Gerakan yang dilakukan oleh Amnesty International yang pada dahulunya hanya berfokus terhadap pembebasan tahanan politik tidak dapat dilepaskan dari kondisi dunia internasional pada masa itu, yang masih mengalami masa peralihan dan instabilisasi pasca Perang Dunia II dan di saat berlangsungnya Perang Dingin antara Amerika Serikat. Oleh karena itu, pada kondisi politik dan persaingan politik yang tidak stabil pada masa itu, penahanan seseorang akibat ideologi politik yang berlainan kerap terjadi di dunia internasional.
Selain daripada yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, Amnesty International juga berusaha melebarkan sayap dan pengaruhnya dengan memulai kampanye anti kekerasan dan penyiksaan semenjak tahun 1974. Kampanye anti penyiksaan yang dilakukan oleh Amnesty International tidak dapat dilepaskan dari sebuah fakta yang ada pada masa itu bahwa banyak orang yang mengalami penyiksaan karena memiliki pendapat dan kedudukan yang bersebrangan dengan seorang elite politik yang ada di sebuah negara, seperti yang pernah terjadi di Chile, yang menyebabkan beberapa individu menghilang akibat secara aktif mengkritik diktator yang berkuasa di negara tersebut pada masa itu.
Kampanye yang dilakukan oleh Amnesty International yang bertujuan untuk menghapuskan kekerasan dan penyiksaan terhadap berbagai macam individu berdasarkan kepentingan politik, ras dan berbagai macam identitas lainnya, bertransformasi menjadi salah satu kontribusi Amnesty International yang terbaik dengan dijadikannya gerakan Amnesty International sebagai salah satu konvensi atau perjanjian yang diakui dan dilindungi oleh PBB yang pada akhirnya berhasil dikukuhkan pada tahun 1984, yang berarti bahwa Amnesty International telah mendapatkan kedudukan yang diakui oleh PBB di dunia internasional.
Selain daripada itu, Amnesty International menghasilkan sebuah prinsip untuk memperjuangkan penegakan HAM di seluruh dunia terlepas dari jarak, waktu dari tempat pelanggaran HAM itu terjadi. Amnesty International juga berusaha untuk membela siapapun korbannya terlepas dari identitas religius, ras, bahasa dan budaya yang dimiliki oleh para individu yang menjadi korban pelanggaran HAM tersebut.
Hingga pada masa sekarang, Amnesty International telah menyebar ke seluruh dunia, yang semulanya merupakan sebuah organisasi yang hanya berfokus kepada pembebasan tahanan politik, pada akhirnya bertransformasi menjadi sebuah organisasi yang membela semua jenis HAM yang ada di seluruh dunia tanpa terkecuali. Amnesty International pada masa sekarang memiliki sekitar 10 juta anggota aktif yang tersebar di 150 negara yang ada di seluruh dunia yang melakukan gerakan dan visi dan misi yang sama seperti Amnesty International pertama kali didirikan di Inggris.
4.2 TIONGKOK DAN UIGHUR Â
Tiongkok merupakan sebuah negara yang berada di kawasan Asia Timur dan merupakan negara dengan penduduk terbanyak yang ada di dunia dengan jumlah yang mencapai 1 miliar individu yang menempati wilayah Tiongkok. Selain daripada itu, Tiongkok merupakan salah satu negara yang tertua di kawasan Asia dengan peradaban yang dimulai ribuan tahun sebelum masehi. Tiongkok juga awalnya merupakan sebuah negara yang berbentuk kekaisaran, yang dinasti pertamanya berada di bawah Shi Huang Di.
Kekuasaan dinasti tersebut silih berganti hingga pada masa Perang Dunia II dan perang saudara yang terjadi di Tiongkok antara Partai Komunis dan Partai Nasionalis Kuo Min Tang, yang pada akhirnya perang tersebut dimenangkan oleh partai komunis Tiongkok dan mendirikan sebuah negara di Tiongkok daratan, menghapus pemerintahan republik dan kekaisaran Tiongkok dan memulai kehidupan baru di Tiongkok daratan. Akibat kekalahan yang diderita oleh pasukan Kuo Min Tang pada masa perang saudara, partai tersebut kemudian memutuskan untuk meninggalkan Tiongkok dan membentuk negara di Taiwan, yang juga kini menjadi salah satu negara merdeka.
Sebagai negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, sejarah yang sangat panjang, dan tradisi yang sangat luas, Tiongkok merupakan sebuah negara yang memiliki berbagai macam etnis yang tinggal bersama, baik etnis yang serumpun maupun yang tidak serumpun sama sekali. Tiongkok memiliki beberapa etnis asli yang serumpun seperti etnis Han, yang merupakan etnis mayoritas, yang bahasanya menjadi bahasa nasional Tiongkok dan sistem penulisan dari etnis ini dipergunakan di berbagai bahasa yang ada di kawasan Asia Timur seperti bahasa Jepang dan bahkan bahasa Korea, yang menggunakan sistem penulisan Han sebelum penggunaan huruf Hangeul yang diperkenalkan oleh seorang raja di salah satu masa pemerintahan kerajaan Korea pada abad pertengahan (Amnesty, 2009). Tiongkok memiliki pengaruh dan kekuasaan secara kultural dan saintifik di kawasan Asia Timur semenjak dahulu.
Selain daripada etnis Han, yang menjadi etnis mayoritas, terdapat juga etnis Zhuang dan etnis Hui. Etnis Hui yang ada di Tiongkok memeluk agama Islam, yang memiliki identitas yang sama dengan etnis Uighur yang menetap di negara itu. Selain daripada itu, terdapat juga etnis yang mendiami wilayah Tibet, yang juga masih berada di rumpun yang sama dengan etnis-etnis Tiongkok yang lainnya yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Terlepas dari itu, Tiongkok juga memiliki etnis yang tidak memiliki hubungan rumpun sama sekali. Salah satu etnis yang sama sekali tidak berada di rumpun yang sama dengan Tiongkok adalah etnis Uighur.
Uighur merupakan sebuah etnis yang berada pada rumpun Turkik, yang memiliki kesamaan dengan Turki, Turkmenistan dan lain sebagainya, yang masih memiliki identitas dan satu rumpun dengan Uighur. Adapun Uighur dapat menetap di Tiongkok disebabkan oleh faktor sejarah seperti pada masa kekuasaan Genghis Khan, yang berhasil menyatukan kerajaan dan wilayah yang membentang dari Mongolia hingga Asia Tengah. Akibat persatuan dan kekuasaan politik yang ada pada masa kekuasaan Genghis Khan, banyak suku yang mengalami perpindahan, yang salah satunya adalah Uighur (Battacharya, 2003). Selain itu, terdapat juga sebuah teori yang menyatakan bahwa Uighur merupakan salah satu keturunan dari bangsa nomaden yang bernama Xiong Nu, yang menjadi salah satu ancaman yang sangat mengerikan kepada bangsa Tiongkok pada masa lalu, mengingat suku tersebut sering melakukan penzarahan dan menyerang berbagai macam wilayah yang ada di Tiongkok untuk mengambil dan mencuri berbagai macam barang berharga yang dimiliki oleh para warga Tiongkok dan salah satu alasan dibangunnya Tembok Besar Tiongkok adalah untuk melawan serangan suku tersebut dan melindungi Tiongkok dari tindakan suku Xiong Nu.