Mohon tunggu...
vany erdiyanti
vany erdiyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa Aktif yang kreatif, rajin dan bertanggung jawab. Memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi dan selalu mengutamakan kebenaran yang ingin saya suarakan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Program Kampung Emas BBK 2.0 di Kelurahan Siwalankerto Surabaya oleh Mahasiswa Unair

31 Desember 2023   20:00 Diperbarui: 31 Desember 2023   20:26 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usia balita merupakan masa dimana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan gizi yang cukup dalam jumlah dan kualitas yang lebih banyak karena balita umumnya mempunyai aktivitas fisik yang cukup tinggi dan masih dalam proses belajar. Salah satu permasalahan gizi yang sering terjadi adalah Stunting. Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kejadian stunting telah menjadi permasalahan global, terutama di negara-negara berkembang. 

Angka kejadian stunting di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 31,8% tahun 2020, tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 24,4% dan terus menurun di tahun 2021 menjadi 21,6%. Namun angka ini masih sangat tinggi dan Indonesia terus berupaya untuk menurunkan angka kejadian stunting hingga 14% di tahun 2024 mendatang (Kemkes, 2023). Mengutip dari laman pemerintah kota Surabaya, rasio stunting pada tahun 2022, di Indonesia sebesar 21,6 persen, sedangkan di Pulau Jawa Timur sebesar 19,2 persen. Sedangkan Surabaya memiliki prevalensi terendah dari seluruh kota/kabupaten di Indonesia yaitu sebesar 4,8 persen.

Balita pendek (Stunting) adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/ stunted) dan <-3 SD (sangat pendek /severely stunted) (Kemenkes, 2011). Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru terlihat pada saat anak berumur dua tahun.

Stunting dapat disebabkan oleh faktor yang sangat beragam dari kondisi ibu atau calon ibu, masa janin dan masa bayi/balita atau sejalan pada periode 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Periode 1000 HPK merupakan periode emas sekaligus periode kritis bagi seseorang (windows of opportunity). Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan, postur tubuh ibu, jarak kehamilan yang cenderung dekat, ibu yang masih remaja dan asupan nutrisi yang kurang saat kehamilan mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting.

Upaya pencegahan dan promosi kesehatan telah dilakukan untuk mencegah dan menurunkan angka kejadian Stunting. Pencegahan dan promosi kesehatan difokuskan kepada penanggulangan penyebab langsung dan penyebab tidak langsung terjadi Stunting, salah satunya menggunakan media Pendidikan kesehatan (UNICEF, 2012). Promosi kesehatan adalah adalah proses untuk meningkatkan pengetahuan Masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Upaya kesehatan penanganan stunting tentunya dilakukan sejalan dengan prinsip 5 Level Prevention (5 tingkat pencegahan) menurut Leavell dan Clark (1967) dalam Susilowati, 2016 : 1) Promosi Kesehatan (health promotion); 2) Perlindungan khusus (specific protection); 3) Diagnosis dini dan pengobatan segera(early diagnosis and prompt treatment); 4) Pembatasan cacat (disability limitation); Rehabilitasi (rehabilitation).

Pada tingkat pencegahan melalui Promosi Kesehatan ini upaya yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang stunting. Hal ini perlu dilakukan mengingat pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku orang lain.

Pencegahan stunting juga dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut: Memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan setelah usia 6 bulan memberikan ASI dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang cukup dan berkualitas, pemantauan. Pertumbuhan pada bayi selama menyusui dengan meningkatkan ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi.

Belajar Bersama Komunitas (BBK) merupakan salah satu program dalam pendidikan tinggi di Universitas Airlangga sebagai bentuk pengintegrasian kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. BBK Unair adalah suatu bentuk pendidikan dengan memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa (S1 dan D4) di tengah kehidupan masyarakat serta secara nyata turut membantu memecahkan masalah masyarakat berdasarkan kompetensi keilmuan masing-masing. Salah satu bentuk BBK adalah BBK Tematik yang secara umum berorientasi pada program kegiatan terfokus bidang tertentu sesuai dengan permasalahan kemasyarakatan dan arah kebijakan pembangunan yang diselenggarakan pemerintah wilayah tertentu setingkat Desa (dan bisa berbasis Puskesmas Desa tersebut) atau Kabupaten/Kota.

Program “Kampung Emas” merupakan pembelajaran di luar kampus bagi mahasiswa yang bertujuan pemberdayaan masyarakat menuju kelurahan mandiri dalam upaya percepatan penurunan prevalensi stunting di tingkat kelurahan. Dimana program ini terdapat tiga kegiatan utama yaitu LADUNI (Layanan Terpadu Pranikah), SBCC-BESTIEZ (Social Behaviour Change Communication: Bunda Teredukasi Sehat, Hebat, Peduli Gizi), FORMULA PANGAN BERIMAN (Formulasi Pangan Lokal Seimbang, Beragam, Berbasis Hewani). Kegiatan ini didukung oleh sumber pendanaan dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang tahun 2023 ini melibatkan 495 mahasiswa yang akan terjun di 153 kelurahan di Kota Surabaya. Salah satunya di Kelurahan Siwalankerto, Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya. Kegiatan ini dilakukan dari bulan Oktober hingga bulan Desember 2023. 

Kelurahan Siwalankerto menjadi fokus pembinaan bagi Kelompok 149 yang terdiri dari tiga mahasiswa dari berbagai fakultas, yakni Aulia Maulidatuz Zahra (Fakultas Kesehatan Masyarakat), Alfina Nurul Fauziyah (Fakultas Keperawatan), dan Vany Erdiyanti Pratama (Fakultas Ekonomi dan Bisnis) dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), yaitu Ibu Shinta Arta Mulia, S.KM., M.KKK

Secara geografis Siwalankerto merupakan salah satu daerah yang berada di Kecamatan Wonocolo Surabaya, daerah ini termasuk wilayah yang berada dataran rendah yang memiliki luas wilayah 197,483 Ha. Berdasarkan pada lokasi penelitian diperoleh data yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Siwalankerto secara keseluruhan berjumlah 16.597 jiwa terdiri dari laki-laki 8.321 jiwa dan perempuan 8.276 jiwa yang mencakup 5.032 KK. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut, terdapat sejumlah penduduk yang menjadi fokus sasaran kami dalam mengimplementasikan kegiatan kampung emas ini dengan beberapa kegiatan seperti, kegiatan LADUNI, SBCC-BESTIEZ, dan FORMULA PANGAN BERIMAN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun