Aku trenyuh mendengar kabarmu
Ada sesal menggumpal dalam pedih
Hatiku bertanya
Apa yang kau risaukan,ibu?
Atau
sakit kembali mendera kepalamu
Maafkan
Aku tak hadir hari itu
Tuk sekedar persembahkan sekuntum senyum
Angan ku kembali
Mengumbar
Penggalan demi penggalan kisah bersamamu
Dalam ladangNya menabur benih benih Kasih
Menerobos padang gersang menuntun jiwa dahaga kepada Air kehidupan
Ketegaranmu teruji
Jatuh bangun
Oleh sakit demi sakit yang ingin lumpuhkan pertahananmu
Tembok tembok iman yang kau bangun
Kokoh menjagamu
Menahan serangan demi serangan
Teguh kau genggam
Doa dan doa adalah senjata
Seruan tuk usir setiap ancaman
Meraih kemenangan demi kemenangan iman
Kau pun bangkit dengan kaki yang kokoh
Berdiri kembali
menjadi nahkoda iman di tengah kami
Kau lantangkan kedahsyatan cinta
Kau tuntun kaki yang lemah tuk menuju kekuatan
Kau tunjukan luas langit pengharapan
Dengan sabar kau tata setiap hati yang retak
Ibu
Usia merambat
Lemah tak dapat dihindari
Di tatap matamu, Ibu
Yang semakin lembut seiring waktu
Setitik cahaya
Telisiki hati
sampaikan sebuah pesan tak terucap
Pesan yang ku simpan dan ku renungkan sampai tiba saatnya aku beri sebuah jawaban
Se ikat Doa  sepenuh cinta untukmu, ..gantikan sekuntum senyumku yang tertunda..
* csc/0616
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H