Mohon tunggu...
Konstantinus Jalang
Konstantinus Jalang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Berfilsafat dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

A Day after Fuckin' Valentine's Day

15 Februari 2021   15:44 Diperbarui: 16 September 2021   17:02 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Natalie M. Rosinsky - dalam bukunya yang berjudul "Valentine's Day" - menegaskan bahwa hari valentine  yang terjadi pada 14 Februari bukanlah hari libur nasional. Buktinya, aktivitas perkantoran, bisnis dan sekolah masih saja berlangsung di hari itu. 

Konon, di Prancis dan Italia, hari valentine dirayakan dengan sangat meriah oleh anak-anak muda. Tetapi beberapa waktu kemudian pemerintah menganjurkan agar perayaan tersebut tidak perlu dibuat secara berlebihan. 

Perempuan Inggris meyakini bahwa hari valentine terjadi saat mereka menikah dengan lelaki yang sangat mereka cintai. Perempuan Italia percaya bahwa hari valentine terjadi saat mereka menikah dengan lelaki cinta pertama mereka. Rosinsky lebih lanjut menandaskan bahwa, semacam ada cara berpikir yang dungu atas tanggal 14 Februari. Sebab, romantisme perayaan hari valentine tidak selalu menjadi bukti cinta sejati. Kekuatan cinta itu sendiri selalu mengatasi penanggalan yang disepakati.

Dalam "A Day after Fuckin' Valentine's Day", saya ingin merefleksikan perayaan valentine's day dengan beberapa referensi historitasnya. Valentine's day awali punya banyak versi sejarah. Yang jelas, valentine's day awali adalah perayaan pagan orang-orang Romawi Kuno di abad ke-3. Waktu itu, adalah dewa bernama Lupercus yang diyakini sebagai penjaga para gembala dari serangan serigala lapar. Orang-orang Romawi kemudian mendedikasikan bulan Februari untuk menghormati dewa Lupercus. Perayaan itu dinamai "Luperculia".

Setelah serigala tidak lagi menjadi masalah besar di Roma, bulan Februari a la Romawi kuno juga diistimewakan untuk menghormati dewa Juno Februaryata. Perayaan ini berlangsung pada bulan Februari. 

Perayaan ini ditandai dengan ritus pengundian nama-nama wanita dalam sebuah kotak undi. Lelaki yang berhasil mendapatkan undian akan menjadi partner sang perempuan yang namanya diundi. Mereka kemudian memulai perjalanan hidup sebagai sepasang kekasih di bulan Maret. Tetapi, saat orang itu orang-orang Romawi belum mengenal istilah "valentine's day".

Sejarah Kekristenan kemudian memperkenalkan kisah sendiri perihal hari kasih sayang yang populer ini. Kekristenanlah yang memperkenalkan term "valentine's day". Kekristenan berusaha mengubah makna ritus pagan tersebut dengan nilai-nilai yang diwartakan kristianitas. Para pejabat gereja kemudian menggantikan nama-nama wanita undian dengan nama-nama orang suci Kristiani. Anak-anak muda diharapkan meniru cara hidup orang suci yang namanya diundi tersebut.

Usaha sakralisasi ritus pagan tersebut rupanya tidak mudah. Pada abad ke-14, nama-nama wanita kembali menjadi undian. Lalu, pada abad ke-16, Gereja mendeklarasikan sakralisasi ritus pagan tersebut sekali lagi. Gereja hendak mengajak semua orang agar ritus tersebut dihayati lebih dari sekadar peristiwa profan. Namun, usaha itu pun gagal seperti percobaan pertama.

Meskipun tanpa bukti historis yang valid, kita perlu mendengarkan kisah sosok martir Kristen bernama Valentinus. Valentinus dikenal sebagai seorang pendeta yang hidup di zaman kaisar Claudius. Ia dikenal berhati mulia. Orang-orang zamannya sangat memujanya. Di masa hidupnya, kaisar Claudius kesulitan merekrut pasukan perang akibat pernikahan. Kaisar lalu membuat sebuah regulasi yang melarang pertunangan dan pernikahan.

Valentinus rupanya salah-satu tokoh yang sangat getol menentang keputusan sang kaisar. Bagi Valentinus, pernikahan adalah ekspresi batin dua insan yang saling mencintai. Pernikahan adalah peristiwa yang suci. Aturan politik yang mengekang ekspresi cinta tidak pernah boleh dibenarkan. Atas dasar itu, Valentinus dimasukkan ke dalam penjara, tempat di mana ia akhirnya meninggal. 

Dalam versi lain dikisahkan bahwa, selama di penjara, Valentinus berhasil menyembuhkan anak gadis seorang sipir dari kebutaan. Karena hal demikian, kaisar Claudius memenggal kepala Valentinus pada  pada 14 Februari 269 (Setelah Masehi). Pada 496 (Setelah Masehi), Gereja - melalui Paus Gelasius - mendedikasikan tanggal 14 Februari untuk menghormati pecinta sejati bernama Valentinus. Dari sanalah istilah "Valentine's Day" tersebar menjadi semacam pop culture ke bangsa-bangsa lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun