Saya kira, hal pertama yang harus kita lakukan dalam hidup ini adalah mencintai diri kita sendiri. Kita sulit mencintai orang lain tanpa pertama-tama mampu mencintai diri kita sendiri. Mana mungkin kita memberikan sesuatu yang kita tidak punya. Diskursus cinta tidak terbatas pada cinta sepasang kekasih. Sebagaimana Valentinus yang berkorban, kita pun diajak untuk mencintai dengan berkorban. Ketika kita membantu sahabat yang sedang berhadapan dengan persoalan berat, sebetulnya saat itu kita sedang mencintai.
Kasih sayang itu tidak perlu dirayakan, tetapi harus dihayati dan dilakukan secara terus-menerus. Mengasih, menyayang dan mencintai adalah disposisi batin yang tanpa putus dan berhenti. Kasih sayang bukan peristiwa yang temporal-momentual.Â
Sejarah kasih sayang sudah ada sejak manusia itu diciptakan. Bahkan, tidak berlebihan bila dikatakan, kalau manusia itu tidak lain adalah entitas yang secara kodrati mencintai; Ia tak mampu menyangkal identitas tersebut. Semua orang dilahirkan untuk mencintai. Tak ada satu manusia pun yang tak mencintai. Mencintai adalah hakikat makhluk bernama manusia.
Harus diakui pula bahwa manusia adalah ciptaan yang paling paradoks dari sekian banyak makhluk yang pernah diciptakan Tuhan. Ia mampu mencintai sekaligus membenci. Manusia mampu mengendalikan apa yang kita sebut dengan spontanitas.Â
Dengan rasionalitas, manusia diuntungkan ketimbang anjing, babi, kerbau, kambing, ayam dst. Tetapi, rasionalitas juga malah menjadi fakultas yang sering kali disalahgunakan. Tentang sesuatu yang ia tahu salah, manusia bisa mengatakan benar. Manusia adalah makhluk yang paling pandai dalam hal menipu dan berkamuflase.
Mungkin aneh bila kita mendeklarasikan pertanyaan kontroversial demikian, "Mengapa dunia hanya merayakan hari kasih sayang sedangkan kebencian tidak pernah dirayakan? Mudah menebak jawaban atas pertanyaan aneh ini. Yang dirayakan tentu saja selalu berkaitan dengan itu yang menghidupkan dan memanusiawikan. Kebencian selalu bermaksud menciderai kemanusiaan, oleh karena itu absurd untuk dirayakan. Bagi saya, orang-orang yang cenderung merayakan penderitaan orang lain adalah mereka yang sedang mengalami sesat rasional.
Tetapi, kita perlu sadar bahwa kebencian selalu dilakukan secara diam-diam. Tidak ada manusia yang secara terang-terangan mengakui kalau ia sedang dan pernah membenci. Kebencian memang tidak pernah dirayakan, tetapi selalu dilakukan. Saya sendiri gelisah, kalau ada orang yang merayakan "valentine's day" malah sebetulnya ia lebih cenderung membenci. Sekali lagi saya tegaskan, itulah makhluk bernama manusia; Ia mencintai tetapi juga membenci!
Oleh: Venan Jalang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H