“Memasaknya ini kan harus satu persatu, jadi yang antri beli ya harus sabar. Kalau ngga sabar ya monggo tidak apa-apa karena kita mengutamakan cita rasa,” jelas mbak Tin.
Karena larisnya warung bakmi jawa Pak Broto ini, dalam sehari mampu menghabiskan 10 potong ayam. Hal itu belum ditambah lagi jika ada pesanan dalam jumlah besar untuk sebuah acara tertentu. Namun karena masa pandemi ini, warung bakmi jawa Pak Broto ikut terkena dampaknya. Awalnya yang dalam sehari mampu menghabiskan 10 potong ayam, sekarang paling banyak hanya 7 potong ayam. Pengunjung juga menjadi sepi tidak seperti biasanya saat sebelum pandemi. Untuk mengatasi hal itu Mbak Tin dan anak-anak Pak Broto lainnya mendaftarkan warung bakmi jawa pak Broto tersebut dalam situs online seperti Grab dan Gojek. Hal itu memudahkan pelanggan untuk memesan melalui situs online tersebut tanpa perlu datang langsung ke tempat. Hal ini juga dilakukan sebagai salah satu bukti mengikuti peraturan dari pemerintah guna memutus penyebaran mata rantai covid-19.
Pandemi ini tak menjadikan alasan bagi anak-anak Pak Broto untuk tidak melanjutkan usaha bakmi jawa tersebut. Justru anak-anak almarhum Pak Broto tetap semangat mempertahankan resep turun temurun yang telah diwariskan oleh Pak Broto. Tanpa mengurangi resep apapun, cita rasa bakmi jawa Pak Broto tetap sama dan tetap terjaga dari tahun 1970 hingga sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H