Stunting. Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kejadian stunting telah menjadi permasalahan global, terutama di negara-negara berkembang.
Usia balita merupakan masa dimana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan gizi yang cukup dalam jumlah dan kualitas yang lebih banyak karena balita umumnya mempunyai aktivitas fisik yang cukup tinggi dan masih dalam proses belajar. Salah satu permasalahan gizi yang sering terjadi adalahAngka kejadian stunting di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 31,8% tahun 2020, tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 24,4% dan terus menurun di tahun 2021 menjadi 21,6%. Namun angka ini masih sangat tinggi dan Indonesia terus berupaya untuk menurunkan angka kejadian stunting hingga 14% di tahun 2024 mendatang (Kemkes, 2023). Mengutip dari laman pemerintah kota Surabaya, rasio stunting pada tahun 2022, di Indonesia sebesar 21,6 persen, sedangkan di Pulau Jawa Timur sebesar 19,2 persen. Sedangkan Surabaya memiliki prevalensi terendah dari seluruh kota/kabupaten di Indonesia yaitu sebesar 4,8 persen.
Balita pendek (Stunting) adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/ stunted) dan <-3 SD (sangat pendek /severely stunted) (Kemenkes, 2011). Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru terlihat pada saat anak berumur dua tahun.
Stunting dapat disebabkan oleh faktor yang sangat beragam dari kondisi ibu atau calon ibu, masa janin dan masa bayi/balita atau sejalan pada periode 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Periode 1000 HPK merupakan periode emas sekaligus periode kritis bagi seseorang (windows of opportunity). Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan, postur tubuh ibu, jarak kehamilan yang cenderung dekat, ibu yang masih remaja dan asupan nutrisi yang kurang saat kehamilan mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting.
Upaya pencegahan dan promosi kesehatan telah dilakukan untuk mencegah dan menurunkan angka kejadian Stunting. Pencegahan dan promosi kesehatan difokuskan kepada penanggulangan penyebab langsung dan penyebab tidak langsung terjadi Stunting, salah satunya menggunakan media Pendidikan kesehatan (UNICEF, 2012). Promosi kesehatan adalah adalah proses untuk meningkatkan pengetahuan Masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Upaya kesehatan penanganan stunting tentunya dilakukan sejalan dengan prinsip 5 Level Prevention (5 tingkat pencegahan) menurut Leavell dan Clark (1967) dalam Susilowati, 2016 : 1) Promosi Kesehatan (health promotion); 2) Perlindungan khusus (specific protection); 3) Diagnosis dini dan pengobatan segera(early diagnosis and prompt treatment); 4) Pembatasan cacat (disability limitation); Rehabilitasi (rehabilitation).
Pada tingkat pencegahan melalui Promosi Kesehatan ini upaya yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang stunting. Hal ini perlu dilakukan mengingat pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku orang lain.
Pencegahan stunting juga dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut: Memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan setelah usia 6 bulan memberikan ASI dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang cukup dan berkualitas, pemantauan. Pertumbuhan pada bayi selama menyusui dengan meningkatkan ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi.
Belajar Bersama Komunitas (BBK) merupakan salah satu program dalam pendidikan tinggi di Universitas Airlangga sebagai bentuk pengintegrasian kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. BBK Unair adalah suatu bentuk pendidikan dengan memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa (S1 dan D4) di tengah kehidupan masyarakat serta secara nyata turut membantu memecahkan masalah masyarakat berdasarkan kompetensi keilmuan masing-masing. Salah satu bentuk BBK adalah BBK Tematik yang secara umum berorientasi pada program kegiatan terfokus bidang tertentu sesuai dengan permasalahan kemasyarakatan dan arah kebijakan pembangunan yang diselenggarakan pemerintah wilayah tertentu setingkat Desa (dan bisa berbasis Puskesmas Desa tersebut) atau Kabupaten/Kota.
Program “Kampung Emas” merupakan pembelajaran di luar kampus bagi mahasiswa yang bertujuan pemberdayaan masyarakat menuju kelurahan mandiri dalam upaya percepatan penurunan prevalensi stunting di tingkat kelurahan. Dimana program ini terdapat tiga kegiatan utama yaitu LADUNI (Layanan Terpadu Pranikah), SBCC-BESTIEZ (Social Behaviour Change Communication: Bunda Teredukasi Sehat, Hebat, Peduli Gizi), FORMULA PANGAN BERIMAN (Formulasi Pangan Lokal Seimbang, Beragam, Berbasis Hewani). Kegiatan ini didukung oleh sumber pendanaan dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang tahun 2023 ini melibatkan 495 mahasiswa yang akan terjun di 153 kelurahan di Kota Surabaya. Salah satunya di Kelurahan Siwalankerto, Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya. Kegiatan ini dilakukan dari bulan Oktober hingga bulan Desember 2023.
