Pada generasi sekarang ini, marak terjadinya perdebatan mengenai keragaman orientasi seksual, banyak masyarakat yang kontra dengan hal ini, tetapi tidak sedikit juga yang pro, banyak alasan dan opini yang dapat kita temui di sosial media mengenai perdebatan ini. Tetapi, apakah yang dimaksud dengan orientasi seksual itu sendiri? Apa penyebab dari perbedaan orientasi seksual pada manusia? Apakah ada pengaruh dari hormon, genetika, ataupun anatomi otak dalam menentukan orientasi seksual seseorang? Nah, untuk mengetahuinya, disini akan dibahas mengenai orientasi seksual berdasarkan perspektif biopsikologi.
Apa itu Orientasi Seksual?
Orientasi Seksual diartikan sebagai fokus ketertarikan kasih sayang secara seksual dan romantis secara konsisten, dapat bersifat heteroseksual, homoseksual, ataupun biseksual (Papalia, dikutip dari Marthilda, 2014). Orientasi seksual ini berhubungan dengan arah perhatian atau minat seseorang kepada sesama gender atau berlawanan. Orientasi seksual selain heteroseksual sering dianggap tidak normal karena berbeda dengan orientasi seksual pada umumnya. Tetapi, ternyata ada pengaruh yang menyebabkan seseorang memiliki orientasi berbeda antara satu sama lain dilihat dari perspektif biopsikologi.
Kebanyakan pria lebih menyadari orientasi seksual sejak dini daripada wanita. Karakter feminin laki-laki pada masa anak-anak dan remaja memiliki hubungan yang signifikan dengan orientasi seksual saat dewasa, sebaliknya, karakter maskulin perempuan saat anak-anak tidak dapat dijadikan prediksi untuk orientasi seksual di masa yang akan datang (Alanko dkk., dikutip dari Kalat, 2020).Â
Perbedaan Anatomi dan Perilaku
Dilihat secara anatomis dan perilaku, terdapat perbedaan pada seseorang yang homoseksual dengan orang yang heteroseksual. Secara anatomis, terdapat penelitian yang mengatakan rata-rata bentuk hidung dan bentuk dahi antara pria dan wanita yang homoseksual dan heteroseksual. Terdapat juga perbedaan tinggi badan dan berat badan, rata-rata pria heteroseksual sedikit lebih tinggi dengan perbedaan sekitar 1,5 cm dibandingkan pria homoseksual. Berbanding terbalik dengan penelitian tersebut, terdapat juga beberapa pria homoseksual bertubuh tinggi dan atletis. Sedangkan dilihat dari perilaku, terdapat perbedaan walau tidak terlihat dengan seks. Contoh yang bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari misalnya pria homoseksual yang lebih memilih pekerjaan yang lebih feminin seperti sebagai penata rambut di salon.
Berdasarkan penelitian, kadar hormon pada orang dewasa ternyata tidak menentukan dan tidak berpengaruh pada orientasi seksual. Rata-rata, pria dan wanita baik heteroseksual maupun homoseksual memiliki kadar hormon yang hampir sama atau serupa. Namun, ada probabilitas bahwa orientasi seksual saling berkaitan dengan kadar testosteron selama masa perkembangan otak yang sensitif (Ellis & Ames, dikutip dari Kalat, 2020).Â
Faktor Prenatal
Sistem imunitas ibu pada masa kehamilan dapat memberikan efek prenatal yang dapat  berpengaruh pada orientasi seksual pada anak kemudian. Berdasarkan studi yang telah dilakukan di beberapa negara, ada kemungkinan lebih tinggi untuk pria yang memiliki kakak laki-laki kandung untuk memiliki orientasi homoseksual tanpa melihat jumlah saudara perempuan dan adik laki-laki, dan dilihat dari berapa kali seorang ibu melahirkan seorang putra. Pengaruhnya bukan berasal dari aspek sosialnya, melainkan bahwa sistem kekebalan tubuh ibu yang terkadang bereaksi terhadap protein pada anak laki-laki yang akan berpengaruh pada anak laki-laki berikutnya untuk mengubah perkembangan mereka. Hal ini juga berkaitan dengan penelitian yang menyatakan pria homoseksual memiliki tubuh lebih pendek.Â
Pengaruh prenatal lainnya yang mungkin yaitu ibu yang mengalami stres atau mengonsumsi alkohol berpengaruh pada orientasi seksual anak nantinya. Stres prenatal dan alkohol dapat memengaruhi perkembangan pada otak. Stres akan menurunkan kadar endorfin yang kemudian melawan efek testosteron pada hipotalamus. Stres juga akan meningkatkan kortisol pada manusia yang bisa menyebabkan penurunan pelepasan hormon testosteron (OB Ward dkk., dikutip dari Kalat, 2020).
