Bagi sebagian masyarakat, Sejarah masih dianggap kuno dan tidak menarik. Bahkan para pelajar di Indonesia juga sudah tidak minat belajar sejarah. Hal inilah yang ingin diangkat kembali oleh komunitas Reenactor Bangor agar sejarah bisa terus dikenang, terutama sejarah perjuangan bangsa. Reenactor Bangor didirikan pada 2015 oleh Sufiyanto, Errol Tornado, dan Dion Kaspar. Komunitas Reenactor Bangor sengaja dibuat tidak begitu kaku dengan segala kelengkapan ala komunitas mapan, namun harus tetap sesuai dengan kaidah dalam sejarah itu sendiri, maksudnya disini dalam melakukan sebuah reenactment tidak harus dengan barang relic (barang asli) yang digunakan pada masa lalu, tetapi bisa dengan barang repro yang bisa dibuat di dalam negeri, jadi sekaligus dapat membantu UMKM yang ada di Indonesia. Komunitas ini terdiri dari berbagai macam kalangan, dari anak tingkat SD hingga pensiunan.
Reenactor berasal dari Bahasa Inggris yaitu reenact yang artinya menghidupkan kembali. Sehingga, reenactor dapat diartikan sebagai seseorang yang menghidupkan kembali momen-momen sejarah tertentu. Cara yang dilakukan untuk menghidupkan kembali momen bersejarah. Bukan sekedar diskusi saja, tetapi para pecinta sejarah ini membuat suatu reka adegan peristiwa bersejarah lengkap dengan mengenakan pakaian dan atribut lengkap yang ada pada masanya.
Reenactor berbeda dengan cosplayer karena reenactor tidak bisa sembarang membeli dan mengoleksi pakaian. Walaupun tujuannya sama untuk diabadikan dalam foto, tapi kita benar-benar ingin semuanya sama seperti yang dipakai saat momen itu. Untuk melakukan sebuah reenactment biasanya rekan dari Reenactor Bangor lainnya melakukan riset terlebih dahulu.
Biasanya mereka mengacu pada buku sejarah yang ada untuk mengumpulkan data mengenai hal tersebut. Setelah itu barulah mereka akan menyiapkan pakaian, senjata dan peralatan perang yang digunakan pada masa itu.
Semua ini mereka lakukan hanya demi kecintaan mereka terhadap sejarah walaupun harus merogoh kocek yang lumanyan dalam untuk membeli dan mendesain pakaian maupun perlengkapan dalam melakukan reka adengan atas peristiwa penting yang tertulis dalam sejarah.
Komunitas Reenactor ini juga memiliki agenda rutin setiap tahunnya, seperti acara Serangan Oemoem 1 Maret di Jogja dan Parade Joang 10 November di Surabaya, hal ini dimanfaatkan oleh para komunitas reenactor di seluruh Indonesia untuk berdiskusi dan bersilaturahmi. Selain itu, komunitas Reenactor Bangor juga sudah banyak diundang oleh instansi pemerintahan dalam menyajikan sejarah dengan cara yang unik, misalnya pada acara Pekan Kebudayaan Nasional 2019, Hari Defile dan HUT Kopaska 2019, Peringatan peristiwa proses perumusan naskah proklamasi kemerdekaan di Indonesia, dan sebagainya.
Menurut Aprilya Yusri Attiyyah, salah satu anggota Reenactor Bangor yang baru bergabung pada tahun 2017 menceritakan bahwa ia senang menjadi anggota Reenactor Bangor karena rasa kekeluargaannya yang erat dan selalu membagikan ilmu maupun pengalaman sesama anggota agar bisa memahami sejarah, terutama sejarah Indonesia.
 "Karena disana bisa lebih mendalami tentang sejarah, trus menarik juga buat dipelajari dan diketahui. Disitu juga kita bisa lebih paham kalo misalnya di sejarah itu kayak gimana sih melalui Reenactment"-Kata Mahasiswi yang akrab disapa April ini.
Sependapat dengan Aprilya, anggota Reenactor Bangor lainnya bernama Amanda Novita Syawaluna, seorang pelajar SMA ini berpendapat bahwa reenactment adalah suatu komunitas sejarah dimana disitu kita bisa mendapatkan ilmu, informasi tentang sejarah yang belum kita ketahui,sehingga kita dapat belajar dari komunitas itu juga dan berbagi argumen satu sama lain, kegiatan-kegiatan yang ada di reenactment pun banyak, menjadikan suasananya lebih seru dan menyenangkan.
Komunitas Reenactor Bangor ini ingin mengajak masyarakat untuk mencintai sejarah sehingga dapat melek akan sejarah bangsa. Dion, selaku pendiri Reenactor Bangor berpesan kepada generasi muda agar jangan pernah meninggalkan sejarah, sejarah sebagai jati diri anak bangsa. Sejarah itu sebagai guru, ambil yang baik tinggalkan yang buruk. Komunitas ini juga membuka kesempatan untuk masyarakat umum yang ingin bergabung dalam melestarikan sejarah, sebelum bergabung dengan Reenactor Bangor diharapkan "Untuk pelajari terkait dunia reenactment, bisa dengan berdiskusi sama dengan para senior dan siap menerima kritikan agar dapat berkembang". -Kata Ivan Febri Winanto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H