Oleh : Â
Vanesa Aprilia (151220028), Sabila Shafa Alifiyah (151220029), Windy Permatasari Gulo (151220027)Â
Â
Kemiskinan Global Saat IniÂ
 Kemiskinan merupakan masalah global yang bisa di definisikan saat dimana kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan tidak dapat terpenuhi. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kurangnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar atau kesulitan dalam pendidikan dan pekerjaan. Â
Masalah kemiskinan telah menjadi perhatian utama masyarakat dunia. arus globalisasi dan pesatnya pembangunan berbagai sektor tidak sejalan dengan penurunan jumlah penduduk miskin di dunia. Populasi telah berkembang pesat sebesar 2 miliar, dari awal 5,3 miliar orang pada tahun 1990 menjadi 7,3 miliar orang pada tahun 2015, ketika maksimal 1 miliar orang keluar dari kemiskinan, memperburuk kondisi ekonomi negara-negara di dunia. Ada 4 sebab utama mengapa kemiskinan terus bertambah di antaranya: Â
- Kondisi geografis negara yang burukÂ
- Konflik dan kekerasan yang mengarah pada berlakunya sanksi internasional berkorelasi dengan peningkatan kemiskinan.Â
- Sistem manajemen yang buruk di negaraÂ
- Diskriminasi gender dan etnis atau diskriminasi sosial dalam masyarakat adat Â
 Adanya penyebaran wabah Covid-19 yang menyebabkan hampir sebagian manusia kehilangan pekerjaannya juga bertambahnya pengangguran di dunia yang berdampak pada persentase tingkat kemiskinan di dunia. Menurut data yang di lansir pada World bank bahwa Selama tiga dekade terakhir, jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem dapat didefinisikan sebagai mereka yang hidup dengan kurang dari $2,15 per orang per hari pada utilitas daya beli 2017  telah menurun.Â
Namun, terjadi perubahan pada sistem tersebut karena pada tahun 2020 ketika kemiskinan meningkat akibat gangguan dari krisis COVID-19. Jumlah orang yang sangat miskin meningkat 70 juta menjadi lebih dari 700 juta orang. Tingkat kemiskinan ekstrem global adalah 9,3 persen, dibandingkan dengan 8,4 persen pada 2019. Bank Dunia mendefinisikan orang yang mengalami kemiskinan ekstrem sebagai orang yang hidup dengan uang kurang dari US$1,9 atau Rp28.000 sehari.Â
Bahkan yang termiskin pun menderita kemunduran serius dalam kesehatan dan pendidikan. Jika tidak ditangani oleh kebijakan, mereka akan memiliki konsekuensi jangka panjang untuk prospek pendapatan seumur hidup mereka. Sejak itu, pemulihannya tidak merata. Naiknya harga makanan dan energi, yang sebagian dipicu oleh perang di Ukraina, serta guncangan dan konflik iklim, telah memperlambat pemulihan yang cepat.Â
 Antara tahun 2015 dan 2018, kemiskinan global menurun sebesar 1,5 persen. Karena jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem meningkat pada 2019-2020 untuk pertama kalinya sejak 1998. Ini berarti 93 juta orang di seluruh dunia hidup dengan kurang dari $1,90 sehari. Lebih dari separuh penganggur di negara berpenghasilan tinggi menerima bantuan tunai, sementara di negara berpenghasilan rendah hanya 1% penganggur yang menerima tunjangan. Menurut perkiraan laporan tersebut, tingkat pengangguran global akan tetap di atas tingkat pra-pandemi hingga 17 september 2019 setidaknya 2023.Â
Jika semua pihak berkontribusi, kenyataannya pendidikan, pelatihan, dan pekerjaan pemuda dan perempuan tidak proporsional. Selain itu, data dari tahun 2020 menunjukkan bahwa kemiskinan dalam pekerjaan meningkat untuk pertama kalinya dalam 20 tahun karena pemotongan upah dan jam kerja yang lebih pendek. Dengan kata lain, lebih dari 8 juta pekerja akan jatuh miskin, dengan Afrika sub-Sahara dan Oseania (tidak termasuk Selandia Baru dan Australia) yang paling terpukul.Â
Adapun sekitar 828 juta orang kelaparan di seluruh dunia pada tahun 2021. Selain itu, hampir 2,3 miliar orang mengalami kerawanan pangan sedang hingga parah karena mereka tidak memiliki cukup makanan. Itu berarti hampir 350 juta lebih banyak orang kelaparan sejak pandemi dimulai. Selain pandemi COVID-19, perubahan iklim dan krisis di Ukraina memperburuk masalah pasokan pangan global. Ukraina dan Federasi Rusia menyediakan 30% gandum, 20% jagung, dan 80% biji bunga matahari di dunia.Â
Sehingga pada bulan Maret 2022, harga pasar dunia untuk makanan hampir 30% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Karena meningkatnya biaya pangan dan gangguan rantai pasokan, negara-negara yang bergantung pada impor menjadi lebih rentan terhadap kekurangan pangan.Â
Hambatan dalam Penuntasan Kemiskinan GlobalÂ
 Tantangan berat dalam penghapusan kemiskinan global yang terjadi saat ini yaitu memulihkan kembali negara-negara yang jatuh terperosok pada jurang kemiskinan akibat dari wabah covid-19 dan efek konflik antar negara Rusia-Ukraina. Sebagai contoh, efek pemerosotan ekonomi pada pandemi covid-19 lalu menyebabkan meningkatnya angka pengangguran di tiap negara karena terjadi pemutusan hubungan kerja massal, kemudian penurunan pendapatan pekerja yang berefek pada padatnya jumlah kemiskinan di tiap negara seperti India, Amerika Serikat hingga negara di Afrika yang mengalami kemiskinan ekstrem seperti Burgundi, Zambia dan negara sub-sahara lainnya.Â
Berlanjut pada konflik geo-politik yang terjadi akhir-akhir ini yaitu pada negara Rusia-Ukraina, China-Taiwan dan AS, hingga Korea Utara dengan Korea Selatan, Jepang, serta Amerika Serikat, ketegangan ini dapat berimbas pada makro-ekonomi dunia, hingga bisa memperparah kondisi ekonomi dan kemiskinan global. Kemungkinan besar yang terjadi yaitu kurangnya perhatian terhadap negara-negara yang mengalami krisis ekonomi ekstrem ini, dan selanjutnya negara-negara dunia lebih fokus terhadap konflik yang terjadi.Â
Perspektif Liberalisme dalam Keberlangsungan Kemiskinan GlobalÂ
 Liberalisme menjadi perspektif yang juga menyumbang pengaruh dalam isu global utama seperti isu kemiskinan. Kaum liberal percaya bahwa akar kemiskinan itu bersumber dari masyarakat itu sendiri, yaitu dengan faktor kurangnya pendidikan, ilmu pengetahuan, dan sains, lemahnya aturan hukum, minimnya lembaga-lembaga yang melindungi kehidupan dan kepemilikan penduduk dan menyediakan insentif bagi tindakan individu dan perusahaan, kurangnya perlengkapan modal, ketidakstabilan makro ekonomi masif, dan pemerintah predator.Â
Mereka mengatakan bahwa problem semacam ini bisa menjadi penghalang lintasan batasan-batasan nasional dan menghalangi pasar globalisasi. Menurut, Walden Bello (1999) globalisasi oleh sudut pandang liberalisme sendiri menciptakan kekayaan bagi segelintir orang tetapi asal kekayaan itu ada karena merampas milik orang lain. Dalam artian singkat, bahwa seseorang bisa kaya dengan cara memiskinkan orang lain, Selanjutnya, seorang ahli bernama John Hillary (2013) menyatakan bahwa kapitalisme atau liberalisme ini memungkinkan elit perusahaan untuk memojokkan kekayaan yang dihasilkan oleh pertumbuhan ekonomi, sehingga mencegahnya dibagi dengan mayoritas penduduk dunia.
