Merasa belum siap, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti berobat dan melihat perkembangan benjolan saya terlebih dahulu.
Pada tahun 2016, tiba-tiba nenek saya menanyakan kembali perihal benjolan saya ini, dan meminta saya untuk memeriksakan kembali karena takut terjadi apa-apa. Lalu beliau menyarankan saya untuk tidak lari lagi dari tindakan dokter, karena dokter pasti tau yang terbaik untuk saya.
Saya pun setuju, akhirnya saya memutuskan untuk mendatangi dokter bedah ke rumah sakit yang berbeda lagi dan saya bersumpah jika memang operasi adalah jalan yang terbaik, saya akan mengikuti tanpa rasa takut.
Tapi ternyata, dokter dirumah sakit tersebut menyatakan bahwa saya terkena TBC Kelenjar dan tidak harus dioperasi, hanya diharuskan minum obat selama sembilan bulan penuh di pagi hari. Saya nggak tahu harus senang karena jauh dari operasi ataupun sedih karena harus menjaga jarak dengan adik saya yang baru berumur dua tahun.
Namun ternyata perjuangan saya belum berakhir, setelah meminum obat tersebut selama 9 bulan, benjolan ini nggak kunjung mengecil apalagi menghilang. Dokter hanya bilang saya memang sudah sembuh tapi benjolannya nggak bisa langsung hilang gitu aja. Aneh memang rasanya, tapi akhirnya saya memutuskan untuk kembali menuggu selama satu tahun.
Tapi saya sudah tidak kuat lagi, saya merasa benjolan ini sudah mulai mengganggu saya, dari mulai sakit kepala, daya tahan tubuh berkurang dan susah fokus.
Akhirnya, pada tahun 2017 saya memutuskan untuk kembali memeriksakan benjolan ini, kali ini di rumah sakit di daerah Rawamangun, Jakarta Timur.
Disana saya di rujuk ke poli paru, di poli paru saya disarankan untuk mengikuti serangkaian test Biopsi Jarum Halus (yang cukup mengerikan menurut saya), namun ternyata karena saya belum genap berusia 17 tahun, akhirnya saya dirujuk lagi ke dokter spesialis bedah anak. Disinilah saya bertemu dengan dr. Topan Brian Kiting Sp. BAn. Beliaulah yang memberi tahu bahwa saya selama ini bukanlah terkena TBC Kelenjar, melainkan Tumor Parotis. Tanpa berlama-lama, operasi ditetapkan akan dilakukan pada tanggal 11 September 2017
Apa itu Tumor Parotis?
Yaitu pertumbuhan sel secara tidak normal yang terjadi pada kelenjar parotis, kelenjar ini merupakan kelenjar air liur terbesar.
Ternyata operasi tidak seseram yang saya bayangkan, hehe. Dengan bermodal ayat kursiy sebelum masuk ruangan dan motivasi untuk sembuh agar bisa bermain lagi dengan adik kecil saya, alhamdulillah operasi saya berjalan dengan lancar, tumor berukuran 4 x 2,5 cm pun sudah lenyap dari tubuh saya dan saya pun juga cepat sadar.
Namun (lagi-lagi) perjuangan saya belum berakhir. Saya mulai merasakan efek-efek dari operasi tersebut, seperti mual, muntah-muntah, sakit kepala, telinga kebas, dan air liur yang terasa kering sehingga sangat sakit apabila menelan maupun berbicara.