Pagi yang biasa di Desa Rangkat. Udara yang sejuk membuat ku serakah , tak mau melewatkan sedikit pun tanpa mencoba memasukkan nya ke rongga dada. Sehabis subuh , aku selalu berkeliling di sekitar pondok. Menikmati ciptaan Tuhan yang tak terlukis kata. Dan tentu saja, menyempatkan diri berjalan di kebun Strawberry ku yang terletak tak jauh dari pondok yang aku huni bersama Bunda. Ada kepuasan tersendiri saat aku menyaksikan apa yang aku tanam, tumbuh dengan subur.
Puas menikmati aroma pagi Rangkat, aku bergegas pulang. Mengingat hari ini aku ada jam mengajar pagi di SLB Rangkat. Selain itu , penghuni perut sudah berdemo meminta hak nya. Di ujung jalan setapak menuju pondok , aku melihat Bunda tersenyum sambil menunjukan padaku sebuah pot berisi Anggrek.
"Cantik, ya ? " Pertanyaan Bunda menyambut kedatangan ku.
"He em. " Jawabku sambil melemparkan senyum.
Bunda membalas senyum ku sambil meletakkan pot bunga tersebut di pojok beranda pondok.
"Waaaah sudah banyak, kita bisa menjualnya kalo begini."
"Nanti kita bisa dimarahin Mba Ranti, Bunda." jawabku sambil memeluknya dari belakang.
"Eeeeeh.....apa ini peluk -peluk Bunda ? Sana mandi !!! Badan mu penuh keringat ! " Bunda mencubit pinggang ku lembut. Aku mencium pipinya dan berlalu ke dalam.
Sudah 2 minggu ini, seseorang dengan sengaja menaruh pot berisi anggrek di depan pintu pondok. Dia seperti tahu kapan aku akan pergi jogging, karena Bunda tak pernah menemukannya ketika hendak pergi Sholat Shubuh di Masjid. Bunga Anggrek. Selalu bunga anggrek warna putih dan ungu. Aku memang menyukai bunga tersebut. Apalagi warna putih dan ungu. Yang menjadi pertanyaan ku adalah siapa yang melakukan nya. Karena selain Bunda , tak ada yang tahu akan hal ini.
==========================================================================
"Berarti, mulai saat inih, Teh Ve harus hati -hati !" Reaksi Kang Inin ketika aku menceritakan kejadian aneh ini.