Pada masa pemerintahan Sultan Al-Mansur, Tidore mengalami perkembangan penting terkait hubungan dagangnya dengan pedagang Barat. Jikalau Ternate menjalin hubungan kerja sama dengan Portugis, maka Tidore menjalin hubungan dengan Spanyol. Sultan Al-Mansur adalah orang yang secara resmi menyambut kedatangan bangsa Spanyol. Sultan Al-Mansur menyatakan bahwa dirinya menerima dengan senang hati atas kedatangan bangsa Spanyol di tanah Tidore. Hubungan kerja sama antara Tidore dengan Spanyol berlangsung sekitar satu setenha abad, yakni tahun 1521-1663 M.
Hubungan antara Tidore dengan Spanyol membuat masuknya pengaruh agama Katolik ke Tidore. Namun, Sultan Al-Mansur justru memperkuat pondasi Islam di tanah Tidore. Islam telah menjadi agama resmi di Kerajaan Tidore dan semakin merambat secara luas ke lapisan masyarakat. Perdagangan rempah-rempah yang aktif turut menjadi saluran penyebaran agama Islam karena datangnya para ulama dari berbagai daerah Muslim ke tanah Tidore. Meskipun Islam telah menjadi agama resmi Kerajaan Tidore, Sultan Al-Mansur melakukan sinkretisme dengan tidak sepenuhnya menghapus kepercayaan asli masyarakat Tidore.
Hubungan Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore
Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore kerap berselisih dan bersaing datu sama lain. Perseteruan antar dua kerajaan ini memang telah berlangsung lama. Kerajaan Tidore kerap berada dalam bayang-bayang kekuatan Kerajaan Ternate yang terkemuka secara ekonomi dan politik di wilayah Maluku. Perseteruan ini semakin memuncak kala melibatkan kekuatan dagang asing, yakni Portugis dan Spanyol.
Meski perseteruan dan persaingan dua belah pihak terus memanas, hal tersebut tidak menghambat proses Islamisasi di ujung Timur Nusantara. Justru proses Islamisasi berjalan semakin baik seiring bergantinya raja atau sultan yang berkuasa di Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore. Hadirnya Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore menjadi bukti bahwa Islamisasi di ujung Timur Nusantara pernah berlangsung dengan konsep kedamaian.
Daftar Pustaka
Burhanudin, J. (2017). Islam dalam Arus Sejarah Indonesia (1st ed.). Jakarta: Kencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H