Teman-teman, kali ini saya ingin menguraikan sedikit apa yang kita kenal dengan Filsafat Modern. Istilah Filsafat itu sendiri merupakan kombinasi istilah Yunani: "philo" yang berarti "cinta" atau "mencintai" dan "sophia" yang berarti "kebijaksanaan". Secara harafiah, Filsafat berarti "Cinta akan Kebijaksanaan" atau "Mencintai Kebijaksanaan". Para filsuf dengan demikian merujuk pada orang-orang yang mencintai kebijaksanaan atau lebih tepat dikatakan orang-orang yang sedang mencari kebijaksanaan.Â
Dalam ranah ilmu pengetahuan, Filsafat dapat dipandang sebagai sistem atau cara berpikir tertentu yang sistematis dan metodologis dalam menilai, memahami dan mendefinisikan realitas.
Dalam ranah filosofis, tidak ada kebenaran mutlak. Setiap sistem filsafat melulu terbuka pada kritik. Oleh karena itu, berfilsafat identik dengan aktivitas bertanya dan mempersoalkan terus-menerus.
Para filsuf tidak mengenal pertanyaan terakhir. Ketika pertanyaan berhenti, aktivitas filosofis pun berhenti. Suatu sistem filsafat yang mapan sekalipun selalu terbuka pada proyek revisi. Meminjam pernyataan Magnis Suseno, Filsafat itu harus mampu menggonggong setiap rezim politik totalitarian. Dengan kata lain, Filsafat selalu berusaha mencurigai dan mampu menyibak intensi dominasi di balik setiap kemapanan.
Term "Modern" berasal dari bahasa Latin "Moderna" yang berarti "sekarang", "baru" atau "saat kini". Dari pengertian ini, kita dapat mengatakan bahwa setiap orang sebetulnya selalu hidup di "zaman modern", sejauh kekinian menjadi kesadarannya. Para ahli sejarah menyepakati bahwa pada tahun 1500 adalah hari kelahiran zaman modern di Eropa. Kesepakatan ini sama sekali tidak mengandaikan bahwa orang-orang yang hidup sebelum tahun 1500 atau sebelum abad ke-16 tidak memiliki kesadaran kekinian. Lebih tepat dikatakan bahwa orang-orang sebelumnya belum menyadari bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengadakan perubahan-perubahan yang secara kualitatif baru.Â
Mungkin teman-teman akan bertanya mengapa orang-orang sebelum tahun 1500 atau sebelum abad ke-16 tidak menyadari bahwa dirinya mampu mengadakan perubahan-perubahan yang secara kualitatif baru. Zaman sebelum tahun 1500 biasa disebut dengan zaman atau abad pertengahan (mediovale). Zaman ini di Eropa ditandai  dengan kesatuan yang sistematis antara gereja dan pemerintah sipil.
Perlu diketahui bahwa di masa itu, gereja di Eropa memiliki peran yang amat sentral dalam segala dimensi kehidupan masyarakat. Gereja menjadi institusi absolut dalam menentukan benar dan salah sebuah sistem pemerintahan.
Validitas temuan dalam ranah ilmu pengetahuan bahkan ditentukan oleh otoritas gereja. Perubahan-perubahan yang yang bertentangan dengan doktrin teologis gereja akan dianggap dosa, meskipun perubahan-perubahan tersebut secara kualitatif baru. Para pelaku perubahan yang bertentangan dengan ajaran dan tradisi gereja akan dianggap melakukan dosa besar dan pantas dihukum. Peristiwa memiluhkan dialami oleh seorang Astronom jenius bernama Galileo-Galilei (1564 - 1642).
Orang cerdas ini berhasil membuktikan kebenaran teori Heliosentrisme Copernicusian lewat teleskop temuannya pada tahun 1610. Lantaran dianggap bertentangan dengan konsep alam semesta  a la gereja, ia dipanggil ke Roma dan dihukum oleh inkuisisi gereja dengan dicungkil matanya. Peristiwa ini adalah dosa masa lalu gereja, meskipun jauh setelah kejadian tersebut, gereja bertobat. Konsipirasi naif gereja-kekuasaan politik di kalah itu telah mengebiri kebebasan manusia sebagai subjek rasional yang otonom.
Dalam ranah filosofis, perbedaan antara zaman modern dengan zaman sebelumnya bukan pertama-tama dilihat berdasarkan perubahan institusional, tata kota atau temuan teknologis dan fashion. Lebih dari itu, Filsafat berusaha melihat perbedaan dalam kancah yang lebih mendasar, yakni kesadaran. Filsafat meminati diskursus yang lebih fundamental. Temuan teknologi dan perubahan institusional justru merupakan produk kesadaran a la orang-orang zaman modern. Orang-orang modern memiliki kesadaran yang berbeda dengan orang-orang zaman pertengahan.
Bila orang-orang abad pertengahan kebebasannya dibatasi oleh doktrin dan tradisi gereja yang bersekongkokol dengan penguasa, maka, orang-orang modern memiliki kesadaran sebagai subjek rasional yang mampu memproduksi sesuatu yang baru secara otonom. Orang-orang modern adalah mereka yang berusaha melepaskan diri dari kerangkeng ajaran dan tradisi gereja yang membatasi kebebasannya. Hal ini justru membuat para pemikir abad modern mampu menciptakan sesuatu yang sangat baru. Oleh karena itu, ilmu-ilmu empiris yang mendorong penemuan alat-alat teknologi serta benua-benua baru sangat berkembang di zaman modern.