Mereka mengatakan bahwa problem semacam ini bisa menjadi penghalang lintasan batasan-batasan nasional dan menghalangi pasar globalisasi. Menurut, Walden Bello (1999) globalisasi oleh sudut pandang liberalisme sendiri menciptakan kekayaan bagi segelintir orang tetapi asal kekayaan itu ada karena merampas milik orang lain. Dalam artian singkat, bahwa seseorang bisa kaya dengan cara memiskinkan orang lain, Selanjutnya, seorang ahli bernama John Hillary (2013) menyatakan bahwa kapitalisme atau liberalisme ini memungkinkan elit perusahaan untuk memojokkan kekayaan yang dihasilkan oleh pertumbuhan ekonomi, sehingga mencegahnya dibagi dengan mayoritas penduduk dunia.
 David Craig dan Douglas Porter (2015) mengemukakan pendapatnya yang berpendapat bahwa penyebab kemiskinan yang diutarakan oleh kaum liberal yang diyakini berasal dari keterbelakangan ekonomi dan sosial pada dasarnya kembali pada dominasi liberalisme yang berlebihan dalam membingkai pemikiran dan praktik tentang bentuk-bentuk kemiskinan. Dua ahli ini mendefinisikan liberalisme sebagai ideologi politik dan bentuk pemerintahan yang telah hibridisasi dari waktu ke waktu, tapi lebih menekankan manfaat pasar, aturan hukum universal, kebutuhan individu dan hak milik.Â
Craig dan Porter mengatakan bahwa liberalisme mempertahankan dan menciptakan kemiskinan di banyak bagian dunia dengan menghindari redistribusi besar dan menekankan moral dan disiplin dan pasar. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan dapat bersumber dari sistem kapitalisme, karena dalam hal ini negara bukanlah penanggung jawab melainkan hanya sebatas regulator. Kemudian, ini menyebabkan orang bebas berkompetisi karena pada dasarnya, kapitalisme berpaham laissez-faire yang pada hakikatnya berarti ekonomi bebas berjalan tanpa adanya intervensi.Â
Maka dari ini, muncullah kelompok kapitalis yang merajai ekonomi karena kekuatan modalnya. Sementara sebagian besar lainnya hanya menjadi saksi kekayaan dari kaum-kaum tersebut dan menyicipi kemiskinan. Kemiskinan dapat saja terus berlangsung abadi selama masih menerapkan kapitalisme. Meskipun ada kebijakan bantuan sosial, efeknya hanya temporal. Kemiskinan tidak akan usai jika dunia terus memihak pada sistem kapitalisme, karena ketimpangan yang terjadi antara pelaku ekonomi kapitalis yang kerap kolaps setelah memiliki banyak aset, kembali pada tujuan awal kapitalis yaitu memperkaya pemodal tanpa memperhatikan kesejahteraan dunia.Â
 Pada akhirnya, liberalisme yang bersifat kapitalis juga berperan dalam meningkatkan kemiskinan, lewat sifatnya yang berujung pada perampasan milik orang lain. Seperti pepatah, yang kaya semakin kaya dan yang miskin turut semakin miskin.  Begitupun liberalis memungkinkan elit perusahaan untuk memojokkan kekayaan yang dihasilkan oleh pertumbuhan ekonomi, sehingga mencegahnya dibagi dengan mayoritas penduduk dunia. Demikian, hal itu enggan mengubah nasib dunia yang diterjang kemiskinan global.Â
Kondisi kemiskinan global yang terjadi pada banyak negara saat ini akibat dari covid-19 dan konflik antar negara seperti Rusia-Ukraina, menunjukkan tidak adanya kesejahteraan dalam masyarakat itu sendiri. Liberalisme yang cenderung bersifat individual, dan cenderung tidak memikirkan kesejahteraan umum bukanlah pilihan yang tepat dalam menentaskan kemiskinan. Maka dari itu menanggapi isu utama seperti  global poverty ini, diperlukan adanya rasa solidaritas serta tujuan untuk menyejahterakan dunia yang bukanlah berasal dari sudut pandang liberalisme, maupun realisme tetapi sudut pandang yang jauh lebih adil dan bermoral.Â
ReferensiÂ
Larres, K. 2019. Understanding Global Politics : Actors and Themes in International Affairs.Â
https://harianjurnal.com/opini/5324-kemiskinan-ekstrem-keniscayaan-dalam-sistem-kapitalisÂ
https://www.antaranews.com/berita/227630/pakar-kapitalisme-sebabkan-kemiskinan-di-duniaÂ
https://www.kompas.id/baca/riset/2022/10/27/tantangan-berat-pengentasan-kemiskinan-duniaÂ