Nah, sekarang Udah tau kan? yuk simak pembahasan pokok dari artikel ini!
Busana Pengantin Karawang lebih dikenal dengan sebutan Kembang Ageung. Pemberian nama tersebut diambil dari hiasan kepala wanita yang beraneka ragam dan cukup banyak.
Busana ini mendapat pengaruh dari Cina dan Arab. Ini terjadi karena sejarah seorang patron bernama Syekh Hasanudin bin Yusuf Idofi yang terkenal dengan sebutan "Syekh Quro" merupakan seorang utusan Raja Campa yang mengikuti pelayaran persahabatan ke Majapahit dari Dinasti Ming yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (China).
Sehingga akhirnya 2 kebudayaan tersebut berbaur antara Arab dan China yang membuat pakaian adat tersebut menjadi satu kesatuan antar budaya. Busana Pengantin Karawang ini biasanya dipakai oleh masyarakat umum pada upacara arak-arakan.
Pengantin wanita biasanya mengenakan rok berwarna hijau dan blus tangan panjang berwarna pink yang dilengkapi dengan selendang berwarna kuning. Pengantin pria lebih sederhana hanya mengenakan celana pangsi berwarna hitam, jas hitam, kemeja putih, dan kopeah berwarna hitam.
Rambut pengantin wanita disanggul membentuk seperti keongan atau cepolan. Pada dahi pengantin wanita dihias seperti sisir emas dan siger. Wajah pengantin wanita tertutup dengan hiasan terawangan motif sulur dan beruntaikan biji mentimun berwarna putih yang panjangnya sampai dagu. Pakaian adat pernikahan tersebut tidak hanya sekadar tren mode, tetapi juga sebuah bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur.
Setiap elemen pakaian memiliki makna mendalam yang melibatkan nilai-nilai sosial, spiritual, dan budaya yang terus dijaga agar tidak pudar seiring berjalannya waktu.
Upacara perkawinan tersebut dilengkapi dengan "Seeng "dan "padaringan" sebagai barang bawaan yang utama pada upacara seserahan atau "ngabesan". Langseng dalam bahasa sunda disebut seeng, yakni tempat menanak nasi zaman dulu. Tetapi, seeng saat ini seperti beralih fungsi menjadi syarat adat budaya untuk ‘seserahan’ pernikahan.
Adapun acara lain yang berkaitan yaitu “Parebut Seeng” atau disebut juga “Rampag Seeng” yang merupakan salah satu kesenian bela diri khas tatar Sunda yang melegenda.
Tradisi ini menampilkan ketangkasan bela diriyaitu silat yang konon disebut sebagai upaya untuk menguji keseriusan dari mempelai pria dalam melamar Wanita.
Kemudian penyerahan barang bawaan atau seserahan tadi diawali dengan atraksi yang merupakan simbol kegadisan sang mepelai Wanita. Rampag Parebut Seeng biasa dipentaskan oleh laki-laki, baik anak-anak maupun orang dewasa.