Mohon tunggu...
Vanessa Azzahra
Vanessa Azzahra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Try to find out mediocre ability and passionately curious about random things.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Fenomena Pemutusan Hubungan Kerja dan Stabilitas Ekonomi Keluarga di Masa Pandemi

22 Mei 2022   17:12 Diperbarui: 22 Mei 2022   17:13 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Family Stress Picture from Canva

Pandemi Covid-19 mengakibatkan munculnya fenomena PHK yang berakibat pada kemiskinan, batasan akses pendidikan pada anak-anak dari keluarga yang menjadi korban PHK, dan menimbulkan lebih banyak masalah kesehatan mental. 

Implikasi utama yang terjadi di dalam keluarga akibat perubahan yang disebabkan oleh pandemi adalah keadaan rumah tangga yang sebelumnya terjamin secara ekonomi, sekarang menjadi miskin dan rentan.

 Selain itu, pencari nafkah utama pada sebagian keluarga, bekerja dalam waktu yang lebih singkat dengan penghasilan yang lebih kecil. BPS mencatat bahwa 5 juta orang telah kehilangan pekerjaan selama pandemi dan 24 juta lainnya bekerja dalam waktu yang lebih singkat (BPS, 2020). 

Secara ekonomi, PHK dapat menghentikan proses pemasukan keluarga. PHK menyebabkan keluarga dihadapkan pada masalah ketidakpastian kapan penganggurannya berakhir dan tidak jarang permasalahan ini akan memberikan tekanan psikologis.

Pandemi Covid-19 berdampak besar pada banyak perusahaan dan UMKM yang menyebabkan omset penjualan menurun sehingga pemilik usaha terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja. 

Fenomena PHK berhubungan secara negatif terhadap kesehatan mental karyawan karena ketika seseorang kehilangan pekerjaannya, hal ini dapat memberikan tekanan yang lebih berat dan melelahkan secara emosional. 

Selain itu, pemotongan gaji juga menyebabkan keterbatasan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan keluarga yang umumnya menjadi pemicu stres. Secara luas, upaya PHK yang telah dilakukan berakibat pada meningkatnya jumlah pengangguran (Gunawan & Sugiyanto 2017). 

Selain itu, PHK juga menyebabkan meningkatnya jumlah kemiskinan, tingkat kriminalitas, dan merosotnya kondisi keuangan keluarga yang cukup memperhatikan (Hanta 2020). 

Ketahanan ekonomi keluarga dipahami sebagai kekuatan atau kegigihan suatu keluarga dalam menghadapi berbagai keadaan dinamis dari segi tantangan, ancaman, dan hambatan serta gangguan baik dari eksternal maupun dari internal yang membahayakan kelangsungan perekonomian keluarga. 

Sebagai unit terkecil dari sebuah negara, keluarga dengan ketahanan ekonomi yang kuat akan menciptakan dasar ekonomi negara yang kuat pula. (Wulandari 2017). 

Menurut Doriza (2015), ekonomi keluarga merupakan salah satu bagian terkecil dari sistem perekonomian yang lebih besar, seperti perusahaan dan negara. 

Akan tetapi, pandemi menyebabkan sektor perekonomian Indonesia mengalami penurunan. Tak hanya sektor ekonomi negara, sektor ekonomi keluarga pun juga terkena dampak dari pandemi yang terjadi selama tiga tahun terakhir. 

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada salah satu responden, PHK menyebabkan terjadinya perubahan dalam pencarian nafkah untuk memperoleh pendapatan keluarga yakni dari suami yang bekerja menjadi tidak bekerja dan istri tetap berjualan sekaligus mencari nafkah untuk keluarga. 

Hal tersebut dilakukan karena suami belum mendapat pekerjaan sejak diberlakukan PHK oleh perusahaannya. Faktor yang menjadi penyebab suami belum mendapat pekerjaan yakni usia yang sudah menginjak usia paruh baya sehingga perusahaan tidak ada yang menerima kualifikasi umur tersebut. 

Akibatnya istri menjadi tulang punggung keluarga dan memiliki peran penting dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Istri melakukan pembagian peran tambahan dimana istri mencari nafkah untuk menggantikan peran suami yang sudah di PHK serta belum mendapatkan pekerjaan hingga saat ini. Istri melakukan kontrol keuangan secara detail dan menjadi lebih hemat dalam membeli sesuatu.

Menurut Sari dan Zufar (2021), kebutuhan keluarga yang tinggi dan tidak seimbang dengan pemasukan keluarga membuat perempuan tidak bisa jika hanya mengandalkan upah suami. 

Perubahan drastis yang dialami setiap keluarga selama pandemi menyebabkan masing-masing individu dalam keluarga menjadi semakin berusaha agar tetap bertahan hidup, dan mempertahankan keutuhan serta keharmonisan keluarga dengan harapan dapat menjaga kualitas hidup keluarga yang lebih baik. 

Setiyono dan Imelda (2021) menyebutkan bahwa ada tiga dampak utama yang dipikul perempuan di masa pandemi yaitu beban ganda dalam mengasuh anak dan bekerja, ancaman kemungkinan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, dan perlakuan yang tidak setara di bidang ekonomi. 

Bagi perempuan pekerja formal, kesulitan yang dihadapi di masa pandemi lebih kepada membagi waktu antara pekerjaan dengan kebijakan sekolah anak di rumah. Sementara itu, eksploitasi gender masih dirasakan pada tempat kerja dan rumah tangga.

Permasalahan yang dialami oleh keluarga responden memberikan beberapa dampak pada masalah keharmonisan keluarga, seperti terjadi perdebatan disaat permasalahan muncul. 

Penyebabnya yakni istri belum bisa beradaptasi terhadap keuangan yang pas-pasan dikeluarganya. Hal-hal selanjutnya yaitu suami menjadi lebih pemarah karena belum bisa menerima keadaan bahwa dirinya di PHK oleh perusahaan. 

Akibatnya, suami dan istri mudah terpancing emosi satu sama lain walaupun hanya terjadi masalah yang sepele. Keduanya mudah berselisih paham dan terkadang salah satu dari mereka mudah tersinggung sehingga menyebabkan salah paham diantara mereka. Terlihat jelas bahwa permasalahan ini membuat keluarga responden mengalami perubahan kelekatan di dalam keluarga.

Perekonomian yang menurun akibat PHK berdampak negatif pada kondisi mental keluarga. Penyebab tersebut dapat menjadi salah satu penyebab anggota keluarga mudah terpancing emosi karena perasaan frustasi yang dirasakan. Keluarga bisa mengatasi permasalahan tersebut menggunakan strategi koping yang tepat dengan problem focused coping. 

Metode dari problem focused coping dapat berupa planful problem focused coping dan seeking social support. Metode planful problem focused coping adalah merupakan perencanaan strategi yang paling tepat dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. 

Selanjutnya, seeking social support adalah mencari kenyamanan dari orang lain yang dapat berupa dukungan sosial baik secara fisik maupun psikologis. Dukungan sosial sangat diperlukan agar tumbuh rasa semangat dan optimis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi (Saviera et al. 2022).

Berkaitan dengan permasalahan ini, ditemukan solusi untuk menjaga stabilitas ekonomi keluarga. 

Pertama, strategi pelaksanaan peran suami dan istri yang harus diseimbangkan dengan kebutuhan sehari-hari. Sistem pembagian kerja ganda yang dilakukan oleh keluarga akan membantu secara finansial dan menjaga stabilitas ekonomi agar tidak menurun. Dalam hal ini, istri melakukan pekerjaan rumah sekaligus mencari nafkah untuk menambah pendapatan keluarga. 

Kedua, membuat mata pencaharian nafkah secara alternatif yang bertujuan untuk menambah pendapatan keluarga secara sedikit demi sedikit. Hal tersebut dilakukan agar menghindari defisit keuangan selama satu bulan transaksi karena pemasukan dari berjualan dapat menjadi alternatif keuangan dana tambahan.

Pemutusan hubungan kerja (PHK) telah menyebabkan kerugian baik secara material maupun mental pada keluarga. PHK juga menyebabkan ketidakstabilan ekonomi pada keluarga yang terdampak dan berpengaruh negatif terhadap kesehatan mental keluarga terutama suami dan istri sebagai pencari nafkah. PHK dapat menyebabkan perubahan dalam pencarian nafkah. 

Oleh karena itu, dibutuhkan strategi untuk menjaga ekonomi keluarga tetap stabil. PHK juga menyebabkan kesehatan mental suami dan istri menjadi terganggu, sering terjadi perdebatan dalam hubungan, suami atau istri menjadi lebih sensitif. 

Maka dari itu keluarga perlu untuk melakukan strategi coping keluarga berupa problem focused coping yang berfokus pada cara mengatasi permasalahan yang sedang dialami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun