maksud punya Gallery yang lengkap sekaligus konveksi sendiri alias punya tenaga penjahit sendiri, tentunya tidak akan mahal harga baju batik. Kalo batik tulis sih wajar mahal, lah kalo selain batik tulis mahal, bagaimana mereka yang dari kalangan menegah ke bawah yang cinta batik mau beli.
Jika dibandingkan dengan kota Solo yang sudah mempunyai gallery dan industri batik yang banyak. Saya bisa perkirakan setiap gallery batik mempunyai tenaga penjahit sendiri yang digaji khusus sehingga biaya produksi tidak begitu membengkak, hingga akhirnya batik bisa didapatkan dengan harga murah. Ketika saya berkunjung ke Kota Solo, tentunya saya tak lupa mampir ke pasar Klewer sentra batik terbesar di Asia Tenggara. Di sana saya disuguhi batik-batik yang cantik-cantik dan bisa saya dapatkan dengan harga cukup murah. Bisa ditawar pula. Bawa uang Rp 25.000 saja kita udah dapat. Jadi tidak heran kenapa di Jawa, khususnya di Solo, batik begitu sering dipakai dari anak-anak, hingga dewasa dalam aktivitas apapun. Melihat geliat baju batik Solo di tempat sendiri begitu bagus, maka pemerintah setempat gencar mempromosikan batik ini ke mancanegara. Bahkan, motif batik khas Solo ini dijadikan dekorasi di setiap, tempat, seperti hotel, bandara. Maka tak heran batik di Jawa menjadi Go Internasional.
2. Kurang adanya dukungan Pemerintah
Batik Besurek juga tidak kalah bagusnya dan cantiknya dengan batik daerah lain. Namun karena minimnya dukungan pemerintah, maka geliat industri batik di Bengkulu lesu. Jika saja pemerintah memberikan bantuan dana/barangkepada pengusaha batik skala kecil/rumahan, saya yakin mereka merasa sanngat terbantu. Dengan adanya bantuan dana, tentunya para pengusaha batik tak perlu lagi mengeluarkan ongkos jahit yang membuat batik jadi mahal, akan tetapi mereka memiliki mesin jahit sendiri dan merekrut para penjahit yang diberi gaji. Dan para pengusaha juga bisa mengadakan pelatihan kepada kaum ibu rumah tangga untuk membatik dan merekrut mereka sebagai pengrajin baik. Tentunya ini akan membantu menekan angka pengangguran di Bengkulu dan meningkatkan produksi batik di Bengkulu.
3. Kurangnya promosi
Pemerintah Bengkulu selalu saja diam dalam mempromosikan kebudayaan kota Bengkulu yang cukup kaya. Namun, sebenarnya untuk masalah promosi, bukan hanya tugas pemerintah saja yang berpromosi, tapi adalah tugas semua masyarakat Bengkulu. Di zaman serba canggih ini sebenarnya sudah cukup banyak media promosi, namun belum dioptimalkan lebih jauh lagi. Kita bisa mempromosikan batik besurek, lewat media massa, youtube, facebook, bbm, twitter, instagram, bahkan dalam sebuah tulisan fiksi dan nonfiksi juga kita bisa promosikan batik besurek. Ya media itulah yang setidaknya sudah cukup membantu dalam promosi. Sebenarnya jika pemerintah mau mempromosikannya, bawalah batik ke event nasional, seperti Jakarta Fashion Week atau acara lainnya. Tidak cukup dengan menggelar event-event besar Bengkulu saja, kalau yang menyaksikan juga warga Bengkulu. Dalam hal ini, memang Bengkulu perlu mempercantik diri, sebelum mengadakan event di Bengkulu, karena kita perlu memancing wisatawan sebelum mempromosikan batik. Jika wisatawan datang karena keindahan alamnya, otomatis mereka akan melihat sisi lain Bengkulu, yaitu budaya dan batiknya.Â
Nah itulah beberapa alasan kenapa Batik Besurek masih asing di negeri sendiri. Nah bagi yang belum tahu batik besurek itu seperti apa. Ini dia sejarahnya dengan sumber dari http://ardli099.mywapblog.com/sejarah-dan-asal-usul-kain-besurek.xhtml (dengan penambahan tulisan)
Kerajinan Kain Besurek mulai dikenal oleh Masyarakat Bengkulu yaitu pada saat pengasingan pangeran Sentot Ali Basa dan keluarganya di bengkulu oleh Kolonial Belanda. Pada saat pengasingan itu keluarga Sentot Ali Basa membawa bahan dan peralatan membuat batik, yang tujuannya untuk mengisi kesibukan selama di pengasingan. Pada saat keluarga Sentot Ali Basa melakukan pekerjaan membatik, warga Bengkulu melihat dan memperhatikan mereka. Kemudian warga Bengkulu tersebut tertarik dan minta untuk belajar pada keluarga Sentot Ali Basa untuk membuat batik. Kemudian warga Bengkulu belajar membatik sampai bisa. Namanya tetap batik. Batik berasal dari kata jentik yang berarti tulisan.
Keahlian yang telah didapat masyarakat Bengkulu itu terus dilakukan higga sekarang. Untuk menjaga kelestarian (kelangsungan) Kain Besurek sampai kapanpun, sekarang ini dilakukan pembinaan oleh beberapa lembaga antara lain Departemen Industri & perdagangan, Departemen Pariwisata, Departemen Pnedidikan & Kebudayaan, dimana menetapkan Kain Besurek sebagai mata pelajaran di sekolah.