Kelurahan Siwalankerto menjadi fokus pembinaan bagi Kelompok 149 yang terdiri dari tiga mahasiswa dari berbagai fakultas, yakni Aulia Maulidatuz Zahra (Fakultas Kesehatan Masyarakat), Alfina Nurul Fauziyah (Fakultas Keperawatan), dan Vany Erdiyanti Pratama (Fakultas Ekonomi dan Bisnis) dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), yaitu Ibu Shinta Arta Mulia, S.KM., M.KKK
Secara geografis Siwalankerto merupakan salah satu daerah yang berada di Kecamatan Wonocolo Surabaya, daerah ini termasuk wilayah yang berada dataran rendah yang memiliki luas wilayah 197,483 Ha. Berdasarkan pada lokasi penelitian diperoleh data yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Siwalankerto secara keseluruhan berjumlah 16.597 jiwa terdiri dari laki-laki 8.321 jiwa dan perempuan 8.276 jiwa yang mencakup 5.032 KK. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut, terdapat sejumlah penduduk yang menjadi fokus sasaran kami dalam mengimplementasikan kegiatan kampung emas ini dengan beberapa kegiatan seperti, kegiatan LADUNI, SBCC-BESTIEZ, dan FORMULA PANGAN BERIMAN.
Kegiatan LADUNI (Layanan Terpadu Pranikah) adalah program untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan kesehatan pranikah dan menurunkan prevalensi anemia, komplikasi kehamilan, BBLR, neonatal stunting dengan sasaran program ini adalah ibu hamil dan calon pengantin. Pada program ini kami melakukan intervensi konsumsi suplemen Multiple Micronutrients (MMN), mendampingi calon pengantin dan ibu hamil, mengedukasi ibu hamil untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas, melakukan SBCC untuk meningkatkan kepatuhan minum suplemen MMN, melakukan kunjungan dan mendampingi calon pengantin dan ibu hamil untuk mendorong kepatuhan minum.
Kegiatan selanjutnya adalah program SBCC-BESTIEZ (Social Behaviour Change Communication : Bunda Teredukasi Sehat, Hebat, Peduli Gizi). Pada program ini kami melakukan sosialisasi dan edukasi dengan sasaran yaitu ibu hamil dan calon pengantin wanita di Kelurahan Siwalankerto. Selain itu, edukasi tersebut dilakukan untuk penguatan peran PKK dan TPK sebagai edukator dan konselor kesehatan. Pada kegiatan ini terdapat beberapa topik yang kami gunakan dalam mengedukasi sasaran, beberapa topik tersebut antara lain KEK, PMBA, Isi Piringku dan juga Stunting.
Kegiatan terakhir adalah FORMULA PANGAN BERIMAN (Formulasi Pangan Lokal Seimbang, Beragam, Berbasis Hewani). Sebelum membuat formula pangan kami melakukan survei pasar untuk mengetahui pangan hewani apa yang unggul di Kelurahan Siwalankerto. Kelompok kami membuat olahan yang di bahan utama protein hewani nya menggunakan daging ayam. Olahan yang kami buat bernama “BOLLIN” : Bitterballen Sumber Kalsium dan Sumber Protein. Melalui olahan yang kami buat, kami berharap dapat menjadi ide memasak bagi para calon pengantin dan ibu hamil dalam mencukupi kebutuhan gizi terutama kalsium dan juga protein hewani.
Diharapkan program ini tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa saja, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya ibu hamil dan calon pengantin, PKK, TPK, KSH, pihak puskesmas, bidan kelurahan, ibu balita, dan masih banyak lagi. Semoga dengan diadakan kampung emas 2.0 dapat menurunkan prevalensi stunting di Surabaya bahkan dapat mencapai Surabaya zero stunting. Kedepannya semoga seluruh pihak baik pemerintah maupun mahasiswa di seluruh perguruan tinggi di Indonesia berkontribusi nyata dalam penurunan dan pencegahan stunting demi meningkatnya kualitas generasi kedepannya bukan hanya di Surabaya tetapi di seluruh Indonesia.
Referensi :
Kirana, R., dkk. (2022). Pengaruh Media Promosi Kesehatan Terhadap Perilaku Ibu Dalam Pencegahan Stunting Di Masa Pandemi Covid-19 (Pada Anak Sekolah TK Kuncup Harapan Bajarbaru) : Jurnal Inovasi Penelitian. 2 (9) : 2899-2906.
Rini, M., dkk. (2023). Analisis Faktor Penyebab Kejadian Stunting : Jurnal Keperawatan Florence Nightingale. 6 (1) : 8-12.
Oleh :
Kelompok 149 BBK Kampung Emas BBK 2.0 Kelurahan Siwalankerto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H