Ainun berusaha menentang hal tersebut. Ia digambarkan sebagai wanita yang cerdas, dan ingin mengenyam pendidikan tinggi. Ainun sedari kecil bercita-cita menjadi dokter.Â
Beruntungnya ia memiliki kedua orang tua yang mendukung. Hanya saja, mereka mengkhawatirkan Ainun karena pada kala itu perempuan tidak mudah untuk menggapai cita-citanya dalam pendidikan.
"Memangnya kenapa Yah? Kan kita sudah merdeka?"tanya Ainun kecil.
"Betul. Kita sudah merdeka. Tapi, masih banyak di luar sana yang pikirannya belum merdeka."jawab Ayah Ainun (Lukman Sardi).
Namun akhirnya Ainun berhasil mendapatkan undangan dari Universitas Indonesia untuk bersekolah di Fakultas Kedokteran. Disinilah, perjuangan Ainun mendapatkan kesetaraan hak perempuan dimulai.
Suatu pagi di kelas, Ainun dan temannya Arlis (Aghniny Haque) beradu mulut dengan sang kakak tingkat (Arya Saloka) hanya karena masalah tempat duduk. Pertengkaran pun berlangsung panjang, hingga akhirnya sang kakak tingkat mengeluarkan kata-kata yang cukup menohok.
"Hei perempuan! Jangan sok hebat kamu ya. Kalau pun kamu jadi dokter juga, tidak akan sehebat kami para pria!"
Singkat cerita, Ainun berhasil mengalahkan kakak tingkat tersebut, hingga akhirnya mereka pun pergi. Ainun menjadi terkenal di seluruh penjuru Universitas Indonesia sejak hari itu.Â
Terdapat sisi feminisme liberal yang ingin diangkat dalam film ini. Feminisme liberal yakni sebuah teori dimana perempuan dan laki-laki memiliki hak serta kesempatan yang setara.Â
Dari kedua scene ini, kita dapat melihat bagaimana perjuangan Ainun melawan patriarki mendominasi pada saat itu ketika mengenyam pendidikan sekolah dokter.