Rania tak pernah menyangka, kini masa putih abu nya akan segera berakhir, hal yang sebelumnya tak pernah Rania bayangkan, life after graduation. Bagi Rania, hidup setelah kelulusan akan sangat berbeda, membayangkannya saja cukup membuat Rania merasa sedih, kehidupan SMA nya sebentar lagi akan selesai.
"RANIAA," suara teriakan itu mengalihkan perhatian Rania dari novel yang sedang ia baca.Â
"Ini, dari Azka. Tadi katanya Azka gak bisa ngasih langsung, dia ada urusan sama Bu Dina," lanjut perempuan yang tadi berteriak sembari menyerahkan paper bag berisi kotak bekal.
Rania mengambil paper bag tersebut, sudut bibir nya melengkung ke atas menerbitkan sebuah senyum tipis. Ia mengambil kertas yang berada di atas kotak bekal tersebut, lalu membacanya.
Aku tau kamu belum sarapan tadi pagi, dan pasti kamu malas ke kantin. Aku bawain kamu bekal, masakan bunda. Seperti inilah kata yang tertulis di kertas tersebut.
Azka, sahabat Rania selama tiga tahun ini cukup peka. Rania memang sangat tidak suka keramaian, jadi jarang sekali ia pergi ke kantin saat istirahat.
Rania tersenyum sembari menatap sendu kotak bekal dari Azka. Nanti, ketika hari kelulusan tiba, pasti ia sudah tidak akan mendapatkan bekal dari Azka lagi seperti ini.Â
"Kenapa bengong?" tanya Fara teman sebangku Rania.
"Engga, aku cuma lagi senang aja," jawab Rania.
Fara mengangguk, "Kamu dan Azka, awet ya," ujar Fara selanjutnya.
Rania menatap bingung ke arah Fara. Tak mengerti apa yang Fara katakan, "Maksud kamu, awet?"
"Iya, kaya meskipun kamu sama Azka ke pisah kelas tapi kalian masih dekat, biasanya 'kan kalau sudah beda kelas, sudah gak bisa sedekat sebelumnya."
Rania terkekeh mendengarnya. Memang Ia dan Azka bertemu dan Kenal di kelas 10 karena mereka sekelas juga karena tempat duduk yang berdekatan.
"Aku dan Azka sudah janji sebelum kenaikan kelas 11 Far. Janji jangan jadi asing setelah udah gak sekelas," jawab Rania.
"Kalian berdua tuh keren tau Ran. Meskipun beda kelas pertemanan gak ikut beda jalan."Â
Kini Rania tertawa mendengar ucapan Fara. "Azka tuh perfect banget Far, sayang kalau aku nyia-nyiain pertemanan aku sama Azka."
Fara mengangguk setuju. Azka, itu mantan ketua OSIS, laki-laki itu juga terkenal dengan kepintaran nya selama tiga tahun di SMANRA.Â
"Awet selalu ya sama Azka."
***
tiga bulan berlalu, seperti yang Fara katakan, Rania dan Azka itu awet. Bahkan beberapa hari sebelum kelulusan saja keduanya masih sering bermain bersama terkadang juga belajar bersama dengan Azka yang menjadi guru untuk Rania.
"Azka, besok udah kelulusan aja ya? Padahal rasanya kaya baru kemarin kita ketemu terus kenalan."
Azka mengangguk, laki-laki itu mengacak gemas rambut Rania. "Iya, nanti gak bisa liat Rania baca novel lagi di perpustakaan SMANRA."Â
"Nanti kamu kangen sama aku Az," ujar Rania kepada Azka dengan wajah menyebalkan.
"Kalau kangen, itu pasti gak si Ran?"Â
"Ya pasti lah, secara aku emang ngangenin," jawab Rania dengan tertawa.
Azka mengangguk setuju. Pasti nanti Azka akan merindukan momen bersama Rania semasa SMA. momen yang tak bisa terulang kembali.
"Besok kita harus foto bareng ya Az!"Â
"Pokoknya harus foto bareng, foto terakhir menjadi bagian manusia di SMANRA."Â
Azka terkekeh ringan mendengar ucapan Rania. Menjadi bagian manusia di SMANRA katanya, itu lucu bagi Azka. Karena memang benar sebentar lagi keduanya bukan bagian dari manusia yang ada di SMANRA, tetapi menjadi bagian manusia yang pernah ada di SMANRA.
"Mau magrib, pulang ya Ran?" pamit Azka kepada Rania yang mendapatkan anggukan dari perempuan itu.
"Tante Dara mana? Mau pamit."
"Mama kaya nya lagi mandi Az, itu suara air nya kedengaran."
"Yasudah, aku pulang ya? Pamit sama Tante Dara nya dititip ke kamu aja ya."
Rania tersenyum mendengar nya lalu mengangguk, "Kamu hati-hati bawa motornya, jangan ngebut ya!"
"Iya Rania, sampai bertemu di hari kelulusan SMANRA."Â
Rania terkekeh. Hari kelulusan SMANRA. Hari yang menjadi akhir masa putih abu nya dengan Azka. Sekarang hanya tinggal menunggu jam saja, Rania jadi sedih mengingat nya.
Keesokan hari kini telah tiba. Hari yang ingin Rania tunda rasanya, perempuan itu tersenyum sembari memotret sosok Azka yang berada di atas panggung. Laki-laki itu menjadi deretan pertama siswa berprestasi di SMANRA.
Tangan Rania melambai ketika Azka sudah turun dari atas panggung dengan mendali yang terpasang di leher nya.Â
"Wiii, Azka siswa berprestasi pertama di SMANRA, keren."Â
"Eh?" Kaget Rania ketika Azka malah memasangkan mendali tersebut kepada Rania.Â
"Buat kamu mendali nya."
"Kok buat aku?"
"Kamu juga siswi berprestasi pertama kalau aku yang jadi guru nya." Kali ini, Rania tertawa dengan sudut bibir yang melebarkan senyum manis nya.
Memang, Azka sering sekali mengajari Rania tentang materi yang tidak Rania pahami, Azka adalah guru Rania diluar lingkungan sekolah.
"Ayo foto bareng Azka," ajak Rania menarik tangan Azka untuk mencari tempat foto yang bagus.
"Mama, tolong fotoin aku sama Azka. Harus bagus ya!" ucap Rania meminta tolong kepada sang Mama untuk memfoto-kan dirinya dengan Azka.
keduanya kini berpose dengan sudut bibir yang selalu menerbitkan senyuman. Untuk Rania, ini adalah momen berharga, karena selama bersama Azka jarang sekali mereka berfoto bersama.
"Azka, lihat deh fotonya lucu. Aku nya cantik banget."
"Kamu emang selalu cantik, Rania."
Rania menahan rahang nya agar tidak tersenyum setelah mendengar ucapan Azka.
"Azka, senang mengenal mu di putih abu."
"Aku juga, senang mengenal mu di putih abu Rania. Sangat senang."
"Kaya nya aku juga harus berterimakasih sama SMANRA, karena mempertemukan kita. Masa putih abu, jadi sangat menyenangkan karena ada kamu di dalamnya," lanjut Azka.
Rania kini tak bisa menahan senyum nya lagi, perempuan itu tersenyum sangat manis. Benar adanya, masa SMA, sangat menyenangkan terlebih menyertakan Azka didalamnya.
Rania harap, ia dan Azka tak pernah menjadi asing setelah hari kelulusan dan setelah sudah tidak jadi bagian dari SMANRA lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H