Perbedaan Anatomi Otak
Pada sebuah riset dinyatakan bahwa ada perbedaan anatomi otak antara pria atau wanita dengan orientasi heteroseksual dan homoseksual. Rata-rata, belahan korteks serebral kiri dan kanan pada wanita heteroseksual memiliki ukuran yang sama, sedangkan laki-laki heteroseksual memiliki belahan kanan lebih besar beberapa persen. Ukuran otak  laki-laki homoseksual serupa dengan perempuan heteroseksual. Untuk perempuan homoseksual sendiri berada di antara perempuan heteroseksual dan laki-laki. Selanjutnya pada perempuan heteroseksual dimana amigdala kiri terdapat lebih banyak hubungan syaraf sehingga mempunyai koneksi lebih luas daripada amigdala kanan, sedangkan pada pria heteroseksual, hubungan syaraf yang lebih banyak dan koneksi lebih luas terdapat pada amigdala kanan. Dalam hal ini, laki-laki homoseksual menyerupai dengan perempuan heteroseksual dan perempuan homoseksual berada di antara perempuan heteroseksual dan laki-laki.
Terdapat juga penelitian mengenai orientasi seksual yang menyangkut nukleus interstitial ketiga dari hipotalamus anterior atau INAH-3 dimana pada laki-laki heteroseksual ukurannya dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan, dimana daerah ini sel dengan reseptor androgen lebih banyak terdapat pada pria dibandingkan wanita. Penelitian ini menunjukkan rata-rata volume INAH-3 pada laki-laki  heteroseksual lebih besar daripada laki-laki homoseksual dan perempuan heteroseksual.
Melihat penelitian-penelitian yang telah dijabarkan, dapat kita ketahui bahwa dalam perspektif biopsikologi terdapat beberapa faktor yang mungkin yang menyebabkan adanya keberagaman orientasi seksual pada manusia. Terdapat perbedaan anatomi, perilaku, hormon prenatal, bahkan terdapat hubungan dengan kekebalan tubuh ibu pada masa kehamilan, walaupun kemudian semua hal tersebut tidak berlaku untuk setiap individu. Faktor genetik dan epigenetik juga berkontribusi dalam perbedaan orientasi seksual, serta lingkungan baik semasa prenatal maupun pengalaman selanjutnya dalam kehidupan.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan selama ini bisa membawa kita menjadi saling memahami satu sama lain tentang bagaimana antara satu manusia dengan manusia lainnya memiliki perbedaan.
DAFTAR PUSTAKA
Kalat, J. W. (2020). Biopsikologi (Edisi 13). Salemba Humanika
Marthilda, D. (2014). Faktor-Faktor Pemilihan Orientasi Seksual (Studi Kasus Pada Lesbian). Skripsi, Universitas Negeri Semarang. Eprints. http://lib.unnes.ac.id/23574/1/1511409057.pdfÂ
Pratama, M., Fahmi, R., & Fadli, F. (2018). Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender: Tinjauan Teori Psikoseksual, Psikologi Islam, dan Biopsikologi. Psikis: Jurnal Psikologi Islami, 4(1). 27-34. https://doi.org/10.19109/psikis.v4i1.2157Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H