Mohon tunggu...
Vanya Nayla
Vanya Nayla Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ✨🚀🍑 Frosting & Frills

📝 Content Creator 🎓 Hospital Management, University of Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tumor Parotis dan Perjalanan Panjangku

28 Juni 2019   10:42 Diperbarui: 1 Juli 2019   15:43 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2014 ...

Adalah tahun di mana saya baru saja menduduki semester dua di bangku SMP, sedang dalam masa yang teramat ambisius karena belajar di tempat yang baru dengan suasana yang baru pula.

Saya masih ingat di pagi hari itu, saya, yang kala itu masih menjadi gadis kecil yang dikuncir kuda berpamitan pada ibu saya untuk berangkat kesekolah dan diantar oleh ayah saya. Tiba-tiba ketika saya sedang mencium tangan ibu, beliau melihat ada sesuatu yang aneh di belakang telinga kiri saya.

"Lho, kok ini kayak ada benjolan ya?"

Disitulah cerita perjuangan saya dimulai.

Saya dibawa ke sebuah RSIA di daerah Menteng, Jakarta Pusat untuk menemui dokter spesialis bedah anak. Kemudian dokter tersebut meresepkan saya satu set obat lengkap dengan antibiotik nya, kemudian beliau memberi tahu bahwa ini adalah sebuah kelenjar yang apabila ketika diberi obat tidak kunjung hilang maupun mengecil, maka harus dilakukan tindak operasi.

Hah? Operasi? Nggak pernah terbayang sama sekali di benak saya bahwa saya, seorang gadis kecil penakut, harus menjalankan tindakan yang paling saya hindari sejak kecil.

Namun ternyata ketakutan saya benar, setelah saya meminum obat tersebut secara teratur sesuai anjuran dokter, benjolan sebesar biji salak tersebut tak kunjung mengecil apalagi hilang.

Ya tau lah, tindakan apa selanjutnya.

Tapi (bodohnya) saya menolak keras untuk dioperasi, karena saya merasa benjolan ini nggak sakit dan juga tidak mengganggu. Saya tetap bersikeras untuk mencari jalan lain selain operasi untuk penyembuhan benjolan ini.

8 bulan setelahnya, saya kembali mendatangi rumah sakit yang berbeda, namun jawaban dokternya tetap sama, "Operasi"

Merasa belum siap, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti berobat dan melihat perkembangan benjolan saya terlebih dahulu.

Pada tahun 2016, tiba-tiba nenek saya menanyakan kembali perihal benjolan saya ini, dan meminta saya untuk memeriksakan kembali karena takut terjadi apa-apa. Lalu beliau menyarankan saya untuk tidak lari lagi dari tindakan dokter, karena dokter pasti tau yang terbaik untuk saya.

Saya pun setuju, akhirnya saya memutuskan untuk mendatangi dokter bedah ke rumah sakit yang berbeda lagi dan saya bersumpah jika memang operasi adalah jalan yang terbaik, saya akan mengikuti tanpa rasa takut.

Tapi ternyata, dokter dirumah sakit tersebut menyatakan bahwa saya terkena TBC Kelenjar dan tidak harus dioperasi, hanya diharuskan minum obat selama  sembilan bulan penuh di pagi hari. Saya nggak tahu harus senang karena jauh dari operasi ataupun sedih karena harus menjaga jarak dengan adik saya yang baru berumur dua tahun.

Namun ternyata perjuangan saya belum berakhir, setelah meminum obat tersebut selama 9 bulan, benjolan ini nggak kunjung mengecil apalagi menghilang. Dokter hanya bilang saya memang sudah sembuh tapi benjolannya nggak bisa langsung hilang gitu aja. Aneh memang rasanya, tapi akhirnya saya memutuskan untuk kembali menuggu selama satu tahun.

Tapi saya sudah tidak kuat lagi, saya merasa benjolan ini sudah mulai mengganggu saya, dari mulai sakit kepala, daya tahan tubuh berkurang dan susah fokus.

Akhirnya, pada tahun 2017 saya memutuskan untuk kembali memeriksakan benjolan ini, kali ini di rumah sakit di daerah Rawamangun, Jakarta Timur.

Disana saya di rujuk ke poli paru, di poli paru saya disarankan untuk mengikuti serangkaian test Biopsi Jarum Halus (yang cukup mengerikan menurut saya), namun ternyata karena saya belum genap berusia 17 tahun, akhirnya saya dirujuk lagi ke dokter spesialis bedah anak. Disinilah saya bertemu dengan dr. Topan Brian Kiting Sp. BAn. Beliaulah yang memberi tahu bahwa saya selama ini bukanlah terkena TBC Kelenjar, melainkan Tumor Parotis. Tanpa berlama-lama, operasi ditetapkan akan dilakukan pada tanggal 11 September 2017

Apa itu Tumor Parotis?
Yaitu pertumbuhan sel secara tidak normal yang terjadi pada kelenjar parotis, kelenjar ini merupakan kelenjar air liur terbesar.

Ternyata operasi tidak seseram yang saya bayangkan, hehe. Dengan bermodal ayat kursiy sebelum masuk ruangan dan motivasi untuk sembuh agar bisa bermain lagi dengan adik kecil saya, alhamdulillah operasi saya berjalan dengan lancar, tumor berukuran 4 x 2,5 cm pun sudah lenyap dari tubuh saya dan saya pun juga cepat sadar.

Namun (lagi-lagi) perjuangan saya belum berakhir. Saya mulai merasakan efek-efek dari operasi tersebut, seperti mual, muntah-muntah, sakit kepala, telinga kebas, dan air liur yang terasa kering sehingga sangat sakit apabila menelan maupun berbicara.

Saya hampir menyerah, saya sudah lelah termakan oleh ketakutan saya sendiri. Saya menyesali, kenapa nggak dari dulu aja saya mau di operasi sebelum tumor nya sebesar ini dan belum sampai menekan syaraf otak yang menyebabkan daya tahan tubuh saya menurun seperti sekarang? Tapi ya sudah lah, saya seharusnya banyak bersyukur karena operasi saya berjalan dengan lancar.

Satu yang selalu saya ingat, yaitu pesan ibu saya yang juga pejuang lupus menyemangati saya untuk tidak mudah menyerah melawan penyakit, jangan mau kalah sama penyakit. Karena penyakit yang bertamu, maka penyakitlah yang harus pergi, bukan kita. Itu lah yang membuat saya bangkit dan semangat. Kemudian saya juga mempunyai dokter, keluarga, dan kerabat yang sangat supportif dalam membantu pemulihan saya.

Alhamdulillah, dengan keberanian dan tekad saya yang kuat untuk sembuh, akhirnya saya dapat pulih kurang dari sebulan, dan pulih total kurang dari 12 bulan.

Pesan saya, jangan pernah takut dalam melawan apapun, bukan hanya penyakit. Karena jika kita hanya menuruti ketakutan kita, kita tidak akan merubah apapun. Namun jika kita berani menghadapinya dengan tekad yang kuat, maka sesuatu yang baik pun akan berpihak kepada kita.

Salam semangat,
@vanyanaylaa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun