Di Indonesia, fenomena selebriti yang terjun ke dunia politik bukanlah hal baru. Sejak beberapa dekade lalu, kita sudah melihat sejumlah artis dan tokoh publik lainnya yang memilih untuk berkiprah dalam pemerintahan. Namun, fenomena ini kembali mencuri perhatian publik setelah sejumlah selebriti bergabung dengan kabinet pemerintahan Prabowo Subianto. Hal ini memunculkan berbagai opini dan pertanyaan, apakah keterlibatan selebriti di kursi politik ini membawa dampak positif atau justru menjadi ancaman bagi perkembangan demokrasi Indonesia?
Keterlibatan Selebriti dalam Politik: Tren atau Kebetulan?
Selebriti memiliki kekuatan besar dalam membentuk opini publik. Banyak di antara mereka yang telah membangun citra positif di mata masyarakat dan memiliki pengaruh yang luas, baik melalui media sosial, televisi, maupun dunia hiburan. Dalam konteks politik, pengaruh ini sering kali dimanfaatkan oleh partai politik untuk menarik perhatian pemilih, terutama generasi muda yang mungkin lebih terhubung dengan selebriti daripada dengan politisi konvensional.
Di pemerintahan Prabowo Subianto, terdapat banyak spekulasi tentang selebriti yang diberi posisi strategis. Prabowo sendiri telah dikenal sebagai tokoh yang memiliki hubungan baik dengan berbagai kalangan, termasuk tokoh dunia hibura n. Sebagai presiden terpilih dalam Pemilu 2024, Prabowo memiliki peluang besar untuk menarik perhatian berbagai elemen masyarakat, termasuk para selebriti yang berkeinginan untuk memberikan kontribusi mereka pada bangsa ini.
Namun, pertanyaannya adalah, apakah selebriti yang terjun ke dunia politik benar-benar memiliki kapasitas untuk mengemban tugas pemerintahan, atau apakah mereka sekadar "pemanis" dalam upaya menarik massa?
Peluang Positif: Meningkatkan Partisipasi Politik dan Membangun Citra Positif
Salah satu alasan mengapa selebriti bisa menjadi pilihan yang menarik dalam dunia politik adalah karena mereka memiliki basis penggemar yang besar dan loyal. Keterlibatan selebriti dalam politik dapat mendorong partisipasi politik yang lebih luas, terutama dari kalangan muda yang mungkin belum cukup peduli terhadap politik formal. Keberadaan selebriti di pemerintahan bisa menjadi jembatan untuk meningkatkan kesadaran politik dan partisipasi dalam pemilu, serta menggerakkan masyarakat untuk lebih peduli pada isu-isu pemerintahan.
Selain itu, selebriti yang memiliki citra positif dapat membantu memperbaiki citra partai politik atau pemerintahan yang mereka dukung. Jika selebriti yang terpilih memiliki rekam jejak yang bersih dan dikenal luas sebagai sosok yang mengutamakan kepentingan publik, mereka bisa menjadi simbol dari perubahan positif yang ingin diwujudkan oleh pemerintah.
Tantangan: Kualitas Kepemimpinan dan Risiko "Politik Kembang Gula"
Di sisi lain, banyak pihak yang berpendapat bahwa keterlibatan selebriti dalam politik membawa risiko serius, terutama terkait dengan kualitas kepemimpinan yang mereka tawarkan. Politik adalah ranah yang membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang sistem pemerintahan, kebijakan publik, serta kemampuan untuk membuat keputusan strategis yang berdampak besar bagi kehidupan masyarakat.
Kebanyakan selebriti, meskipun memiliki kemampuan berbicara di depan umum dan berinteraksi dengan banyak orang, tidak selalu memiliki pemahaman yang cukup mendalam mengenai isu-isu kebijakan, ekonomi, dan sosial yang menjadi bagian dari pemerintahan. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka lebih tertarik pada popularitas politik semata, bukan pada kontribusi nyata bagi kemajuan negara. Di beberapa kasus, banyak pihak yang khawatir bahwa peran selebriti dalam pemerintahan bisa hanya menjadi "politik kembang gula" yang bertujuan untuk menarik perhatian tanpa memberikan solusi konkret terhadap masalah yang dihadapi negara.
Selain itu, ada potensi risiko jika selebriti lebih fokus pada pencitraan pribadi ketimbang menjalankan tanggung jawab politik yang sesungguhnya. Ketika terlalu banyak selebriti yang masuk dalam struktur pemerintahan, hal ini bisa menurunkan kualitas debat publik dan memperlemah argumen politik yang lebih berbasis pada kompetensi, bukan popularitas.
Solusi dan Harapan
Jika Prabowo Subianto memutuskan untuk menerlibatkan selebriti ke dalam kabinetnya, Beliau dapat mengambil beberapa langkah  untuk memastikan kehadiran mereka berdampak positif. Pertama, tokoh politik harus mendapatkan pelatihan dan pendidikan yang sesuai agar mereka dapat memahami dengan baik tugas dan tanggung jawabnya dalam pemerintahan. Namun, memilih selebriti yang benar-benar berkomitmen terhadap perubahan sosial, dibandingkan sekadar mencari popularitas, akan berdampak besar pada kemampuan mereka memberikan kontribusi nyata.
Kedua, pemerintah harus memastikan bahwa posisi-posisi strategis  diisi oleh orang-orang yang berpengalaman dan ahli di bidangnya. Meskipun selebriti dapat menjadi duta  untuk isu-isu tertentu seperti pendidikan, seni, dan budaya, posisi yang lebih bersifat teknis atau terkait dengan kebijakan nasional masih memerlukan orang-orang yang memiliki keahlian di bidang tersebut.
Selebriti yang terjun ke dunia politik, khususnya dalam pemerintahan Prabowo Subianto, bisa menjadi kesempatan untuk membawa perubahan positif dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam politik. Namun, hal ini harus diimbangi dengan pemahaman yang mendalam mengenai tugas dan tanggung jawab pemerintahan. Jika tidak, selebriti-politikus bisa berisiko hanya menjadi simbol politik tanpa memberikan dampak signifikan terhadap kemajuan negara. Oleh karena itu, seleksi yang hati-hati dan pelatihan yang memadai menjadi kunci agar fenomena ini tidak hanya menjadi ajang pencitraan semata, tetapi benar-benar menjadi langkah strategis untuk kemajuan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H