  Kerajinan membatik resmi berganti nama menjadi kerajinan Kain Besurek saat pemerintahan daerah tingkat I dijabat oleh Razie Yahya. Banyak orang menyebutnya sebagai batik besurek, padahal sebenarnya yang benar adalah Kain Besurek.
 Sejarah  Kain  Besurek
           Kain Besurek Bengkulu sudah ada sejak abad ke-16 bersamaan dengan masuknya Islam ke wilayah Bengkulu. Pengaruh agama Islam sangat kental sekali pada kain Besurek Bengkulu. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya motif kaligrafi yang dipergunakan dalam pembuatan kain Besurek Bengkulu padahal sebelumnya motif kain Besurek Bengkulu lebih banyak  didominasi  oleh  motif  flora  dan  fauna.
           Sebelum pengaruh Islam masuk, warna yang mendominasi kain Besurek Bengkulu umumnya adalah warna hitam atau biru, warna merah, merah hati, coklat, kuning atau kekuningan. Kain Besurek dengan warna hitam atau biru biasanya digunakan untuk menutup mayat dan menutup keranda. Sementara itu, kain Besurek dengan warna merah, merah hati, coklat, kuning dan kekuningan biasanya digunakan untuk keperluan upacara adat seperti untuk  penganten  dan  pernikahan.
           Seni kerajinan membuat kain Besurek di kalangan masyarakat Bengkulu sempat mengalami masa kevakuman selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Sampai akhirnya sekitar tahun 1980-an Gubernur Bengkulu, Suprapto, menggalakkan kembali seni kerajinan kain Besurek  dengan  membangkitkan  kembali  motif-motif  lama.
           Salah satu langkah yang ditempuh Gubernur Suprapto dalam menggalakkan seni kerajinan kain Besurek di Bengkulu adalah dengan mewajibkan para pegawai negeri sipil (PNS) untuk mengenakan pakaian dari kain Besurek pada hari-hari kerja tertentu. Di luar dugaan langkah yang ditempuh Gubernur Suprapto itu mampu mendorong bangkitnya kembali industri kerajinan kain Besurek di Bengkulu. Bahkan, kalangan pelaku industri kerajinan kain Besurek pun mulai terangsang kembali untuk mengembangkan motif-motif baru.
 Pengertian Kain Besurek
Kain Besurek berasal dari dua kata, yaitu Kain dan Besurek. Kain adalah Tekstil. Besurek berasal dari dua kata juga, yaitu be(r) yang artinya mempunyai / memiliki, dan surek dari bahasa bengkulu yang artinya surat / tulisan. Jadi, Kain Besurek artinya "Kain yang memiliki  tulisan  /  surat".
Tulisan / surat yang tertera pada pada Kain Besurek tersebut dinamakan motif.
Kerajinan Kain Besurek mulai dikenal oleh Masyarakat Bengkulu yaitu pada saat pengasingan pangeran Sentot Ali Basya dan keluarganya di bengkulu oleh Kolonial Belanda. Pada saat pengasingan itu keluarga Sentot Ali Basya membawa bahan dan peralatan membuat batik, yang tujuannya untuk mengisi kesibukan selama di pengasingan. Pada saat keluarga Sentot Ali Basya melakukan pekerjaan membatik, warga Bengkulu melihat dan memperhatikan mereka. Kemudian warga Bengkulu tersebut tertarik dan minta untuk belajar pada keluarga Sentot Ali Basya untuk membuat batik. Kemudian warga Bengkulu belajar membatik sampai bisa. Namanya tetap batik. Batik berasal dari kata jentik yang berarti tulisan.
           Keahlian yang telah didapat masyarakat Bengkulu itu terus dilakukan hingga sekarang. Untuk menjaga kelestarian (kelangsungan) Kain Besurek sampai kapanpun, sekarang ini dilakukan pembinaan oleh beberapa lembaga antara lain Departemen Industri & perdagangan, Departemen Pariwisata, Departemen Pnedidikan & Kebudayaan, dimana menetapkan  Kain  Besurek  sebagai   mata  pelajaran  di  sekolah.
           Kerajinan membatik resmi berganti nama menjadi kerajinan Kain Besurek saat pemerintahan daerah tingkat I dijabat oleh Razie Yahya. Banyak orang menyebutnya sebagai batik besurek, padahal sebenarnya yang benar adalah Kain Besurek.
Â
Kesenian dan kebudayaan Bengkulu merupakan kebudayaan asli Kota Bengkulu yang memiliki ciri khas Kerajinan Tradisional yaitu Kain Besurek yang memiliki berbagai macam motif:
- motif kaligrafi = merupakan motif yang diambil dari huruf-huruf kaligrafi. Untuk batik besurek modern, biasanya kaligrafinya tidak memiliki makna.
- motif bunga rafflesia = bergambar bunga rafflesia arnoldi yang merupakan bunga raksasa khas bengkulu.. motif bunga rafflesia bisa dibilang sebagai motif utama kain besurek setelah kaligrafi.
- motif burung kuau = bergambar seperti burung, tetapi terbuat dari rangkaian huruf-guruf kaligrafi.
- motif relung paku = bentuknya meliuk-liuk, persis seperti tanaman relung paku.
- motif rembulan = merupakn motif yang digambar seperti rembulan yang bulat. Biasanya dipadukan dengan motif kaligrafi.
- Motif Cengkeh = bergambar tanaman cengkeh
 Ini membuktikan bahwa tiap daerah yang ada di Indonesia memiliki budaya daerah masing-masing.
Berikut gambar macam motif kain besurek yang saya ambil dari berbagai sumber di google:
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H