Mohon tunggu...
vellyani christina
vellyani christina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FH UNAIR

ENFP

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Memandang Kembali, Menjembatani Memori Kolektif dan Masa Depan Melalui Perspektif Sosial, Politik, Ekonomi

4 Desember 2024   12:46 Diperbarui: 4 Desember 2024   12:51 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jakarta (dibuat dengan AI)

Namun, di era digital yang serba cepat ini, banyak kebudayaan lokal yang terancam punah atau tergerus oleh budaya global yang cenderung homogen. Di satu sisi, perkembangan teknologi dan informasi membuka peluang bagi kebudayaan lokal untuk lebih dikenal dan dihargai di dunia internasional. Namun, di sisi lain, generasi muda yang lebih terpapar pada budaya global sering kali melupakan akar budaya mereka sendiri.

   Contohnya, beberapa tradisi lokal, seperti upacara adat atau seni pertunjukan tradisional, semakin jarang dijumpai di kehidupan sehari-hari, terutama di kota-kota besar. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2022) menunjukkan bahwa sekitar 38% kebudayaan lokal di Indonesia terancam punah dalam beberapa dekade terakhir, terutama karena kurangnya minat generasi muda terhadap budaya tradisional.Namun, ada pula optimisme. 

Banyak komunitas di seluruh Indonesia yang mulai sadar akan pentingnya menjaga warisan budaya mereka.

 Inisiatif lokal untuk menghidupkan kembali kebudayaan lokal, seperti Festival Budaya, pertunjukan seni, hingga kampanye pelestarian bahasa daerah, menunjukkan bahwa memori kolektif ini masih hidup dan dapat berkembang jika diberikan ruang dan perhatian.

    Sebagai bangsa, kita harus terus-menerus melakukan refleksi terhadap kondisi sosial, politik, dan ekonomi kita saat ini. Kita perlu mengingat dan memahami bahwa sejarah dan memori kolektif adalah kunci untuk memahami masa kini, namun itu tidak berarti kita harus terjebak di dalamnya. 

Masa depan yang lebih baik hanya akan tercipta jika kita mampu mengambil hikmah dari pengalaman-pengalaman masa lalu, sambil mengadaptasi diri dengan perubahan zaman.Untuk itu, kita perlu berbicara lebih banyak tentang solusi, bukan hanya permasalahan. 

Mengingatkan kita bahwa kebijakan politik yang inklusif, ekonomi yang berkeadilan, dan pelestarian budaya bukanlah sesuatu yang harus menjadi pilihan, tetapi kewajiban kita sebagai bangsa yang ingin maju bersama. Data dari Forum Ekonomi Dunia (2023) menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia pada 2045, dengan proyeksi PDB mencapai USD 8 triliun. 

Namun, pencapaian ini hanya akan terwujud jika kita dapat menanggulangi ketimpangan sosial dan ekonomi, serta memastikan keberlanjutan budaya yang menjadi ciri khas bangsa ini. Dengan begitu, memori kolektif bangsa ini tidak hanya akan dikenang sebagai bagian dari masa lalu, tetapi juga sebagai landasan kokoh bagi pembangunan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun