Mohon tunggu...
Vanisah Nadatul Fitri
Vanisah Nadatul Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa Fakultas Hukum Uiversitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Belenggu Budaya Patriarki yang Dilanggengkan oleh Kaum Perempuan Sendiri

3 Juni 2024   23:33 Diperbarui: 3 Juni 2024   23:59 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isu kesetaraan gender kembali menjadi topik diskusi yang ramai diangkat masyarakat Indonesia khususnya oleh generasi muda pada zaman sekarang. Budaya patriarki bagaikan benang kusut yang mengakar kuat di negeri ini dan sedang ramai diperbincangkan. 

Menurut Bressler, patriarki adalah sistem sosial masyarakat yang berotasi pada laki-laki sebagai pusat dominasi dan memegang kewenangan pokok dalam tatanan masyarakat. 

Sementara perempuan dan orang-orang dari jenis kelamin lainnya seringkali mengalami penindasan atau diskriminasi. Dominasi budaya patriarki yang kuat ini menyebabkan terpinggirkannya posisi perempuan dan sering dianggap menyebabkan ketidakadilan peran kaum perempuan dalam jalinan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. 

Kenyataannya pada masyarakat tradisi ini malah kaum perempuan sendiri yang melanggengkan dan memelihara budaya tersebut. Jika melihat sejarahnya dalam budaya Jawa, perempuan yang ideal adalah perempuan yang memiliki  sifat lemah lembut, penurut, dan tidak diperbolehkan untuk melampaui laki-laki. 

Sehingga, kerap kali peran yang melekat pada perempuan ideal adalah mengelola rumah tangga, pendukung karir suami, istri yang patuh dengan suami dan ibu bagi anak-anaknya. 

Sementara laki-laki dicitrakan sebagai sosok yang "serba tahu", sebagai panutan, berpikiran rasional dan agresif. Peran ideal laki-laki adalah sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk mencari nafkah bagi keluarga, pelindung, dan pengayom. 

Dalam pembentukan identitas gender, kaum perempuan sering kali masih terjebak dalam norma-norma patriarki yang menekankan pada peran tradisional seperti menjadi ibu rumah tangga atau menekuni pekerjaan yang dianggap "sesuai" dengan gender. 

Meskipun telah banyak kemajuan dalam memperluas wawasan tentang identitas gender, masih ada tekanan besar bagi kaum perempuan untuk memenuhi ekspektasi sosial yang telah ditetapkan oleh patriarki.

Kaum perempuan khususnya orang tua pada zaman dahulu mendidik anak-anak yang berjenis kelamin perempuan hanya untuk mengerjakan pekerjaan domestik dalam berumah tangga seperti membersihkan rumah, memasak, mencuci, kepiawaian dalam berbelanja, serta keperluan lainnya. 

Sedangkan untuk anak laki-laki, mereka hanya dituntut untuk bekerja mencari nafkah. Laki-laki yang mana pemimpin keluarga merasa bukanlah kewajibannya melakukan pekerjaan rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun