Kenapa jahe?
Siapa sih yang tidak tahu jahe? Jahe merupakan salah satu tumbuhan berimpang yang sering digunakan sebagai obat-obatan tradisional dan rempah-rempah untuk meningkatkan cita rasa pada suatu makanan. Nah, jahe sendiri memiliki banyak kandungan senyawa di dalamnya, salah satunya adalah gingerol. Faktanya, menurut Sugiarti et al. 2011, gingerol ini memiliki banyak manfaat untuk tubuh kita loh, seperti dapat berguna untuk mencegah penggumpalan darah, mencegah penyumbatan pembuluh darah, serangan jantung, dan lainnya. Nah, tapi pada artikel ini kita akan membahas salah satu manfaat gingerol yang berfungsi sebagai salah satu nutrasetikal yang mampu mempengaruhi ekpresi dari gen kita dengan konsumsi pada kadar yang telah ditentukan. Dengan adanya perubahan ekspresi gen pada tubuh secara tidak langsung, gingerol ini mampu menjadi salah satu solusi dalam pengobatan penyakit DMD.
Cara analisis gingerol sebagai solusi penyakit DMD
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Marchese et al. (2021) ini dilakukan untuk melihat efek jahe terhadap penyakit DMD, dengan menggunakan hewan zebrafish.
Pertama-tama, zebrafish yang dipakai ada 2 jenis, yaitu zebrafish murni (wild type) dan zebrafish strain sapje. Lalu, DNA dari zebrafish strain sapje ini diambil untuk mengecek, apakah ada mutasi pada gen dystrophin-nya atau tidak.
Maksud dari “strain” ini adalah “jenis” zebrafish-nya ya teman-teman. Zebrafish dengan strain sapje merupakan jenis zebrafish yang memiliki penyakit DMD, karena DNA-nya sudah mengalami mutasi. Akibatnya, zebrafish strain sapje memiliki kelemahan secara motorik, gangguan pada otot, serta rentan mengalami kematian. Oleh karena itu, zebrafish strain sapje digunakan sebagai model hewan yang sudah memiliki penyakit DMD, sehingga kita bisa membandingkan bagaimana pengaruh jahe terhadap zebrafish murni dan zebrafish yang memiliki penyakit DMD.
Selanjutnya, kedua jenis zebrafish ini dikasih senyawa-senyawa alami yang dikenal berperan sebagai antioksidan dan anti-inflamasi, salah satu senyawanya adalah gingerol ini!
Setelah itu, akan diamati struktur tulang dan pola pergerakan dari zebrafish. Pola pergerakan yang dilihat adalah jarak tempuh dan kecepatan bergerak dari zebrafish-nya. Lalu, dilakukan PCR untuk mengamati apakah ekspresi gen hmox1 mengalami peningkatan, penurunan, atau tetap konstan.
Hasil penelitiannya gimana nih?
Hasil analisisnya itu membuktikan kalau gingerol memang bisa memberikan efek positif terhadap penyakit DMD. Dengan kata lain, gingerol dapat dijadikan sebagai terapi pengobatan untuk pasien penyakit DMD dan pencegahan terjadinya penyakit DMD untuk keturunan berikutnya. Keren sekali bukan? Proses ini bisa terjadi karena senyawa gingerol memberikan efek positif dalam proses ekspresi suatu gen anti-inflamasi, yaitu gen Hmox1. Waduh, apalagi tuh?
Gen Hmox1 atau gen Heme Oxygenase 1 merupakan salah satu gen yang memiliki fungsi sebagai anti-inflamasi sehingga dapat membantu dalam pencegahan terjadinya mutasi gen penyebab penyakit DMD, yaitu gen dystrophin. Jadi, penyakit DMD ini dapat terjadi ketika adanya inflamasi sehingga menyebabkan gen dystrophin mengalami perubahan materi genetik (mutasi). Oleh karena itu, diperlukan ekspresi atau suatu sifat, yaitu anti-inflamasi dengan jumlah yang lebih tinggi. Jika ekspresi dari gen Hmox1 meningkat, maka inflamasi yang terjadi dapat dicegah. Akibatnya, penyakit lemah otot ini dapat dicegah dan diobati. Nah, maka dari itu, gen Hmox1 cukup penting dalam riset ini karena gen ini merupakan gen yang dijadikan target, apakah senyawa gingerol memberikan efek positif atau tidak.