 David Craig dan Douglas Porter (2015) mengemukakan pendapatnya yang berpendapat bahwa penyebab kemiskinan yang diutarakan oleh kaum liberal yang diyakini berasal dari keterbelakangan ekonomi dan sosial pada dasarnya kembali pada dominasi liberalisme yang berlebihan dalam membingkai pemikiran dan praktik tentang bentuk-bentuk kemiskinan. Dua ahli ini mendefinisikan liberalisme sebagai ideologi politik dan bentuk pemerintahan yang telah hibridisasi dari waktu ke waktu, tapi lebih menekankan manfaat pasar, aturan hukum universal, kebutuhan individu dan hak milik.Â
Craig dan Porter mengatakan bahwa liberalisme mempertahankan dan menciptakan kemiskinan di banyak bagian dunia dengan menghindari redistribusi besar dan menekankan moral dan disiplin dan pasar. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan dapat bersumber dari sistem kapitalisme, karena dalam hal ini negara bukanlah penanggung jawab melainkan hanya sebatas regulator. Kemudian, ini menyebabkan orang bebas berkompetisi karena pada dasarnya, kapitalisme berpaham laissez-faire yang pada hakikatnya berarti ekonomi bebas berjalan tanpa adanya intervensi.Â
Maka dari ini, muncullah kelompok kapitalis yang merajai ekonomi karena kekuatan modalnya. Sementara sebagian besar lainnya hanya menjadi saksi kekayaan dari kaum-kaum tersebut dan menyicipi kemiskinan. Kemiskinan dapat saja terus berlangsung abadi selama masih menerapkan kapitalisme. Meskipun ada kebijakan bantuan sosial, efeknya hanya temporal. Kemiskinan tidak akan usai jika dunia terus memihak pada sistem kapitalisme, karena ketimpangan yang terjadi antara pelaku ekonomi kapitalis yang kerap kolaps setelah memiliki banyak aset, kembali pada tujuan awal kapitalis yaitu memperkaya pemodal tanpa memperhatikan kesejahteraan dunia.Â
 Pada akhirnya, liberalisme yang bersifat kapitalis juga berperan dalam meningkatkan kemiskinan, lewat sifatnya yang berujung pada perampasan milik orang lain. Seperti pepatah, yang kaya semakin kaya dan yang miskin turut semakin miskin.  Begitupun liberalis memungkinkan elit perusahaan untuk memojokkan kekayaan yang dihasilkan oleh pertumbuhan ekonomi, sehingga mencegahnya dibagi dengan mayoritas penduduk dunia. Demikian, hal itu enggan mengubah nasib dunia yang diterjang kemiskinan global.Â
Kondisi kemiskinan global yang terjadi pada banyak negara saat ini akibat dari covid-19 dan konflik antar negara seperti Rusia-Ukraina, menunjukkan tidak adanya kesejahteraan dalam masyarakat itu sendiri. Liberalisme yang cenderung bersifat individual, dan cenderung tidak memikirkan kesejahteraan umum bukanlah pilihan yang tepat dalam menentaskan kemiskinan. Maka dari itu menanggapi isu utama seperti  global poverty ini, diperlukan adanya rasa solidaritas serta tujuan untuk menyejahterakan dunia yang bukanlah berasal dari sudut pandang liberalisme, maupun realisme tetapi sudut pandang yang jauh lebih adil dan bermoral.Â
ReferensiÂ
Larres, K. 2019. Understanding Global Politics : Actors and Themes in International Affairs.Â
https://harianjurnal.com/opini/5324-kemiskinan-ekstrem-keniscayaan-dalam-sistem-kapitalisÂ
https://www.antaranews.com/berita/227630/pakar-kapitalisme-sebabkan-kemiskinan-di-duniaÂ
https://www.kompas.id/baca/riset/2022/10/27/tantangan-berat-pengentasan-kemiskinan-duniaÂ
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-54453523 Â
https://www.worldbank.org/en/topic/poverty/overview Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI