Melalui hal ini, penulis mendapatkan perspektif baru dari sisi keindahan prinsip pendidikan tersebut. stereotype orang-orang yang menyatakan bahwa masyarakat adat adalah orang yang tertinggal dan terbelakang, dapat kita tangkis melalui prinsip pendidikan ini. Â Bahwa mereka memiliki alasan untuk memilih tidak mendapatkan pendidikan formal dan menerima konsekuensinya yakni buta aksara. Yang mereka perjuangkan adalah untuk menjaga nilai-nilai leluhur mereka.
Pendidikan tidak dapat selalu diartikan dengan baik. Proses tersebutlah yang menentukannya. Bagaimana proses tersebut dapat menciptakan output yang baik atau justru sebaliknya kepada masyarakat. Kita melihat banyak fenomena saat ini bahwa pejabat dengan pendidikan tinggi dapat melalukan kejahatan korupsi dan melakukan kerusakan lingkungan secara massal, yang akhirnya justru sangat bertentangan dengan prinsip masyarakat Baduy. Begitu juga dengan masyarakat biasa yang berpendidikan biasa, justru ia dapat menciptakan hal-hal baik di sekitarnya tanpa harus merugikan orang lain.
Jika pendidikan formal yang diberikan kepada masyarakat Baduy justru hanya akan menjauhkan mereka dari tradisi leluhur mereka, lebih baik hal tersebut tidak perlu diberikan. Bukan berarti pendidikan tidak ada artinya di mata masyarakat Baduy, namun pendidikan yang mereka inginkan adalah pendidikan yang dapat membuat mereka tetap melestarikan dan mencintai adat mereka beserta tradisi-tradisinya tersebut.
Daftar Pustaka
- H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 56.
- Hasanah, A. (2012). Pengembangan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Pada Masyarakat Minoritas (Studi Atas Kearifan Lokal Masyarakat Adat Suku Baduy Banten). Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 12(1), 209-228.
- Salma Qowiyatun, N. (2019). Produksi Ruang Kampung Muslim Cicakal Girang di Tanah Ulayat Baduy (Doctoral dissertation, Universitas Islam Indonesia).
- Wawancara bersama Mas Ridwan selaku fasilitator Masyarakat Suku Baduy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H