Adalah suatu tradisi baik yang hadir di masyarakat Melayu Bangka-Belitung. “Nganggung” berarti dipapah di bahu. Sebuah adat yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat. Dilakukan dengan membawa dulang atau talam khas melayu yang ditutupi dengan tudung saji berisi makanan untuk santap makan bersama-sama.
Dulang berupa wadah dari kuningan, alumunium ataupun seng yang digunakan mengisi makanan dan ditutup dengan penutup dulang yaitu tudung saji. Terbuat dari anyaman daun pandan atau daun nipah.Tudung dicat dengan motif khas dan warna semarak yang didominasi warna merah, variasi kuning dan hijau.
Dibawa dari masing-masing rumah penduduk menuju suatu tempat pertemuan besar (seperti mesjid dan balai desa) atau tempat kegiatan adat. Nganggung biasa diadakan pada saat panen lada, hari-hari besar keagamaan, ritual adat, menyambut tamu kehormatan, acara selamatan, pernikahan dan kematian.
Nganggung merupakan wujud dari motto masyarakat Bangka yaitu Sepintu Sedulang. Setiap rumah (sepintu – satu pintu) membawa satu dulang (sedulang). Sepintu Sedulang mencerminkan sifat kegotong royongan [9], persatuan, kekeluargaan kokoh, dan tali silahturahmi yang erat antar warga masyarakat. Pada saat menyambut tamu kehormatan, acara jamuan makanan disediakan secara bergotong lewat tradisi Nganggung.
Terlihat pula dalam ucapan turut duka cita atas meninggalnya salah satu warga. Pada hari ke-7 masa berkabung, masyarakat akan mengadakan ritual doa bersama. Lewat tradisi Nganggung ini terdapat wadah turut membantu sesama yang terkena musibah dan bentuk rasa peduli senasib-sepenanggungan.
Hidangan yang disajikan dapat berupa ketupat, lepet, masakan daging ayam, kue, buah-buahan dan sebagainya.Oleh para ibu, hidangan ditaruh dalam piring yang disusun melingkar dengan rapi. Jenis hidangan makanan akan berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-masing.