Mohon tunggu...
Velinda Tias
Velinda Tias Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upacara Adat Kebo-keboan Banyuwangi Jawa Timur

16 Agustus 2023   20:17 Diperbarui: 16 Agustus 2023   20:29 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

ABSTRAK 

 Upacara adat kebo-keboan merupakan sebuah warisan dari leluhur di masyarakat dusun krajan desa alasmalang yaitu Buyut Karti yang hidup pada masa penjajahan Belanda sekitar 1725. Konon, ritual ini pertama kali dilakukan ketika desa alasmalang terkena wabah penyakit dan gagal panen. Kebo-Keboan merupakan salah satu upacara adat yaitu berubah menjadi kerbau. Namun, kerbau yang digunakan bukan kerbau sungguhan, melainkan manusia yang berubah menjadi kerbau.

 Kata kunci: banyuwangi, upacara adat, suku using, kebo-keboan, tradisi, nilai.

                                 PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang

 Adat merupakan hal yang harus kita lestarikan dan perhatikan karena hal tersebut berasal dari masa lampau, terutama adat kebo-keboan. Jika kita tidak bisa melestarikan dengan baik maka adat tersebut perlahan akan hilang seiring perkembangan zaman. Tidak terlepas dari adat kebo-keboan ini, adat ini sudah ada sejak 300 tahun yang lalu tepatnya pada abad ke-18 yang dimana sudah mempunyai umur yang sangat tua apalagi adat ini merupakan adat yang digunakan untuk acara acara tertentu, adat ini biasanya dilaksanakan setiap satu tahun sekali dengan rutin. 

Lebih tepatnya pada bulan muharam atau suro menurut penanggalan Jawa, yang jatuh pada hari minggu antara tanggal 1 sampai 10 suro. Oleh karena itu, untuk menjaga kelestarian adat kebo-keboan, sebaiknya dilakukan oleh seluruh masyarakat Banyuwangi. Tidak hanya orang tua tetapi juga anak anak serta remaja harus ikut turut serta dalam pelestarian adat ini. Dikarenakan jika tidak, adat tersebut akan musnah. Oleh karena itu, anak dan cucu kita kelak tidak bisa melihat adat kebo-keboan dari daerah Banyuwangi. 

                                   BAGIAN INTI 

Kerbau mempunyai simbol sebagai tenaga andalan bagi petani. Binatang kerbau merupakan binatang yang lekat dengan kebudayaan agraris. Dalam kehidupan agraris, kerbau dan sapi, merupakan binatang yang membantu petani dalam mengolah lahan sawahnya. Bahkan dalam mengolah sawah kerbau dianggap lebih kuat daripada sapi. Binatang kerbau di berbagai wilayah Indonesia menjadi binatang penting dalam ritual adat. Begitu juga kebo ini sangatlah istimewa dalam tradisi Banyuwangi. 

Oleh karena itu kota Banyuwangi memiliki tradisi yang masih di laksanakan sampai saat ini yaitu sebuah adat Kebo-keboan, Kebo-Keboan merupakan salah satu upacara adat yang berubah menjadi kebo Banyuwangi. Sesuai namanya, Kebo-Keboan dilakukan dengan berubah menjadi kerbau. Namun, kerbau yang digunakan bukan kerbau sungguhan, melainkan manusia yang berubah menjadi kerbau. Yang dikutuk oleh masyarakat. Tujuan dari upacara adat ini adalah bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, atas hasil panen yang melimpah dan merupakan doa, agar proses tanam benih untuk tahun depan dapat menghasilkan panen yang melimpah. 

Terdapat dua desa di Banyuwangi yang masih melestarikan tradisi Kebo-Keboan. Desa tersebut adalah Aliyan dan Alasmalang. Tujuan dan fungsinya sama, yang membedakan adalah alur penyajiannya. Di desa Aliyan seluruh ritual masih dilakukan secara aturan adat, sedangkan Kebo-Keboan di desa Alasmalang dilakukan dengan tujuan sebagai daya tarik wisata. Adapun proses pelaksanaan di Alasmalang Upacara Kebo-keboan di Alasmalang secara umum dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu:

Tahap pertama: berupa selamatan dengan 12 tumpeng, lauk-pauk, Jenang sengkolo, dan 7 porsi jenang suro. Tumpeng itu kemudian di makan secara bersamaan sepanjang jalan desa. Selain itu, para tertua desa juga melakukan ritual dibeberapa tempat keramat seperti watu laso, watu gajah, dan watu tumpeng. Tahap kedua: yaitu mengarak 30 manusia kerbau mengelilingi empat penjuru desa yang dipimpin tokoh adat. Dibelakang arak-arakan manusia kerbau, ada kereta yang digunakan oleh Dewi Sri, yaitu lambang dewi padi dan kesubura.

Tahap ketiga atau terakhir: yaitu penanaman benih padi oleh manusia kerbau. Sedangkan pelaksanaan upacara Kebo-keboan di Aliyan dilakukan dalam lima tahap, yaitu: Tahap pertama: persiapan, yaitu pemasangan umbul-umbulan disepanjang jalan desa. Tahap kedua: membuat kubangan yang lokasinya disesuaikan rute arak-arakan manusia kerbau, kubangan melambangkan tempat persemaian padi yang akan menghasilkan butir-butir beras. Tahap ketiga: membuat gunungan hasil bumi, gunungan ini berisi buah-buahan dan hasil bumi lain bersambung kesejahteraan. 

Tahap keempat: ider bumi yaitu mengarak manusia kerbau keseluruh penjuru desa. Tahap kelima: penutup disebut ngurit, yaitu seorang tokoh berperan sebagai Dewi Sri memberikan benih padi kepada ketua adat. Oleh karena itu ketua adat, benih itu lantas diberikan kepada para petani untuk di tanam. 

                                    KESIMPULAN

 Upacara adat Kebo-keboan adalah upacara adat yang dilestarikan di masyarakat Using Kabupaten Banyuwangi. Adat ini memiliki tradisi dan khas yang unik serta mempunyai nilai seni rupa tinggi dan sangat bersejarah yang perlu dilestarikan, oleh karena itu penulis memilih adatKebo-keboan sebagai objek yang akan di bahas. Teks ini dibuat berdasarkan hasil pengumpulan data dari beberapa sumber. Oleh karena itu hasil observasi dan pengumpulan data dari Kebo-keboan ini adalah kerbau yang digunakan bukanlah kerbau sesungguhnya melainkan manusia yang berubah menjadi kerbau yang dikutuk oleh masyarakat. 

Kerbau merupakan simbol kerja sama antara petani dengan hewan bajaknya yang mempunyai peranan penting dalam menggemburkan tanah hingga menjadi subur. Awal mula dilaksanakannya tradisi ini karena kisah Buyut Karti, seseorang yang mendapatkan wangsit untuk mengadakan upacara bersih desa untuk mencegah datangnya wabah yang sulit disembuhakan di Desa Alasmalang, Banyuwangi. 

                               DAFTAR PUSTAKA

 Banyuwangibagus.com. Tanggal gelar upacara adat kebo-keboan https://www.banyuwangibagus.com/2014/11/tradisi-kebo-keboan-suku-osing.html?m=1 Wikipedia. Penjelasan kebo-keboan https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kebo-Keboan Abstrak tentang kebo-keboan https://banyuwangitourism.com/festival/kebo-keboan-alasmalang Proses pelaksanaan kebo-keboan https://surabaya.kompas.com/read/2022/03/01/190000878/upacara-adat-kebo-keboan-banyuwangi--sejarah-tujuan-dan-pelaksanaannya?amp=1&page=2&_gl=1*r3pjh2*_ga*YW1wLTdFM0FGTHE3elZpUWNVVWtHTU5qVV9lcUUtTjRyeHowaURIaG4tMW14ZG42WUVfSVB1MG9PT05xV2VZRmlWV04.*_ga_77DJNQ0227*MTY5MjAyNTMwMy40LjEuMTY5MjAyNTMwNC4wLjAu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun