Mohon tunggu...
Konstantinus Jalang
Konstantinus Jalang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Berfilsafat dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Asal-Muasal Istilah "Fuck"

24 September 2020   15:22 Diperbarui: 24 September 2020   15:57 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"I'm not talking about how to fuck, but how using word "fuck" in our daily conversation".

"Fuck". Mungkin teman-teman pernah atau malah sering mengucapkan kata ini. Kata ini bisa dimengerti secara positif dan negatif sekaligus. Intonasi sangat penting untuk memaknai kata "fuck" yang sedang diucapkan oleh siapapun.  Intonasi membuat pendengar paham reaksi apa yang sedang dialami oleh si pengucap. Kata "fuck" yang diucapkan saat seseorang marah tentu saja memiliki intonasi yang berbeda saat seseorang terkejut-bahagia. Kita perlu memahami konteks di mana dan kapan kata ini digunakan.

Kita pertama-tama perlu memahami historisitas kata "fuck". Konon, di Inggris, 'hubungan ranjang' pun perlu mendapat legalisasi dari pihak kerajaan. Hubungan intim yang sah adalah hubungan yang telah direstui oleh seorang raja. Dari konteks ini lahirlah regulasi yang berbunyi: "Fornicatian under Concent/Command of the King" yang kemudian disingkat "FUCK". Dalam perjalanan waktu, kata "fuck" dipopulerkan oleh media-media di Amerika. Orang-orang Amerika sering kali menggunakan kata ini dalam film dan bahkan di beberapa live talk show.

Sejarah singkat di atas setidaknya membuat kita paham bahwa memang asal-muasal kata "fuck" terlahir dari persoalan seksual di Inggris. Transisi makna kata ini terjadi di kalangan anak-anak muda Amerika.

Di Amerika, kata "fuck" telah dipopulerkan sebagai slank language (bahasa gaul). Meskipun demikian, harus diakui bahwa penggunaan kata ini tetap mengenal konteks. Istilah ini lebih pantas diucapkan dalam situasi yang informal. Kita disarankan untuk tidak menggunakan kata ini kepada lawan bicara yang usianya jauh di atas kita. Kata "fuck" lebih cocok digunakan dalam lingkungan pertemanan dan di situasi yang informal.

Bagi saya, kata "fuck" memang berkaitan dengan hubungan seksual, tetapi tidak sepenuhnya berbicara tentang hubungan seksual. Secara historis, kata ini memang punya riwayat yang bersentuhan dengan problem seksual. Namun dalam konteks kekinian, kata ini sama sekali tidak identik dengan 'persoalan ranjang'. Kata "fuck" telah dikeluarkan dari kerangkeng tabu masa lalu. Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal beberapa kata yang mengalami perubahan makna dari peyoratif ke amelioratif. Ada beberapa kata bahasa Indonesia yang sebelumnya dinilai "kasar", kini telah dimaknai sebagai kata yang "halus". Konteks dan intonasi dalam hal ini penting untuk menangkap makna. Kata "fuck" perlu dimaknai berdasarkan konteks dan intonasi!

Kata "fuck", sejauh digunakan sebagai slank language dan diucapkan sebagai spontanitas serta dalam konteks yang tepat bisa saja diterima. Mungkin kata Indonesia yang paralel dengan kata "fuck" ialah "anjir". Saya yakin, kalian pernah terkejut dengan kecantikan wajah seorang gadis dan secara spontan bilang: "Cantik anjir!". Itu sama halnya ketika orang Amerika bilang: "She's fucking beautiful!". Kedua ekspresi ini dalam bahasa inggris disebut "Emphasis". Ungkapan yang demikian hendak menekankan kecantikan yang berada pada level sangat.

Seperti yang telah saya katakan tadi, kata "fuck" tidak sepenuhnya berbicara soal hubungan seksual. Penggunaan kata "fuck" dalam bahasa Inggris memiliki beragam arti yang sama sekali tidak berkaitan dengan seks.

Seorang mahasiswa yang putus-asa karena skripsinya direvisi terus-menerus akan secara spontan bilang: "fuck this!". Ungkapan ini dalam bahasa Indonesia bisa diartikan demikian: "Sudahlah, capek saya!".

Atau orang Timur bilang: "Aiss, biar su!" Kita yang kagum dengan suara peserta Indonesian Idol akan secara spontan bilang: "What a fucking voice!" yang berarti: "Ya ampun, suara yang sangat bagus!". Ungkapan lain misalnya: "fuck off" yang berarti "pergi!" atau "fuck that" yang bisa diartikan: "tidak mau". Banyak ungkapan bahasa Inggris yang menggunakan kata "fuck" tetapi tidak melulu soal seks.

Kita juga tentu saja sering kali mendengar ucapan "fuck you!" atau "motherfucker!" dalam percakapan sebuah film Amerika. Kedua kata ini in se bermakna kasar. Tetapi perlu diketahui, kedua kata ini pun dalam konteks tertentu bisa dimaknai sebagai seruan yang sangat biasa dari seseorang kepada sahabatnya. Misalnya, ketika sahabat kalian memuji penampilan kalian secara berlebihan dengan bilang: "Uiss, kau kelihatan seperti Robert Pattinson". Kalian bisa saja secara spontan merespon: "Fuck you.." atau dalam dialek Indonesia Timur kalian bilang: "Kau pu telor tu..".

Mungkin di kesempatan lain,  sahabat kalian pernah ngerjain kalian yang sedang tidur. Dan, saat itu kalian akan bilang: "Go to hell motherfucker!". Saya yakin, Saat kalian mengucapkan kata ini kepada sahabat, itu berbeda intensi ketika kalian mengucapkannya kepada yang bukan sahabat kalian. Ketika kalian mengucapkan kata ini kepada sahabat  kalian, saya sangat yakin, kalian tidak sedang benar-benar marah

Pada saat yang sama, kalian juga akan mengucapkan kata ini di saat kalian benar-benar marah. Kita akan tahu dari intonasi dan kepada siapa kalian sedang mengucapkan kata ini. Ingat, term "fuck" tidak sepenuhnya soal seks!

Oleh: Venan Jalang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun