Mohon tunggu...
Vanya Adilla
Vanya Adilla Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Alkoholisme

24 Januari 2016   13:57 Diperbarui: 24 Januari 2016   14:44 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Alkoholisme (alcoholism) sudah menjadi suatu gaya hidup dan kebiasaan banyak orang dan sudah beredar di masyarakat secara luas. Alkohol selama ini masih diyakini sebagai suatu minuman yang tidak berbahaya dan menimbulkan efek yang m­­­enyenangkan. Konsumsi tidak terkontrol telah menimbulkan masalah pada masyarakat. Orang yang mengkonsumsi alkohol banyak yang beranggapan alkohol dapat menghilangkan atau menghindarkan mereka dari stress, sehingga orang terus menerus mengkonsumsi alkohol hingga berakibat pada kecanduan. Apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang terus menerus mengonsumsi alkohol dan gambaran tentang alkoholisme akan dijelaskan pada artikel ini.

Deskripsi Alkoholisme (alcoholism)

Alkoholisme (alcoholism) adalah penyalahgunaan alkohol sehingga menyebabkan ketergantungan alkohol yang ditandai dengan keadaan atau kondisi seseorang yang minuman alkohol secara berlebihan sehingga menyebabkan ketidakmampuan untuk memutuskan dan menghentikan atau berhenti minum. Penggunaan alkohol yang penggunaannya secara berlebihan yaitu lebih dari 28 gram alkohol perharinya atau lebih dari 4 botol setiap harinya yang dapat membahayakan jiwa penggunanya.

Kriteria Alkoholisme menurut DSM IV

Alkohol sering digunakan dalam jumlah yang lebih besar atau periode yang lebih lama (12 bulan)
Individu terus menerus ingin mengkonsumsi alkohol dan gagal untuk berhenti
Individu terus menerus ingin mengkonsumsi alkohol dan gagal untuk berhenti
Keinginan yang kuat atau dorongan untuk menggunakan alkohol dan Banyak waktu dihabiskan dalam kegiatan yang diperlukan untuk mendapatkan alkohol, menggunakan alkohol, atau recover dari dampaknya.
Kegagalan untuk memenuhi kewajiban peran utama mereka di tempat kerja, sekolah, atau rumah.
Individu memiliki masalah dalam karakteristik atau kebiasaan sosial atau interpersonal yang disebabkan alkohol.
Penggunaan alkohol yang berulang pada situasi yang mengakibatkan bahaya secara fisik.
Individu memiliki pengetahuan tentang akibat atau resiko dari penggunaan alkohol secara fisik atau psikologis namun tetap mengkonsumsi alkohol.
Faktor-faktor penyebab alkoholisme menurut Kaplan dan Sadock antara lain:

Kelas sosioekonomi yang tinggi, karena orang akan cenderung mudah dalam mendapatkan jenis minuman dengan kadar alkohol tinggi.
Individu mengkonsumsi alkohol untuk menghilangkan atau menghindar dari kecemasan dan stress.
Lingkungan sosial dan budaya yang membiasakan atau mempengaruhi individu untuk mengkonsumsi alkohol
Kebiasaan dalam keluarga dan Faktor Genetik
Bagaimana Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang mengkonsumsi Alkohol?

Efek Jangka pendek dari konsumsi alkohol, Alkohol menaikkan kadar serotonin dan dopamine, dan efek ini mungkin merupakan sumber dari menghambat berbagai reseptor glutamate yang dapat menimbulkan efek kognitif intoksikasi alkohol, seperti berbicara dengan tidak jelas dan hilangnya memori (U.S. Department of Health and Human Services, 1994). Alkohol dalam jumlah banyak dapat mengganggu proses-proses berpikir kompleks; koordinasi motorik, keseimbangan, kemampuan bicara, dan penglihatan juga melemah. Beberapa individu menjadi depresi dan mengalami gejala putus zat.

Pada Efek Jangka Panjang, alkohol dalam waktu lama merusak sel-sel otak (banyak di antaranya berperan dalam fungsi-fungsi memori). Kebutuhan yang tidak terpuaskan pada diri akan menyebabkan timbulnya perasaan frustrasi. Individu menjadi kurang dapat berpikir secara rasional dan kurang mampu mengarahkan masalah secara efektif, sehingga akan terjerumus ke dalam perilaku negatif (kriminalitas).

 

Pencegahan dan Penanganan Alkoholisme (Prevalensi Alkoholisme)

Pencegahan dan penanganan yang dilakukan pada individu untuk tidak mengkonsumsi alkohol adalah sebagai berikut :

1. Prevalensi Primer

Pencegahan yang dilakukan agar individu tidak terjerumus dalam mengkonsumsi alkoholisme dengan cara melakukan Penyuluhan ke sekolah maupun ke masyarakat tentang bahaya atau akibat dari mengkonsumsi alkohol bagi kesehatan fisik maupun psikis.

2. Prevalensi Sekunder

Treatment perilaku maladaptive dilakukan dengan pembinaan terhadap individu agar setiap individu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, disamping mempertinggi daya tahan individu terhadap stresor kehidupan yang sering dialaminya. Dalam upaya ini dokter/psikiater diharapkan mampu memperkenalkan defence mechanism yang bersifat mature. Pembinaan lingkungan dilakukan untuk menciptakan kondisi hidup bermasyarakat yang lebih baik. Dalam upaya ini diperkenalkan pentingnya basic need (kebutuhan dasar) pada masyarakat, juga tentang treatment)

3. Prevalensi Tersier

a. Penanganan di Rumah Sakit

Penghentian alkohol, yaitu detoksifikasi dapat berjalan sulit baik secara fisik maupun psikologis, dan biasanya memerlukan waktu sekitar sebulan karena banyak penyalahgunaan yang juga menyalahgunakan obat penenang ketika diberikan oleh rumah sakit. Beberapa rumah sakit mencoba untuk menghentikan penggunaan obat-obat penenang dibandingkan penggunaan alkohol secara total.

b. Penanganan Biologis

Food And Drug Administration telah menyetujui obat yang menghambat aktifitas endorfin yang dirangsang oleh alkohol, sekaligus mengurangi ketagihan. Meskipun tidak secara khusus ditargetkan untuk mengatasi masalah minum berlebihan, beberapa obat psikoaktif tertentu biasa digunakan untuk menangani berbagai masalah yang berhubungan dengan kebiasaan minum karena mengandung antidepresan.

c. Alcoholics Annonymous

Alcoholics Annonymous adalah kelompok terapi yang didirikan tahun 1935. Kelompok ini melakukan pertemuan secara rutin untuk memberitahukan bahwa mereka adalah seorang alkoholik, dan banyak yang sudah sembuh memberikan kesaksian mengenai ketergantungan alkohol dan bagaimana kehidupan mereka setelah tidak bergantung lagi dengan alkohol.

d. Terapi Pasangan dan Keluarga

e. Pendekatan Kognitif dan Perilaku

Terapi aversi, seorang peminum bermasalah dikejutkan atau dibuat menjadi mual ketika melihat, meraih, atau memulai minum alkohol. Hal ini disebut Sensitilasi tertutup.
Pendekatan manajemen peristiwa dan penguatan-komunitas, bahwa seseorang mengajari pasien dan orang-orang dekatnya untuk menguatkan perilaku yang tidak berkaitan dengan minum.

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition. United States of America: America Psychiatric Publishing.

US Departement of Health and Human Services. 2014. Health, United States, 2014. Washington DC :National Center for Health Statistics

Davison, Neale, & Kring. (2006). Psikologi Abnormal, edisi ke-9. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Kurnia, Mega H. 2007. Fenomena Munculnya Alkoholisme di Kalangan Mahasiswa. Edisi Revisi. Makalah (tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Soegijapranata

Elisa, 2014. Penyalahgunaan Napza. Makalah (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun